Ayah dan Bunda pernah mendengar nama generasi yang satu ini, nggak? Iya, Ayah dan Bunda nggak salah baca kok, namanya Generasi Strawberry.
Maksud dari generasi ini bukan artinya generasi yang suka makan buah stroberi lho ya, melainkan generasi yang dianggap lemah dan tidak tahan banting dalam menjalani kehidupan. Generasi yang satu ini juga seringkali dianggap sebagai generasi yang FOMO atau mudaah terpengaruh orang lain.
Generasi siapa sih yang termasuk dalam generasi ini?
Baca Juga: Jarang Disadari, Ini Bentuk & Tanda Kekerasan pada Anak
Generasi Strawberry Itu Apa?
Istilah generasi strawberry atau stroberi disematkan pada generasi muda atau gen Z yang dianggap memiliki mental yang lemah. Generasi ini ialah mereka yang lahir antara pertengahan 1997 hingga 2010.
Disebut stroberi karena generasi ini terkenal dengan personanya yang kreatif dan unik, mudah beradaptasi, melek teknologi, namun di sisi lain, sangat lemah dan mudah rapuh. Mereka seringkali disebut lunak, kurang tahan banting, dan mudah menyerah pada ketidakpastian.
Analogi tersebut dikaitkan dengan buah stroberi yang cantik dan menarik, namun mudah hancur apabila sedikit ditekan.
Bagaimana Karkteristik Generasi Ini?
Meski begitu, tak semua gen Z dipukul rata sebagai generasi stroberi, lho. Ada beberapa karakteristik yang menjadi tanda dari generasi ini, berikut di antaranya:
- Sensitif. Generasi stroberi dikenal karena kepekaan emosional yang tinggi. Mereka aktif merespon isu-isu yang terjadi di sekelilingnya. Mulai dari isu sosial, lingkungan, politik, hingga kesehatan mental.
- Melek Digital. Layaknya generasi Z lainnya yang memang tumbuh di era kejayaan digital, generasi stroberi juga sangat bergantung dengan teknologi. Mereka sangat terhubung dan bergantung dengan dunia maya. Bahkan, ketergantungan ini membuat mereka seringkali terbuai dan dilemahkan oleh digital.
- Kreatifitas dan Ide yang Unlimited. Di balik mental yang dianggap rapuh, generasi stroberi seringkali memiliki pandangan dan cara berpikir yang unik, juga kreatif. Mereka juga rentan terhadap tekanan dan kritik yang dapat membatasi ekspresi kreatif mereka.
- Kecenderungan Bermental Rapuh. Generasi ini seringkali rentan terhadap tekanan dan kritik dari lingkungan sekitar, baik di dunia nyata maupun maya.
- Tingkat Kecemasan yang Tinggi. Ketergantungan generasi ini terhadap dunia digital dan media sosial membuatnya lebih rentan mengalami kecemasan. Hal ini terjadi karena mereka merasa tertekan atas standar yang tidak realistis dari apa yang tampak di media sosial. Mulai dari standar kecantikan, standar mapan, standar bahagia, dan semacamnya.
Mengapa Generasi Strawberry Menjadi Generasi yang Lemah?
Lantas, apa sih yang menyebabkan generasi ini jadi rapuh dan lebih mudah menyerah? Ternyata, kemerosotan ketahanan mental ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan generasi strawberry yang penuh tekanan. Berikut ini beberapa penyebabnyaa:
- Perubahan Sosial dan Lingkungan. Pernahkah Ayah dan Bunda menyadari, perubahan sosial dan lingkungan yang terjadi selepas 2000-an menjadi sangat cepat. Tak ada lagi yang disebut dengan slow-living, semuanya serba fast-pace, berlomba tanpa henti. Tuntutan tekanan yang serba cepat ini membuat generasi ini mudah kewalahan.
- Pengaruh Media Sosial. Meski perkembangan teknologi punya segudang manfaat dan kebaikan untuk peradaban, nyatanya ada banyak sisi gelap yang berpengaruh besar terhadap perkembangan psikologis dan mental generasi ini. Di antaranya seperti standar yang tidak realistis, cyberbullying, dan pengukuran diri yang berlebihan melalui media sosial.
- Manajemen Stress dan Manajemen Emosi yang Kurang Baik. Dengan segala tekanan dan tuntutan yang ada, mereka kewalahan. Di usia dini, mereka belum mampu dan belum memahami cara mengelola stress dan manajemen emosi yang baik.
Tips Hadapi Generasi Strawberry agar Lebih Tangguh!
Ayah dan Bunda tak perlu khawatir, dalam menghadapi hal ini ada beberapa tips yang bisa dilakukan, di antaranya adalah:
- Berikan Dukungan Sosial. Sekali-dua kali, ajak generasi ini untuk terlibat dalam berbagai aktivitas sosial secara langsung. Kontak sosial yang nyata membantu mereka untuk keluar dari tabir dan distraksi dunia maya.
- Belajar Mengelola Emosi. Manajemen emosi dan manajemen stress merupakan pondasi penting yang akan menyelamatkannya hingga dewasa. Pengelolaan emosi yang baik dapat menghindarkan generasi ini dari mental yang rapuh dan mudah menyerah.
- Melek Kesehatan Mental. Terbuka akan kondisi mental dan mau terbuka untuk mempelajarinya juga termasuk cara terbaik dalam membentuk sisi tangguh anak. Dengan mengenali diri sendiri, mereka jadi tahu apa kelemahan dan kelebihannya. Ini yang membuat mereka jadi lebih tangguh dan mampu menyeleksi apa yang penting dan tidak penting untuk diberi perhatian,
- Membatasi Penggunaan Media Sosial. Salah satu kunci hidup tangguh adalah dengan membatasi penggunaan media sosial. Anak yang lebih banyak memusatkan dirinya pada dunia maya, akan terjebak didalamnya dan seringkali mengalami bias terhadap realitas yang ada. Oleh sebab itu, pastikan si kecil punya waktu dan durasi yang tepat dalam mengonsumsi gadget-nya, ya.