check it now

Kenali Jenis Stimulasi Anak Sesuai Usia

Ingin memaksimalkan tumbuh kembang si kecil sekaligus mengoptimalkan kecerdasan otaknya? Kenali jenis stimulasi yang tepat sesuai usia.

Daftar Isi Artikel

“Stimulasi yang tepat dapat membuat bayi lebih cerdas, aktif dan memiliki perkembangan yang baik”

Karena alasan itulah, di zaman sekarang sudah banyak orangtua yang menyadari betapa pentingnya memberikan stimulasi pada tahap perkembangan anak sesuai usianya.

Hal tersebut juga didukung oleh para praktisi kesehatan yang semakin lantang membicarakan tentang pentingnya stimulasi sejak dini. Entah melalui media cetak, online, elektronik, bahkan beberapa di antaranya sampai mengampanyekan melalui media sosial pribadinya.

Lebih lanjut, para praktisi kesehatan juga mengatakan bahwa stimulasi memang terbukti sangat diperlukan untuk mendukung proses tumbuh kembang anak.

Melalui stimulasi, berbagai gangguan tumbuh kembang seperti keterlambatan bicara (speech delay) hingga gangguan perkembangan sosial emosional pada anak dapat dihindari.

Meski demikian, mereka juga mengingatkan agar stimulasi yang diberikan pada anak haruslah sesuai dengan usianya.

4 komponen yang perlu distimulasi

Menurut Ahli Pediatri, dr. Marlisye Marpaung,  Sp.A (K) dari Klinik Lalita Alam Sutera, Serpong, umumnya stimulasi pada anak mencakup 4 komponen penting, yaitu gerak (motorik) halus, gerak (motorik) kasar, bahasa dan sosial.

Motorik halus dikatakan oleh dokter Marlisye adalah gerak yang menggunakan otot-otot kecil, seperti otot tangan dan jari untuk mengontrol atau menggenggam berbagai benda.

Ke depannya, stimulasi motorik halus ini berguna untuk meningkatkan kemampuan anak dalam hal menulis.

Sementara motorik kasar lebih melibatkan otot-otot besar, yang umumnya digunakan untuk berlari, berdiri dan melompat.

Nantinya, stimulasi motorik kasar tersebut dapat membuat gerakan anak lebih lincah dan seimbang.

“Untuk stimulasi bahasa tentu saja berkaitan dengan komunikasi, di mana anak bisa menguasai kemampuan menerima informasi atau reseptif dan ekspresif untuk mengungkapkan apa yang mereka mau,” terang dokter Marlisye.

Sedangkan sosial adalah kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan orang lain.

“Ibarat gelas kosong, begitu si kecil lahir ke dunia, 4 kemampuan dasar ini masih perlu diisi dan dikembangkan lebih lanjut. Caranya tentu saja dengan memberikan stimulasi yang cukup dan sesuai dengan tahapan perkembangan usianya,” tambahnya.

Stimulasi anak usia 0-3 bulan

Meski tampaknya anak usia 0-3 bulan belum bisa melakukan apa-apa, bukan berarti stimulasi tidak perlu diberikan.

Dokter Merlisye menyarankan, sebagai permulaan stimulasi dilakukan oleh Ayah dan Bundanya dengan cara sering memeluk, menggendong, menatap mata bayi, serta mengajaknya tersenyum dan bicara.

Memasuki usia 3 bulan, kemampuan bayi tentu sudah mulai bertambah. Paling tidak ia sudah mulai bisa menggunakan gerak halusnya, yaitu dengan cara memandang Ayah, Bunda atau orang disekitarnya secara lebih intensif disertai senyuman, mengeluarkan suara “Ooo..” dan menggerakan tangan serta kakinya.

“Karenanya di fase ini, memberikan mainan berwarna mencolok di sisi kiri dan kanan kepala bayi juga dapat dilakukan guna menarik perhatiannya untuk belajar menoleh,” saran dokter Merlisye.

Stimulasi anak usia 3-6 bulan

Stimulasi anak usia 3-6 bulan
Sumber : freepik.com

Berdasarkan panduan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak usia 3 bulan biasanya sudah mulai bisa tengkurap, membolak balikan tubuhnya, dan kepalanya pun sudah tegak serta mampu meraih benda yang ada didekatnya.

Sementara untuk kemampuan bahasa, si kecil sudah bisa menirukan berbagai bunyi seperti “Mmm….”, yang mungkin saja menjadi cikal bakal kata “Mama”.

“Anak usia 3-6 bulan juga genggamannya sudah semakin kuat. Artinya gerak halusnya makin terasah. Anak juga sudah mulai bisa mengekspresikan perasaannya. Misalnya ketika ia melihat gambar yang indah atau lucu, maka ia akan tertawa. Sebaliknya saat ditunjukan gambar yang kurang ia suka, maka akan menangis,” lanjut Marlisye.

Di usia ini stimulasi dapat dilakukan dengan cara sering mengajak si kecil bicara. Selain itu agar si kecil semakin mahir tengkurap, sering-seringlah mengajarinya berguling.

Usahakan pula untuk menggantung mainan berwarna cerah di atas ranjangnya, sehingga ketika ia berbaring, si kecil akan tergerak untuk meraih mainannya.

“Tak hanya itu, bermian cilukba di usia ini juga termasuk stimulasi, karena dapat membuat anak terlibat interaksi sehingga mereka semakin memahami kemampuan bahasa ekspresif dengan baik,” imbuh dokter yang juga berpraktik di RSIA Cinta Kasih.

Sesekali cobalah ajak si kecil bermain dengan berbagai benda yang memiliki permukaan berbeda. Misalnya benda yang terbuat dari bulu, kertas, kain dan lain sebagainya agar indera perabanya semakin mantap.

Permainan Cilukba (peek a boo)
Sumber : freepik.com

Stimulasi anak 6-12 bulan

Pada usia 6-12 bulan, anak tentu sudah semakin pintar dalam melakukan banyak hal.

Misalnya duduk, mulai mengucapkan “Mama” dan “Papa” dengan jelas, mencari benda yang dijatuhkan, bertepuk tangan, makan camilan seperti biskuit sendiri tanpa disuapi dan meraih benda yang ukurannya kecil.

“Lebih spesifiknya, anak usia 9-12 bulan biasanya sudah bisa berdiri dan berjalan kesana kemari dengan cara merambat. Soal kemampuan bahasa dan sosial, anak usia tersebut juga mulai bisa meniru kata-kata yang sering didengarnya, mengenali seluruh anggota keluarga, serta mampu menunjukkan apa yang diinginkannya,” ujar dokter Marlisye.

Agar kemampuan tersebut dapat dilakukan anak dengan cepat, maka dokter Marlisye berpesan untuk mulai memberikan stimulasi dengan mengajarinya duduk menggunakan sanggahan bantal dibelakangnya pada usia 6 bulan.

Selain itu saat MPASI mulai diberikan, berusahalah untuk membangun interaksi yang aktif dengan cara menjelaskan pada anak, nama dan seperti apa rasa makanan yang akan disantapnya.

Kemudian saat masuk usia 9 bulan, ajari mereka berdiri dengan memegang dinding atau kursi sebagai rambatan. 

“Ketika si kecil mulai berdiri dan berjalan dengan cara merambat, pastikan lingkungan sekitarnya aman dan jangan pernah meninggalkannya sendirian. Jauhkan berbagai benda yang mudah pecah dan jangan biarkan mereka naik tangga karena potensi terjatuhnya masih besar,” tegasnya.

Dokter Marlisye juga mewanti-wanti agar menjauhkan anak usia 6-12 bulan dari gadget.

Sebab meski dapat membuat anak lebih tenang, perangkat gawai hanya memberikan komunikasi satu arah alias hanya sebagai pendengar atau penonton saja.

Padahal di usia ini minat anak untuk bicara perlu distimulasi dengan cara selalu diajak berkomunikasi sehingga kemampuan bahasanya, baik itu reseptif dan ekspresif dapat berkembang dengan lebih cepat dan sempurna.

Stimulasi anak usia 1-2 tahun

Menginjak tahun pertama kehidupanya, orangtua biasanya akan takjub dengan banyaknya perkembangan yang sudah bisa digapai oleh si kecil.

Di samping sudah bisa berjalan bahkan berlari dengan lebih lancar, anak usia 1-2 tahun umumnya juga sudah bisa belajar makan dan minum sendiri.

Tak ketinggalan beberapa nama anggota tubuh seperti hidung, mata dan sebagainya sudah mulai dikenalinya. Kosa katanya pun makin bertambah banyak.

“Keahlian lain yang dimilikinya bisa berupa berjalan maju dan mundur, melewati gundukan pasir serta naik satu atau dua anak tangga. Menumpuk 2 balok, corat coret di kertas dan mulai bisa menunjuk gambar hewan yang diminta seperti sapi atau kucing,” kata dokter Marlisye.

Biasanya di usia ini anak juga mulai rajin bereksplorasi. Tak heran jika rumah seringkali ramai dengan suara gaduh yang ditimbulkannya. Misalnya memukul-mukul benda, membunyikan lonceng dan lain sebagainya.

Hal tersebut, dikatakan dokter Marlisye, sangat lumrah karena merupakan bagian dari keingintahuannya tentang dunia.

“Dari segi sosial kemandirian, anak juga sudah mulai memiliki rasa cemburu. Sebagai contoh, si kecil mulai bisa menunjukan rasa irinya ketika ia tidak memiliki mainan seperti yang dimiliki temannya. Untuk itu orangtua harus mulai menstimulasi sosialnya dengan mengajarinya cara meminjam dan berbagi mainan atau makanan dengan temannya,” paparnya.

Stimulasi anak usia 2-3 tahun

Pada usia 2-3 tahun, Ayah dan Bunda dapat mengajari mereka cara menggunakan baju dan celana sendiri.

Pada usia ini, anak juga mulai bisa diajari buang air kecil dan besar di kamar mandi.

Dari segi kemampuan bahasa, anak usia 2-3 tahun tentu juga sudah menguasai lebih banyak kosa kata.

“Agar kemampuannya berkomunikasi semakin meningkat, maka disarankan untuk sering-sering mengajaknya bercerita, membacakan buku cerita, serta mengajaknya mewarnai dengan pensil warna atau crayon untuk melatih motorik halusnya,” sarannya.

Stimulasi anak usia 3-5 tahun

Stimulasi dengan mengjari anak mewarnai/melukis
Sumber : freepik.com

Pada tahun-tahun terakhir masa balitanya, segala kemampuan yang berhubungan dengan gerak halus, gerak kasar, bahasa dan sosial anak bisa dibilang sudah semakin matang.

“Stimulasi yang tepat untuk diberikan pada usia ini berupa permainan mengangkat satu kaki selama 5 detik. Kemudian keesokan harinya waktu untuk mengangkat kaki diperpanjang secara bertahap menjadi 7 dan 10 detik. Permainan ini bertujuan untuk melatih keseimbangan tubuhnya,” kata dokter Marlisye.  

Pelajaran sederhana seperti berhitung dengan jari, memegang alat tulis dengan benar, serta mencoba meminta anak untuk membuat cerita dari buku bergambar juga bisa dijadikan alternatif lain.

“Lebih baik lagi bila anak pada usia ini sering diajak jalan-jalan keluar rumah, sehingga mereka bisa melihat dan mengenal banyak hal serta mempertanyakan hal-hal baru yang tidak diketahinya sembari menyerap berbagai informasi yang diberikan,” tutup dokter Marlisye.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti