check it now

Indonesia Darurat Kekerasan Seksual pada Anak, Mengapa?

Kekerasan seksual pada anak di Indonesia sudah berada di level sangat mengkhawatirkan. Ayah, Bunda, jaga si kecil lebih ekstra, ya!

Daftar Isi Artikel

Kekerasan seksual pada anak di Indonesia sudah pada level darurat. Lingkungan sekitar, tetangga, bahkan keluarga di rumah sudah tidak lagi mampu memberikan ruang aman untuknya bermain dan berkembang.

Hal ini terjadi pada anak perempuan yang tinggal di Kabupaten Kubu Raya (KKR), Kalimantan Barat. Anak berusia 7 tahun ini menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh Ayah tiri, Kakek tiri, dan tetangganya.

Kekejian ini bermula sejak korban dititipkan pada Ayah tirinya di rumah, sementara sang Bunda bekerja di Malaysia. Lingkungan terdekat si kecil yang seharusnya berfungsi sebagai pelindung malah menjelma menjadi monster yang menyerangnya tanpa ampun.

Berdasarkan keterangan kepolisian, aksi pemerkosaan yang dilakukan pada korban berlangsung setiap hari selama hampir setahun. Kejadian ini baru diusut dan diketahui ketika korban mengeluhkan rasa sakit di bagian kelamin setiap kali buang air kecil.

Aksi keji yang dilakukan ketiga pelaku tak hanya memberikan bekas luka yang dalam pada psikis korban, melainkan juga pada kondisi fisiknya. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, korban menderita penyakit menular seksual.

Tak hanya mengeluhkan sakit setiap buang air kecil, tampak bermunculan bekas luka di tubuhnya, bahkan ada beberapa luka yang masih basah dan bernanah.

Korban turut bersaksi, Ayah tirinya kerap melakukan kekerasan padanya jika ia menolak menuruti perintah untuk memuaskan nafsunya. Korban kerap mendapatkan pukulan dengan ikat pinggang tiap kali menolak.

Ia juga bercerita, Ayah tirinya selalu memperkosa dirinya setiap malam, sejak dirinya masih berusia 6 tahun. Sementara itu, aksi senonoh ini dilanjutkan oleh Kakek tirinya setiap pagi hari.

Semenjak kepergian Bundanya untuk bekerja di Malaysia, korban tidak diurus selayaknya seorang anak oleh orangtua sambungnya. Ia bahkan tidak memiliki akta kelahiran dan tidak mengenyam bangku sekolah.

Sementara itu, kepolisian sudah mengamankan Kakek tiri korban untuk dilakukan pemeriksaan. Sementara itu, Ayah tiri dan tetangga korban masih dalam pencarian.

Baca Juga: 7 Destinasi Liburan Keluarga Paling Seru, Ajak Si Kecil Hiking?

Kasus Kekerasan Seksual pada Anak di Indonesia

Kasus kekerasan seksual pada anak seperti yang terjadi di Kalimantan bukanlah yang pertama terjadi. Menurut data yang dihimpun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kasus kekerasan seksual pada anak di Indonesia selama tahun 2023 mencapai angka 3.000 kasus.

Lebih ironisnya lagi, pelaku kekerasan seksual pada anak kebanyakan didominasi oleh guru, pemilik atau pemimpin pondok pesantren, kepala sekolah, guru, pengasuh asrama/pondok, kepala madrasah, penjaga sekolah, keluarga, dan lainnya.

Dapat dikatakan, pelaku didominasi oleh orang-orang yang seharusnya memberikan rasa aman, perlindungan, dan kasih sayang kepada si kecil.

Korban kekerasan seksual di Indonesia rata-rata merupakan anak berusia 7-8 tahun. Di usia yang begitu belia, banyak dari mereka yang tidak sadar dan tidak tahu bahwa dirinya sedang mengalami pelecehan hingga kekerasan seksual.

Masalahnya, hal ini akan menjadi boomerang ketika kemudian mereka tumbuh menjadi dewasa dan mulai memahami bahwa apa yang terjadi padanya di masa lalu merupakan bentuk kekerasan seksual.

Menurut Bravehearts, dampak psikis dari hal ini bisa membuat si kecil menjadi trauma pada laki-laki di masa depan. Ini membuatnya menjadi pribadi yang tertutup pada lawan jenis, bahkan menolak untuk memiliki hubungan romansa dengan laki-laki hingga menikah.

Hal ini pun berlaku sebaliknya, korban merasa tidak lagi berharga karena kekerasan seksual yang pernah ia alami. Kejadian traumatis tersebut membuatnya malah memilih jalur ekstrem dan menjadi Pekerja Seks Komersil (PSK).

Stop Kekerasan Seksual dengan Lakukan Hal Ini!

Dalam mencegah kasus kekerasan seksual pada anak, semua pihak harus terlibat. Mulai dari lingkup pemerintah, hingga ke lingkup terkecil, yakni keluarga. Sebagai negara dengan jumlah kelahiran anak terbanyak di dunia, sudah saatnya Indonesia lebih fokus kepada tumbuh-kembang generasi bangsa.

Kasus kekerasan seksual yang semakin masif harus dihentikan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi seks sejak dini pada si kecil. Tak hanya pada anak perempuan, edukasi ini juga harus diberikan untuk anak laki-laki. Sebab, kasus kekerasan seksual yang terjadi tak pandang bulu, semua bisa menjadi korban.

Selain itu, Ayah dan Bunda bisa melakukan perlindungan ekstra pada si kecil dengan melakukan berbagai hal berikut:

  • Terlibat di seluruh aspek kehidupan anak. Tak hanya bertanggung jawab pada kebutuhan jasmaninya, Ayah dan Bunda wajib terlibat di seluruh perkembangan si kecil. Ayah dan Bunda harus tahu seperti apa lingkungan si kecil baik di rumah maupun di sekolah.
  • Ajak si kecil untuk mau cerita tentang kehidupannya. Komunikasi yang terbuka menjadi kunci yang bisa menyelamatkan si kecil dari hal apapun yang menimpa hidupnya. Di sela kesibukan Ayah dan Bunda, jangan lupa untuk selalu tanyakan apa saja yang sudah si kecil lalui di hidupnya. Selain menjadi bentuk evaluasi, hal ini juga membuat si kecil merasa dihargai keberadaannya dan memiliki rumah atau tempat pulang yang sesungguhnya.
  • Belajar mengenal bagian tubuh dan edukasi seks sejak dini. Pendidikan seks sejak dini bisa dimulai dengan mengajarkan si kecil tentang bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh atau dilihat orang lain.
  • Ajarkan si kecil untuk tegas tentang tubuhnya. Tumbuhkan keberanian pada si kecil untuk bisa menolak atau berlaku tegas ketika ada orang yang ingin mengintervensi tubuhnya. Sikap ini bisa ditumbuhkan melalui latihan drama situasi di rumah, di mana Ayah dan Bunda berpura-pura menjadi orang jahat yang ingin menyakiti si kecil.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria