Kejadian menyayat hati kembali menimpa anak-anak yang diakibatkan oleh penggunaan media sosial yang salah. Seorang anak perempuan di Tahan Baru, di Sumatera Barat dibunuh teman online-nya yang baru dikenal selama 5 bulan melalui Instagram. Melihat hal itu, sebenarnya kapan sih usia tepat anak boleh bermain media sosial?
Di tengah hiruk-pikuknya kekerasan pada anak akibat penggunaan media sosial, malah semakin banyak pula anak yang dibolehkan main media sosial tanpa pengawasan.
Menurut data yang dihimpun Kepolisian RI, jumlah kekerasan pada anak sepanjang tahun akibat kekerasan fisik, seksual, penculikan hingga praktik perdagangan anak akibat penggunaan media sosial di bawah umur pada 2022 mencapai 11.012 kasus.
Media sosial memang memberikan banyak manfaat positif bila digunakan dengan baik, namun juga tak jarang memberikan dampak buruk apabila tidak bijak menggunakannya.
Sebelum membahas tentang kapan anak boleh main media sosial, Ayah dan Bunda perlu tahu lebih dahulu apa dampak buruk yang dihasilkan media sosial untuk mereka.
Dampak Negatif Media Sosial untuk Anak di Bawah Umur
Media sosial memang begitu menggiurkan. Terlebih untuk anak-anak milenial yang segala aktivitas sekolahnya harus menggunakan smartphone.
Meski begitu, Ayah dan Bunda perlu melihat dampak buruk yang bisa ditimbulkan penggunaan media sosial pada anak.
1. Gangguan Kesehatan Fisik
Menggunakan media sosial sejak dini dapat menimbulkan gangguan fisik yang berbahaya bagi pertumbuhan anak, seperti rabun jauh (miopi) karena menatap gawai terlalu lama, mata kering, mual, dan pusing.
Hal tersebut juga dapat memicu rasa sakit atau pegal di sekitar leher dan meningkatkan risiko kelainan tulang akibat terlalu lama menunduk atau duduk dengan posisi salah.
2. Menyebabkan Masalah Mental
Media sosial biasanya berisi konten yang memuat kehidupan pribadi seseorang dengan menampilkan citra diri yang sempurna.
Bunda, jika anak terbiasa terpapar hal-hal seperti ini sejak kecil, bisa jadi mereka akan tumbuh dengan cara yang sama. Seperti suka pamer harta, sombong, bahkan berujung masalah mental superioritas kompleks (sok jagoan).
Di sisi lain, anak juga bisa tumbuh menjadi orang yang penuh insecurities. Alhasil mereka jadi tak pernah merasa puas atas hidupnya dan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain.
3. Mudah Terpapar Konten Negatif
Di media sosial ada jutaan konten yang dapat diakses dengan sangat mudah tanpa filter. Ayah dan Bunda tak bisa hanya percaya kalau anak melihat tontonan yang positif saja.
Setiap konten yang dibagikan di media sosial sangat berpotensi memuat unsur SARA. Hal ini sangat tidak direkomendasikan untuk mereka lihat.
Perlu Ayah dan Bunda garisbawahi, anak adalah peniru ulung. Jika anak terpapar konten negatif, dikhawatirkan mereka akan tumbuh menjadi pelaku kekerasan atau pem-bully karena tayangan yang ditontonnya.
4. Terjerat Kejahatan Berbasis Online
Saat ini, media sosial bukanlah platform yang aman. Jika Ayah dan Bunda bersikeras untuk memberikan izin anak main media sosial, maka pengawasannya perlu diperketat!
Ayah dan Bunda juga harus mengedukasi anak bagaimana cara bermain media sosial yang bijak. Misalnya dengan meminta mereka untuk tidak asal menanggapi akun-akun yang menghubunginya melalui media sosial.
Ingatkan mereka untuk selalu bercerita atau memberi tahu Ayah dan Bunda apabila ada hal-hal yang mencurigakan di akun media sosialnya.
Kenalkan pada Anak Jika Sudah Waktunya!
Waktu yang tepat membolehkan anak main media sosial adalah ketika anak telah mencapai kemampuan kognitif serta kecerdasan emosi dan sosial yang baik. Biasanya, kemampuan ini sudah mulai terbentuk di usia 13 tahun ke atas.
Meski begitu, orangtua juga harus tetap melakukan pendampingan dan mengontrol akun media sosial anak.
Mengontrol di sini tak hanya mengecek apa saja yang di-posting anak posting, tetapi juga mengevaluasi perilakunya di media sosial.
Jika anak tak sengaja melihat konten negatif, jangan dimarahi, tapi ajak mereka berdiskusi. Jelaskan tentang kenapa hal seperti itu diunggah di internet, kenapa hal tersebut negatif dan apa dampaknya jika hal tersebut dilakukan oleh mereka.
Sebagai orangtua, Ayah dan Bunda harus mampu menjadi seseorang tepat untuk menjadi tempat anak mengadu jika ada hal-hal mencurigakan di internet.
Jangan lupa, selalu jadi sahabat yang siap membantu anak menelusuri dunianya dengan aman dan menyenangkan, ya Ayah, Bunda!