Sebagian besar masyarakat awam mungkin mengira bahwa mengasuh anak merupakan peran Bunda sehingga kehadiran Ayah tidak terlalu krusial.
Padahal kenyataannya tidak begitu, sosok Ayah juga sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan pengasuhan agar tumbuh kembang anak lebih optimal.
Psikolog Klinis dari Clarity Psychology, Kurniasih, M.Psi., Psikolog mengungkapkan bahwa pemberian tanggung jawab pengasuhan pada Bunda memang sudah terjadi sejak lama.
Jadi Ayah dianggap sebagai sosok pemenuh kebutuhan sedangkan Bunda sebagai sosok pemenuh pengasuhan.
“Meski demikian, sekarang tidak sedikit juga lho Ayah yang mulai melek dengan tumbuh kembang anak dan mau terlibat dalam prosesnya,” ungkap Nia.
Dampak Dominasi Peran Bunda dalam Proses Pengasuhan
Pengasuhan yang timpang tentu akan berdampak buruk bagi anak.
“Sungguh ‘rugi’ anak yang tidak mendapatkan pengasuhan seimbang dari orang tuanya. Apalagi jika Bunda ada di posisi ‘dominan’ dan Ayah hanya pemain ‘cadangan’,” jelas Nia.
Tanpa hubungan intens dengan Ayah, anak jadi kurang mendapat role model pemimpin yang penuh kasih sayang dan disiplin.
Sejatinya Ayah dan Bunda adalah dua orang berbeda dengan masing-masing peran yang saling menguatkan dalam proses pengasuhan anak.
“Ketika peran Bunda lebih dominan, tak menutup kemungkinan anak menjadi lebih feminin akan lebih besar. Selain itu, anak yang kurang mendapatkan pengasuhan dari sosok Ayah akan lebih mudah mengalami kecemasan dan self esteem yang rendah,” paparnya.
Baca Juga : Pentingnya Kesehatan Mental Ibu dalam Mengasuh Anak
Pentingnya Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peran Ayah dalam pengasuhan juga tak kalah pentingnya dengan Bunda.
Terlibatnya Ayah di dalam pengasuhan membuat anak mendapatkan model yang mencontohkan hal-hal yang mungkin tidak ditunjukkan Bunda. Misalnya seperti kedisiplinan atau pembuat keputusan.
Pentingnya kolaborasi antara peran Ayah dan Bunda dalam pengasuhan anak terletak pada upaya menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan kepribadian yang seimbang.
“Keduanya harus sama-sama menginspirasi dan mendukung anak untuk mengeksplor beragam minat dan bakatnya tanpa membatasi diri pada strereotip gender,” imbuh Nia.
Di sisi lain, Ayah dan Bunda juga perlu menyepakati pembagian tugas dalam mengasuh anak.
“Biasanya Ayah dikenal sebagai penegak aturan dan Bunda sebagai pemberi kasih sayang. Meski demikian, baik Ayah atau Bunda tetap harus memberi kasih sayang penuh. Selain itu, perlu adanya kerja sama juga untuk memberikan contoh yang konsisten pada anak,” imbuhnya lagi.
Tips Agar Ayah dan Bunda Selalu Kompak dalam Mengasuh Anak
Di akhir kesempatan berbincang dengan tim Majalah SBH, Nia membagikan tips untuk Ayah dan Bunda agar selalu kompak dalam mengasuh anak. Simak, yuk!
- Ayah dan bunda perlu memahami bahwa mengasuh anak adalah parenting, bukan ‘mother’thing
- Perlu adanya diskusi mendalam dan heart to heart antara Ayah dan Bunda untuk memiliki komitmen dalam mengasuh anak secara bersama-sama
- Sepanjang berjalannya parenting, lakukan komunikasi yang continue dan instensif agar Ayah dan Bunda dapat terus berdiskusi dan mengoreksi pengalaman apa saja yang dihadapi saat mengasuh anak
- Catatlah kesulitan serta diskusikan strategi pengasuhan yang ingin diterapkan pada anak agar tumbuh kembangnya lebih optimal
- Luangkan waktu berkualitas antara Ayah dan Bunda untuk terus memupuk hubungan yang harmonis dan romantis sehingga dapat menjadi bahan bakar untuk membangun kerjasama dalam mengasuh dan membesarkan anak