Bunda pasti pernah merasakan masa di mana si kecil selalu menangis ketika Ayah dan Bunda tidak ada dalam jangkauan visualnya, namun akan langsung berubah happy ketika Ayah dan Bunda berada di dekatnya. Hal ini disebut dengan secure attachment.
Attachment adalah ikatan emosional yang kuat antara diri kita dengan orang tertentu. Hal ini dapat membuat seseorang merasa bahagia, nyaman dan aman didekatnya.
Istilah attachment ini pertama kali dikaitkan oleh tokoh dalam Psikologi, John Bowlby, yang menghubungkan hal ini pada ikatan antara orangtua dan anak.
Dalam teorinya, ikatan anak dan orangtua yang dipupuk sedari kecil, akan memberikan dampak yang baik untuk dirinya di masa depan.
Salah satu bentuk attachment yang paling memberikan pengaruh bagi perkembangan si kecil terbagi menjadi dua. Keduanya adalah secure attachment dan insecure attachment.
Secure attachment adalah ikatan yang positif antara orangtua dan anak yang membuat si kecil percaya bahwa Ayah dan Bundanya selalu ada ketika mereka butuhkan. Ikatan ini juga membuat si kecil merasa nyaman dan aman berada di dekat kedua orangtuanya.
Sementara itu, insecure attachment ialah kebalikan dari secure attachment yang membuat si kecil merasa takut, terintimidasi, dan rendah diri.
Baca Juga: Wisuda TK Hingga SMA Dinilai Beratkan Orangtua, Pentingkah Tradisi Ini Berlanjut?
Mengapa Secure Attachment Penting Bagi Si Kecil?
Secure attachment penting bagi si kecil sebab hal ini berpengaruh besar pada tumbuh kembang mental dan karakternya ke depan.
Ikatan ini menjadi dasar yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi dunianya dengan perasaan aman.
Secure Attachment yang dipupuk sedari bayi dapat memberikan ragam manfaat untuk tumbuh kembang si kecil secara emosional. Di antaranya sebagai berikut:
- Memiliki manajemen stress dan emosi yang baik.
- Membuatnya menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
- Memiliki self-esteem yang baik.
- Mampu menjalin relasi dan bersosialisasi secara positif.
- Berani mencoba hal baru sendiri.
- Memiliki kemampuan problem solving yang baik.
- Mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Cara Membentuk Secure Attachment dengan Si Kecil
Secure attachment yang baik antara orangtua dan anak dapat terlihat ketika berada dalam situasi baru atau bertemu dengan orang yang asing.
Ikatan yang baik di antara keduanya membuat si kecil akan langsung mencari kenyamanan, keamanan dan perlindungan pada orangtuanya.
Attachment semacam ini tentu tak akan bisa terbentuk dalam waktu yang singkat. Ayah dan Bunda bisa mencoba membangun atau memperbaiki ikatan batin dengan si kecil melalui berbagai cara berikut ini:
- Memberikan perhatian dalam bentuk sentuhan dan kalimat yang menenangkan.
- Biasakan untuk melakukan kontak mata ketika sedang berinteraksi dengan si kecil.
- Cari tahu kebutuhan emosinya dibalik setiap sikap yang ia tunjukkan.
- Berikan respon yang konsisten.
- Cobalah untuk selalu mendengarkan dan memberi perhatian penuh ketika sedang bersama si kecil.
- Perhatikan komunikasi non verbal ketika sedang bersama si kecil. Isyarat seperti bahasa tubuh, ekpresi wajah, sentuhan dan nada bicara Ayah dan Bunda menjadi poin penting ketika bersamanya.
- Pastikan untuk selalu ada ketika ia sedang membutuhkan sosok orangtuanya.
- Jangan sungkan atau gengsi untuk meminta maaf pada si kecil ketika Ayah dan Bunda berbuat salah.
- Hargai dan apresiasi eksistensinya sebagai seseorang yang spesial di hidup Ayah dan Bunda.
Dampak Buruk dari Secure Attachment yang Gagal
Kegagalan membangun ikatan yang aman untuk si kecil tentu dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan emosionalnya.
Hubungan yang seharusnya terjadi adalah secure attachment, namun yang terbentuk malah insecure attachment. Seperti apa bentuk-bentuk dari insecure attachment? Simak informasi berikut.
1. Insecure-Avoidant Attachment
Hal ini dapat terjadi ketika anak tidak memedulikan kehadiran orangtua di sekitarnya. Jika seharusnya insting anak akan langsung mencari Ayah atau Bundanya saat merasa sulit, maka pada kondisi ini mereka tak lagi peduli ketika kedua orangtuanya tak ada dalam jangkauan.
Lebih parahnya lagi, si kecil akan merasa biasa saja bahkan tidak tertarik ketika melihat Ayah dan Bundanya mendekat atau berinterakasi.
Kondisi ini bisa terjadi apabila si kecil sudah sering ditinggal atau menemukan ketidakhadiran orangtua ketika ia membutuhkan mereka di waktu kecil.
Anak yang tidak divalidasi emosinya, dan tidak didengar pendapat serta keluh-kesahnya, berpotensi mengalami kondisi seperti ini. Ketika dewasa, ia akan sulit menunjukkan emosi ke orang lain, takut menjalin hubungan serius, sulit percaya dan lebih individualis.
2. Insecure-Resistant Attachment
Kebalikan dari avoidant, insecure-resistant attachment malah membuat si kecil merasa sangat ketakutan ketika ditinggal orangtuanya. Hal ini membuat ia kesulitan mengeksplorasi segala hal di sekitarnya secara mandiri.
Kondisi ini seringkali disebabkan oleh orangtua yang tidak konsisten dalam merespon kebutuhan si kecil. Contohnya, Ayah dan Bunda bisa menjadi orangtua yang penuh perhatian pada waktu-waktu tertentu, namun juga tiba-tiba menyuruh si kecil menjauh.
Perilaku tersebut membuat si kecil merasa bingung dalam memahami karakter orangtuanya dan tidak menemukan rasa aman. Kondisi ini membuatnya tumbuh menjadi orang yang memiliki harga diri rendah, merasa tidak layak dicintai dan takut diabaikan orang lain.
Insecure-resistant attachment ini membuat ia selalu bergantung pada orang lain dan tidak bisa menjadi independen.
3. Disorganized Attachment
Kegagalan kedekatan antara orangtua dan anak yang terakhir ialah ketika si kecil merasa sangat tidak nyaman berada di sekitar orangtuanya.
Mereka merasa harus menjauh dan tidak senang ketika bersama dengan Ayah dan Bundanya.
Penyebab dari kondisi ini adalah trauma yang mendalam terhadap kedua orangtuanya. Misalnya, si kecil pernah mengalami kekerasan oleh orangtuanya atau tidak dirawat dengan baik.
Oleh sebab itu, anak tumbuh dengan membawa rasa cemas yang besar dalam diri, takut ditolak dan diabaikan serta tak bisa mengelola emosi.