Setiap orangtua tentu bangga bila melihat aksi panggung gemilang sang buah hati dalam pentas seni sekolah atau mampu meraih juara pada sebuah kompetisi. Ya, memiliki anak yang penuh percaya diri dan mampu menunjukan talentanya kepada orang lain tentunya seperti sebuah anugerah.
Anak yang memiliki rasa percaya diri baik akan menjadi idaman orangtua karena dianggap lebih mampu menghadapi tantangan dalam perkembangan sosialnya.
Namun perlu disadari, rasa percaya diri pada anak tidak didapat secara instan. Perlu waktu dan proses panjang untuk membentuknya.
Meski kenyataannya, tidak sedikit orangtua yang justru salah kaprah. Mereka berlomba-lomba menjejali anaknya dengan beragam kegiatan akademis dan non-akademis serta aneka kompetisi dengan harapan sang anak bisa tampil percaya diri.
Akan tetapi hasilnya justru kebalikannya. Sang anak jadi kelelahan atau bahkan menangis saat diminta tampil.
“Hal itu dapat terjadi karena anak dipaksa tampil tanpa penghayatan positif tentang dirinya. Ia hanya mengikuti kemauan orangtuanya. Belum lagi ekspektasi orangtua terlalu berat, dan pemahamannya kurang,” ujar psikolog anak dan keluarga, Roslina Verauli.
Self esteem positif pada diri anak
Menantang keberanian anak lewat beragam kompetisi sebenarnya sah-sah saja. Sebab kompetisi juga bermanfaat sebagai stimulan bagi talenta sang anak.
Namun, ada dua hal penting yang harus diingat orangtua dalam proses perkembangan percaya diri seorang anak yakni self esteem dan peran orangtua.
Lebih jauh Roslina Verauli mengungkapkan bahwa pada dasarnya keberanian dan rasa percaya diri seorang anak sudah bisa dipupuk sejak usia empat tahun. Proses awal dan yang terpenting adalah menanamkan penghargaan (self esteem) yang positif pada diri anak tersebut.
“Anak yang memiliki self esteem pasti akan mampu menghadapi berbagai tantangan, termasuk saat hendak tampil dalam lomba atau pentas sekolah,” katanya.
Pembentukan self esteem ini bisa dilakukan dengan mengarahkan anak untuk memiliki minat dan komitmen. Misalnya, bila sang anak terlihat senang dan luwes berfoto di depan kamera, maka cobalaah untuk mengarahkan hobi tersebut dengan les model.
Selain itu, latih juga komitmennya untuk fokus melalui latihan yang rutin disertai evaluasi. Setelahnya orangtua bisa melatih keberanian anak untuk menunjukkan bakat yang dimiliki dimulai dengan tampil di depan keluarga besar saat acara keluarga.
Seiring pertumbuhannya, saat rasa percaya dirinya sudah mulai terbentuk, orangtua bisa membawanya ke level yang lebih tinggi misalnya pada pentas sekolah. Dengan pengalaman naik pentas, diharapkan semangat positif sang buah hati dapat terbangun sehingga dapat lebih kompeten dan percaya diri.
“Terakhir, jangan lupa mengajak anak untuk mengevaluasi dirinya sendiri lewat penilaian dari orang tua ataupun orang sekitar. Ia juga dapat membandingkan penampilannya dengan temannya.” ungkap Vera.
Orangtua sebagai supporting agent
Membangun rasa percaya diri pada anak juga harus dimulai dari kesadaran kita sebagai orangtua bahwa rasa percaya diri tersebut berasal dari dalam diri anak masing-masing, bukan dari pihak luar.
Perlu digarisbawahi peran orangtua dalam perkembangan rasa percaya diri anak adalah sebatas pendukung. Namun, orangtua wajib memfasilitasi terbentuknya keberanian dan rasa percaya diri anak.
Orangtua harus mengingat ada batasan yang harus tetap dijaga. Jangan pernah memaksakan target pada anak. Sebuah harapan tentu boleh diberikan, asal tidak sampai membebani anak.
“Kepercayaan diri anak juga dipengaruhi oleh seberapa besar harapan orang tua terhadap anak. Nah, sebaiknya jika anak mengikuti lomba tertentu, orang tua tidak memberi tekanan pada anak dengan keharusan menjadi juara. Jika seorang anak tumbuh dengan tahapan-tahapan tersebut, niscaya ia akan memiliki kepercayaan diri seperti yang diharapkan. Anak pun tidak akan malu atau menangis saat unjuk gigi.” tegas Vera.
Tips Agar Anak Terlatih Percaya Diri :
1. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan.
Terutama hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri seperti kegiatan esktrakulikuler di sekolah. Dengan memberi kesempatan anak untuk memilih, ia akan merasa dihargai dan lebih percaya diri.
2. Jangan meremehkan anak.
Ini terdengar sepele, tapi dalam sudut pandang anak kesalahan yang telah ia lakukan meskipun itu lucu adalah hal yang sangat memalukan, sebaiknya orangtua tetap memberi semangat dan mengajarinya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
3. Jangan menakut-nakuti.
Kebiasan menakut-nakuti anak dalam jangka panjang dapat membuat seseorang menjadi mudah pesimis dan penakut. Kebiasaan tersebut dapat tertanam dalam benak seseorang anak dan membentuknya menjadi pribadi yang minder.
4. Ajarkan anak untuk melakukan banyak hal mandiri.
Misalnya mengikat tali sepatu sendiri, belajar naik sepeda, berani mengikuti perlombaan, dan lain-lain. Anak yang percaya diri akan merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan menunjukkan sikap “Aku bisa”.
5. Beri pujian
Jangan ragu untuk memberi pengakuan dan pujian pada saat yang tepat. Bukan melulu soal gelar juara yang berhasil ia raih melainkan yang penting adalah bahwa mereka telah berhasil melakukan sesuatu hal yang layak dihargai dan dibanggakan.