check it now

Jakarta Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia, Pakai Masker Lagi, Bun!

Ayah, Bunda, ajak si kecil pakai masker lagi, yuk! Bahaya banget polusinya...

Daftar Isi Artikel

Tak hanya pendidihan global yang menjadi sorotan masyarakat dunia. Kini, polusi udara yang semakin memburuk di wilayah DKI Jakarta, menjadi topik pembicaraan hangat di mancanegara.

Terhitung sejak bulan Juni 2023 lalu, Jakarta beberapa kali menempati posisi kedua kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Berselang beberapa pekan, tidak terlihat adanya peningkatan kualitas udara ke arah yang lebih baik. Parahnya, polusi udara semakin mengkungkung kota Jakarta layaknya kabut tebal yang tak ada habisnya.

Tak ayal, kondisi ini bahkan dimuat oleh media-media internasional seperti Reuters, yang menuliskan judul ‘Indonesia’s capital named world’s most polluted city’. Ibukota Indonesia dinobatkan sebagai kota paling berpolusi di dunia.

Bukan tanpa alasan, Reuters menulis artikel tersebut karena Jakarta telah konsisten menempati peringkat 10 besar kota paling berpolusi secara global sejak bulan Mei. Data tersebut dihimpun melalui IQAir.

Dari data tersebut, disimpulkan bahwa Jakarta, kota dengan populasi 10 juta manusia, berada dalam level kualitas udara tidak sehat hampir setiap hari. Hal ini tak hanya memperburuk kondisi kesehatan orang dewasa, melainkan juga anak-anak.

Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta tercatat berada dalam poin 176, yang artinya tidak sehat. Bahkan, konsentrasi polutan utamanya, PM 2.5, sebesar 103 mikrogram per meter kubik. Dalam hal ini, IQAir menyarankan warga untuk memakai masker ketika beraktivitas di luar rumah dan memasang air purifier atau penyaring udara di dalam rumah.

Baca Juga: Kualitas Udara Memburuk, Lakukan 7 Tips Ini untuk Jaga Si Kecil!

Respon Pemerintah Jakarta Soal Polusi Udara

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengaku telah melakukan berbagai cara untuk mengurangi sumber polusi udara. Ia mengklaim bahwa 50 persen polutan bersumber dari transportasi yang begitu padat di ibukota.

Heru juga menyatakan bahwa dirinya telah bekerja banyak demi mengentaskan masalah polusi udara. Di antaranya seperti pengoperasian bus listrik, penerapan ganjil-genap, dan penerapan tarif parkir tertinggi bagi kendaraan yang tak lolos uji emisi.

Ia juga telah berusaha untuk melakukan perluasan dan optimalisasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di seluruh wilayah Jakarta. Bahkan, Heru berencana untuk membuat 23 taman baru seluas 6,7 hektar demi kualitas udara yang lebih sehat.

Pemprov DKI juga tengah gencar untuk melakukan penanaman pohon setiap Selasa dan Jumat. Terhitung, jumlah pohon yang telah ditanam di seluruh kota mencapai 10.474 pohon sejak Oktober 2022.

Menurutnya, penyelesaian masalah polusi udara ini telah menjadi program jangka panjang yang tengah ia usahakan demi kota Jakarta yang lebih baik.

Dampak Buruk Polusi Udara Jakarta bagi Kesehatan

Polusi udara yang semakin parah hingga level tidak sehat, tentu memiliki dampak buruk bagi kesehatan warganya. Dalam jangka pendek, polusi udara dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi mata, hidung, kulit, tenggorokan, mengi, batuk, sesak dan kesulitan bernapas. Ada pula yang merasakan dampak langsung seperti sakit kepala, mual, dan pusing selepas terpapar polusi udara.

Maka dari itu, penting untuk menggunakan masker kesehatan ketika beraktifitas di luar rumah dan menggunakan penyaring udara di dalam rumah. Jika tidak, maka berbagai masalah kesehatan semacam ini akan terus membayangi. Apa saja sih masalahnya?

1. Penduduk Jakarta Rentan Alami Masalah Pernapasan

Kualitas udara yang buruk tentu sangat berdampak pada kondisi pernapasan kita. Terutama bagi orang yang memiliki penyakit sinusitis, rhinitis alergi, hingga asma. Bahkan, orang yang sebelumnya sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit pernapasan, bisa berisiko mengalami berbagai gangguan pernapasan.

Hal ini terjadi karena udara selalu masuk ke paru-paru melaui hidung. Jika udara yang masuk terkontaminasi berbagai jenis polutan, maka zat-zat berbahaya tersebut turut masuk ke dalam paru-paru dan memicu rusaknya jaringan pernapasan di dalamnya.

Kontaminasi tersebut meningkatkan risiko berbagai gangguan pernapasan seperti asma, emfisema, infeksi saluran napas, hingga bronkitis kronis.

2. Polusi Jakarta Berdampak Buruk bagi Kehamilan dan Janin

Dilansir dari Jakarta Rendah Emisi, polusi udara ternyata berdampak sangat buruk bagi ibu hamil dan janin. Paparan polusi udara yang buruk data menyebbabkan risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, bayi lahir prematur, meningkatkan kasus stunting., hingga berisiko mengindap autisme.

3. Alami Gangguan Kardiovaskular

Gangguan yang mungkin terjadi ialah pada pembuluh darah dan jantung. Paparan PM 2.5 yang berbahaya dapat menyelinap ke pembuluh darah setelah melewati sistem pernapasan. Hal ini meningkatkan munculnya masalah di arteri yang menganggu kesehatan jantung.

4. Gangguan Saraf dan Penurunan Kognitif

Selain berpengaruh pada sistem pernapasan, polusi udara yang memburuk di Jakarta juga bisa menyebabkan penyakit neurodegenerative atau gangguan saraf. Hal ini dapat berpengaruh dalam penurunan fungsi otak dan menyebabkan penyakit Alzheimer, Parkinson, dan semacamnya.

5. Tingkatkan Risiko Kanker

Polusi udara yang memburuk ternyata juga bisa meningkatkan risiko penyakit kanker. Tak hanya penyakit kanker paru-paru, risiko kanker lainnya seperti kanker payudara juga turut membayangi kaum wanita. Hal ini diperparah jika orangtua lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah tanpa menggunakan masker atau pelindung lainnya.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria