Akhir-akhir ini, korban perdagangan manusia didominasi oleh perempuan dan anak. Kesimpulaan ini didapatkan dari data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2020-2022.

Dalam data yang terhimpun dalam situs tersebut, ada 1.418 kasus dan 1.581 korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang dilaporkan. Dari data tersebut, 96% korban perdagangan manusia ialah perempuan dan anak.

Hal ini membuat Ayah dan Bunda harus berhati-hati terhadap kemungkinan si kecil atau keluarga terdekat mengalami tindak penipuan yang berujung pada perdagangan manusia.

Sebenarnya apa sih perdagangan manusia itu? Bagaimana cara agar terhindar dari kejahatan tersebut? Simak ulasannnya di bawah, ya!

Baca Juga: Sering Merasa Tak Dianggap, Ini 6 Fakta Anak Tengah yang Wajib Orangtua Pahami!

Apa Itu Human Trafficking?

Dalam Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi, perdagangan manusia atau human trafficking merupakan bentuk perbudakan dan eksploitasi yang melanggar hak asasi manusia.

Human trafficking di Indonesia menjadi polemik yang tidak berkesudahan karena selalu memakan korban yang didominasi oleh kaum perempuan dan anak-anak di bawah umur.

Korban perdagangan manusia dipekerjakan dengan pekerjaan yang kotor, tidak bermartabat, dan berbahaya.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan perdagangan manusia sebagai bentuk perekrutan, pengiriman, pemindahan, penyembunyian, atau penerimaan orang untuk tujuan eksploitasi.

Hal tersebut juga dilakukan dengan ancaman, atau bentuk pemaksaan lainnya, seperti penculikan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, penerimaan pembayaran, dan semacamnya.

Bentuk eksploitasi yang dilakukan terhadap korban perdagangan manusia pun beragam. Mulai dari eksploitasi seksual, kerja paksa, perbudakan, bahkan pengambilan organ tubuh.

Pada korban anak-anak, jenis perdagangan manusia yang dilakukan mulai dari bekerja sebagai tentara anak, terlibat dalam kejahatan, hingga dijual untuk adopsi illegal.

Ada tiga unsur yang menunjukkan bahwa suatu hal merujuk pada aktivitas perdagangan manusia. Ketiganya adalah proses, cara yang digunakan dan tujuan eksploitasi.

Anak-anak korban perdagangan manusia rentan mengalami kekerasan fisik, psikologis, dan seksual. Mereka juga kemungkinan mengalami gangguan kesehatan fisik, mental, psikologis, gangguan perkembangan, hingga kematian.  

Kenapa Bisa Jadi Korban Perdagangan Manusia?

Anak-anak dan perempuan rentan menjadi korban perdagangan manusia, disebabkan oleh berbagai hal. Mulai dari kemiskinan, kurangnya kesadaran mengenai buruh anak, tingkat pendidikan yang rendah, minimnya pencatatan kelahiran, krisis kemanusiaan, faktor budaya, undang-undang yang tidak efektif dan lemahnya penegakan hukum.

Secara garis besar, perdagangan manusia terjadi karena empat faktor, yakni faktor ekonomi, lingkungan, pendidikan, dan sosial-budaya.

1. Dalam hal ekonomi, masalah terbesarnya berada pada kemiskinan dan terbatasnya lapangan pekerjaan. Mereka yang terhimpit ekonomi biasanya mudah jatuh pada iming-iming tentang janji masa depan yang lebih baik.
2. Pada faktor lingkungan, naasnya banyak kasus perdagangan manusia yang disebabkan oleh dorongan lingkungan sekitar. Ada satu kasus di Jawa Barat di mana orangtua secara sukarela menjual anaknya untuk menjadi pekerja seks. Mereka bahkan marah ketika pemerintah berusaha menyelamatkan anaknya dari perbudakan seks karena pemasukan yang berkurang.
3. Faktor pendidikan juga menjadi sebab kerentanan anak dan perempuan dalam menghadapi kasus perdagangan manusia. Keterbatasan ilmu membuat mereka tak mampu melindungi diri dari predator yang memanfaaatkan kepolosannya untuk dieksploitasi.
4. Dalam hal sosial dan budaya, masyarakat kita percaya bahwa anak harus menjadi sosok yang mampu mendukung ekonomi keluarga. Beban ini membuatnya merasa harus bisa mendapatkan uang dengan cara apapun demi membahagiakan keluarganya.

Cara Mencegah Perdagangan Manusia

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya korban perdagangan manusia adalah dengan aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat.

Sosialisasi ini juga harus menitikberatkan pada anak-anak di sekolah, sebab mereka ialah sasaran empuk pidana perdagangan manusia yang marak hingga hari ini.

Anak-anak dan perempuan perlu dibekali dengan pengetahuan yang memadai tentang human trafficking. Pemerintah juga harus membuat peraturan yang efektif dan pencegahan terjadinya permintaan penawaran perdagangan manusia di Indonesia.

Mereka juga harus fokus mengatasi penyebab utama kasus ini, yakni tentang kemiskinan dan pengangguran. Korban juga diberikan akses pemulihan yang memadai, termasuk akses keadilan, bebas dari ancaman, hak kompensasi, hak atas hukum dan kemampuan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga.

Selain itu, pemerintah juga harus memperkuat kerjasama tak hanya dalam lingkup nasional, tetapi juga dalam lingkup internasional, untuk memerangi perdagangan manusia yang sudah terorganisir.

Pemerintah juga diharapkan dapat mengupayakan tindakan hukum yang tegas dan menimbulkan efek jera pada pelaku. Dengan begitu, negara bisa menciptakan ekosistem hidup yang tenang dan nyaman untuk perempuan dan anak.