Belum usai Covid-19, kini dunia kembali digemparkan dengan temuan kasus hepatitis ‘misterius’ yang menyerang anak-anak. Agar tak terlambat dan tak salah penanganan, berikut beberapa informasi yang harus diketahui.
Hepatitis adalah peradangan pada sel hati atau liver yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Peradangan pada sel hati dapat ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati yang dapat dilihat melalui pemeriksaan SGOT/SGPT.
“Hepatitis dapat menyerang siapa saja. Baik dewasa maupun anak-anak. Perempuan maupun laki-laki. Semuanya memiliki risiko yang sama besar. Adapun untuk kasus hepatitis ‘misterius’ yang belakangan muncul mayoritas 57% menyerang anak-anak usia 3-5 tahun,” Ungkap dr. Tania Paramita Sp.A, Dokter Spesialis Anak Brawijaya Hospital Duren Tiga.
Lalu apa saja faktor penyebab hepatitis ‘misterius’ yang belakangan ramai menjadi bahan perbincangan?
Dokter Taniayang juga melakukan praktik di FEMA Clinic Kota Wisata Cibubur dan Prime Care Clinic Tebet mengatakan, “Sampai saat ini, Juni 2022, tim dokter dan peneliti belum mengetahui penyebab pasti hepatitis ‘misterius’ ini. Namun ada dua virus paling banyak yang terdeteksi yaitu SARS-CoV-2 (penyebab Covid-19) dan Adenovirus. Untuk Adenovirus, infeksi diprediksi oleh tipe F41 yang penularannya melalui fecal oral. Jadi masuk melalui mulut oleh orang yang terkontaminasi virus saat makan.”
Gejala Hepatitis ‘Misterius’ pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Gejala hepatitis ‘misterius’, jelas Dokter Tania, bisa terbagi menjadi tiga fase yaitu fase awal, lanjutan, dan gejala yang sudah lanjut.
Pada fase awal, gejalanya itu berupa diare, mual, muntah, demam, sakit perut, dan gejala gangguan saluran pernapasan seperti batuk, pilek, dan sebagainya.
Lalu pada fase lanjutan sudah menunjukkan gejala terlihat kuning, peningkatan kadar enzim hati hingga >500 u/L yang dapat dilihat melalui pemeriksaan SGOT/SGPT. Selain itu, penderita juga akan menunjukkan gejala lainnya seperti urine berwarna pekat seperti teh dan fases pucat/tidak berpigmen seperti pada umumnya.
Sedangkan untuk gejala lebih lanjut atau hepatitis fulminan penderita biasanya sudah di tahap penurunan kesadaran dan waktu pembekuan lebih dari 15 detik. Kasus seperti ini tidak bisa dikoreksi dengan obat-obatan karena sudah sangat berat dan memunculkan gangguan hati sehingga perlu melakukan transplantasi hati.
Bagaimana bila si kecil sudah terlanjur mengalaminya, bagaimana cara menanganinya? Dan apa saja cara yang dapat dilakukan orangtua untuk menghindari si kecil dari bahaya hepatitis ‘misterius’ ini?
“Apabila ditemukan gejala seperti yang tadi disebutkan pada anak usia >16 tahun, jangan ragu untuk segera membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera dilakukan pemeriksaan dan pengecekan SGOT/SGPT,” tegas Dokter Tania.
Tak lupa, Dokter Tania juga mengingatkan para orangtua untuk selalu memastikan si kecil mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga kebersihan, menghindari kontak dengan orang sakit, menggunakan masker, serta tidak berbagi alat makan atau barang-barang pribadi lainnya.
“Jangan lupa untuk selalu menyajikan makanan yang sehat, bergizi dan dimasak hingga matang sempurna serta membuang fases atau popok sekali pakai di tempatnya dengan tepat,” tutup Dokter Tania.