Selama ini pemerintah gencar mengkampanyekan program Keluarga Berencana yang berisi himbauan agar setiap pasangan yang telah menikah hanya memiliki 2 anak. Tentunya program yang satu ini digagas untuk membatasi ledakan jumlah penduduk sekaligus sebagai cara agar kualitas hidup dapat meningkat.
Maklum, semakin banyak anak tentunya biaya yang dibutuhkan akan makin besar sehingga jika tidak didukung perencanaan keuangan yang baik kualitas hidup pun bisa merosot.
Nah salah satu cara agar jumlah kelahiran bisa dibatasi ialah dengan penggunaan alat kontrasepsi (KB). Lalu pertanyaannya kapan waktu yang tepat untuk memasang KB ini?
Menurut ahli kandungan dan kebidanan, dr. Martina Claudina, SpOG, pada dasarnya, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan saat akan memilih metode kontrasepsi. Diantaranya adalah usia pasien, pola hidup dan kondisi lain yang berkaitan dengan pasien. Sebab keefektifan KB juga tergantung dari faktor tersebut.
“Untuk jenis dari kontrasepsi itu sendiri terbagi dalam 2 bagian : Pertama Metode Non-Hormonal, yaitu Kondom, MAL (Metode Amenore Laktasi), IUD (alat kontrasepsi dalam rahim), dan Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi). Sementara yang kedua ialah Metode Hormonal, yaitu Progestin berupa Pil KB dan Injeksi serta Kombinasi berupa Pil dan Injeksi,” terangnya.
Nah penggunaan kontrasepsi itu pun tergantung dari metode yang dipilih. Pada metode non-hormonal MAL, akan bekerja saat ibu memberi ASI Eksklusif. Untuk IUD dapat digunakan 3 bulan setelah melahirkan dan untuk yang terakhir atau metode sterilisasi sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Sebab, ada beberapa syarat tertentu yang harus diketahui sebelum pelaksanaannya. Sterilisasi sendiri bersifat permanen sehingga sebelum dilakukan perlu diketahui dulu seluk beluknya sehingga pasien yakin memutuskan.
Sedangkan metode hormonal sebaiknya juga berkonsultasi dengan dokter, karena berkaitan dengan kondisi tubuh. Sembarangan memilih KB bisa jadi efektivitasnya berkurang atau justru memperbesar peluang munculnya efek samping.