Bukan hanya dari tahap perkembangan yang kasat mata, perkembangan psikologis balita sejak lahir pun perlu diperhatikan.
Menurut psikolog anak dan keluarga dari Klinik Psikologi Ruang Tumbuh, Irma Gustiana A, M.Psi, Psikolog, sebuah teori Psikososial Erikson menjelaskan tentang tahapan perkembangan psikologis manusia.
Dalam teori tersebut, Irma menerangkan bahwa setidaknya ada tiga tahapan perkembangan psikologis pada balita, yaitu :
1. Tahap Percaya Versus Tidak Percaya
Umumnya tahap ini dimulai sejak si kecil berusia 0-18 bulan.
Pada fase perkembangan ini kepercayaan seorang bayi sangat bergantung pada kualitas dari hubungannya bersama dengan orang yang mengasuh dirinya.
Bila di masa ini si kecil berhasil membangun kepercayaan diri, maka ia akan merasa bahwa dunia adalah tempat yang aman.
Sebaliknya, pola asuh yang tidak konsisten, mengabaikan perasaan anak atau menolak memberikan kasih sayang dapat mendorong terciptanya perasaan yang tidak percaya diri sehingga akan membentuk sifat mistrust atau rasa tidak percaya pada dunia.
2. Tahap Otonomi Versus Malu & Ragu-ragu
Tahap selanjutnya terjadi di usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Di usia ini, anak memerlukan kebebasan untuk mengeksplorasi diri dan lingkungannya guna mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri.
Hal ini bisa dimulai dengan mengajari anak mengenai toilet traning dan memilih pakaian sendiri. Ketika sudah berhasil melewati tingkat ini, si kecil akan merasa aman dan percaya diri.
Sementara jika tidak berhasil, maka mereka akan merasa malu dan ragu-ragu.
3. Tahap Inisiatif Versus Rasa Bersalah
Pada rentang usia 3-5 tahun, si kecil memasuki tahap usia pra-sekolah.
Pada usia ini, anak mulai menunjukan kekuatan dan kontrolnya lewat permainan dan interaksi sosial.
Anak yang berhasil melewati tahap ini akan merasa mampu dan kompeten dalam memimpin.
Sebaliknya anak yang tidak diberi kepercayaan umumnya akan mudah merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
Lebih jauh Irma menambahkan bahwa masa balita disebut juga sebagai masa keemasan atau golden age. Diperkirakan hampir sekitar 80% dari apa yang dilihat, dirasakan, didengar atau dialami oleh anak akan terserap dengan cepat.
Hal ini bisa terjadi karena di masa inilah perkembangan otak berlangsung pesat sehingga orangtua diharapkan dapat memberi asupan gizi sekaligus kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi diri dan lingkungannya sebaik mungkin.
“Untuk mendukung masa keemasan ini, perlu stimulasi yang cukup agar anak berkembang dengan optimal. Seperti dengan mengajaknya berkomunikasi, membacakan buku dan membujuknya untuk banyak bergerak agar fisiknya aktif,” ungkap Irma.
Agar perkembangan si kecil bisa lebih sesuai harapan, maka Irma menegaskan jika kesehatan mental pun perlu menjadi perhatian. Jangan sampai terdapat bentuk kekerasan baik verbal maupun non verbal yang dapat membawa dampak buruk, termasuk bagi kesehatan mentalnya.
Karena itu sebagai orangtua, Irma juga menyarankan agar lebih memperhatikan kata-kata yang diucapkan.
Semaksimal mungkin hindari kata-kata yang penuh kritikan negatif pada seorang anak, termasuk juga melecehkan kemampuan yang dimilikinya.
Sebab hal ini justru bisa membuatnya ketakutan, tertekan dan cemas sehingga perkembangannya bisa terganggu.
Anak yang mengalami kejadian kurang menyenangkan dengan kekerasan verbal akan membuatnya menjadi pribadi yang rendah diri, sakit hati, berpikiran negatif tentang dirinya, merasa tidak bahagia, kurang konsentrasi, hingga menjadi pribadi yang sering melawan orangtuanya.
Bahkan jika pengalaman tersebut berlangsung terus-menerus, masalah yang ditimbulkan bisa semakin runyam.
Masih menurut Irma, ketika anak sudah tumbuh lebih besar, maka hal ini mungkin saja membuat si anak mengalami depresi dan memicunya untuk kabur dari rumah.
“Hal yang paling dikhawatirkan adalah anak akan melakukan tindakan kriminal yang berbahaya bagi dirinya dan orang lain. Karena itu, orangtua harus memanfaatkan momen emas atau golden age seorang anak dengan baik, bukan dengan kata-kata maupun perlakuan buruk yang membuat tumbuh kembangnya terganggu,” tutup Irma.