Anemia pada anak tak hanya berdampak pada kondisi fisik, tapi juga memengaruhi fungsi otak yang penting untuk belajar.
Hal ini terungkap dalam INA Nutri Symposium 2025. Para ahli menjelaskan bahwa anemia dan gangguan penglihatan dapat menurunkan kemampuan kognitif anak secara signifikan.
Studi yang didukung oleh Danone menunjukkan bahwa kekurangan zat besi dapat mengganggu kemampuan fokus dan daya serap anak saat belajar. Masalah penglihatan yang tidak ditangani juga turut menurunkan pencapaian akademik mereka secara keseluruhan.
Anemia pada Anak: Terkait Gangguan Memori Kerja
Sebanyak 19,7% dari 335 anak usia sekolah dasar di Jakarta mengalami anemia. Lebih mengejutkan lagi, 22,1% di antaranya memiliki gangguan memori kerja.
“Anak dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah secara signifikan menunjukkan performa memori kerja yang lebih buruk. Ini menunjukkan bahwa anemia bukan hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak nyata pada fungsi kognitif dan kemampuan belajar anak,” ujar Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada.
Lebih lanjut, anak-anak dengan gangguan memori kerja tercatat memiliki kadar hemoglobin yang jauh lebih rendah dibandingkan anak dengan memori kerja normal.
Dokter Ray juga menekankan bahwa anak yang mengalami stunting berisiko tiga kali lipat lebih tinggi mengalami gangguan memori kerja. Hal ini menunjukkan adanya hubungan erat antara malnutrisi, anemia pada anak, dan perkembangan otak.
Baca Juga : Cegah Malnutrisi Sejak Dini dengan Asupan Gizi Seimbang di 1000 HPK
“Rendahnya asupan protein dan lemak pada anak usia sekolah dapat memperparah dampak anemia terhadap fungsi kognitif,” tambah Dokter Ray.
Karena itu, penting adanya program nutrisi berbasis sekolah yang fokus pada pemenuhan kebutuhan zat besi dan protein, demi mendukung perkembangan memori dan kemampuan belajar anak secara menyeluruh.
Selain Anemia, Gangguan Penglihatan Juga Pengaruhi Fokus Belajar
Selain anemia pada anak, gangguan penglihatan seperti rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme juga menjadi perhatian. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menghambat proses belajar yang mayoritas berbasis visual.
“Anak dengan penglihatan terganggu perlu berusaha lebih keras untuk memahami informasi. Hal ini menurunkan efisiensi memori kerja dan berdampak pada kemampuan belajar secara keseluruhan,” jelas Dr. Kianti R. Darusman, M.Sc., PhD, Director Kemitraan IHDC.
Walau hubungan antara gangguan penglihatan dan memori kerja belum signifikan secara statistik, data menunjukkan bahwa 19,5% anak dengan gangguan penglihatan juga mengalami gangguan memori kerja. Anak-anak dengan penglihatan tidak optimal juga tercatat memiliki nilai akademik lebih rendah secara signifikan dibandingkan anak dengan penglihatan normal.
Peran Danone dalam Mewujudkan Generasi Sehat
Dukungan Danone Indonesia dalam simposium ini menjadi bagian dari komitmennya untuk mewujudkan generasi Indonesia yang sehat dan berkualitas. Selain mendukung riset ilmiah, Danone juga aktif dalam program pencegahan stunting dan anemia pada anak melalui edukasi gizi dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Kami mendukung pendekatan berbasis edukasi, riset ilmiah, serta program kolaboratif untuk membantu pemerintah dalam menanggulangi stunting dan anemia,” tegas perwakilan Danone dalam sesi simposium.
Dari paparan kedua studi ini, jelas bahwa anemia pada anak dan gangguan penglihatan tak bisa dipandang sebelah mata. Keduanya berdampak signifikan terhadap fungsi kognitif, terutama memori kerja, yang memengaruhi proses belajar secara langsung. Pemeriksaan kesehatan rutin, pemenuhan zat gizi seperti zat besi dan protein, serta penanganan visual sejak dini menjadi langkah penting dalam mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.