check it now

Fakta Seputar Batuk Rejan Pada Anak

Karena termasuk salah satu penyakit mematikan, pastikan anak mendapat imunisasi yang lengkap agar terhindar dari penyakit batuk rejan.

Daftar Isi Artikel

Menurut data dari badan kesehatan dunia, setiap tahunnya di seluruh dunia terdeteksi 30 sampai dengan 50 juta kasus batuk rejan, di mana 300 ribu di antaranya menyebabkan kematian.

Menurut dr. Martinus M. Leman, DTMH, Sp.A., batuk rejan adalah istilah awam untuk penyakit Pertussis atau sering juga disebut dengan batuk 100 hari.

Meski batuk rejan bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia. Namun, menurut sejumlah penelitian penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak, terutama yang berusia dibawah 2 tahun.

Hal tersebut karena anak memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Itulah mengapa, seorang anak lebih rentan terkena penyakit batuk rejan dibandingkan orang dewasa. Apalagi bila anak itu tidak lengkap imunisasinya.

“Itu artinya ketika daya tahan tubuh orang dewasa sedang lemah, maka ia juga bisa terkena penyakit ini. Terlebih bila saat kecil, orang tersebut tidak mendapatkan imunisasi DPT,” jelas dokter Martinus.

Gejala Batuk Rejan

Menurut penjelasan dari dokter Martinus, gejala yang paling mudah dikenali dari penyakit ini berupa batuk yang bersifat mendadak dan terus menerus. Bahkan tak jarang membuat penderitanya sulit bernapas.

“Gejala tersebut biasanya muncul setelah masa inkubasi sekitar 7 hari, dan selanjutnya penyakit akan berlangsung kurang lebih 6 sampai dengan 8 minggu,” imbuhnya.

Adapun tahapan gejalanya bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap awal atau stadium kataralis, stadium akut paroksismal, dan stadium konvalesen.

Stadium kataralis atau tahap awal biasanya berlangsung 1-2 minggu dengan gejala seperti pilek, mata merah, mata berair, batuk kering, dan batuk tidak begitu tinggi. Pada tahap ini gejalanya memang agak sulit dibedakan dengan gejala common cold (selesma).

Pada stadium paroksismal atau spasmodic yang berlangsung 2-4 minggu, frekuensi dan derajat batuknya makin berat. Dapat terjadi batuk berulang 5-10 kali tanpa henti dan diakhiri dengan upaya tarik napas yang menyebabkan bunyi melengking.

“Selama batuk hebat ini muka bisa menjadi kebiruan, mata menonjol, keluar banyak air mata, keluar liur, bahkan sering terjadi pecahnya pembuluh darah mata akibat batuk terlalu keras dan sering. Karena batuk yang sifatnya terus menerus itu jugalah, maka anak-anak yang menderita batuk rejan umumnya terlihat lemas dan stres,” ungkap dokter Martinus panjang lebar.

Tahap selanjutnya adalah stadium konvalesen, yaitu stadium penyembuhan di mana gejala akan berangsur berkurang secara bertahap selama 2-3 minggu. Secara lebih spesifik, gejala dari penyakit batuk rejan sebenarnya juga dipengaruhi oleh umur dan riwayat penderitanya.

Untuk anak yang berusia kurang dari dua tahun misalnya, gejalanya bisa berupa batuk mendadak yang sulit berhenti sehingga menimbulkan sesak, muntah, atau bahkan kejang. Sementara bagi anak yang usianya lebih besar, gejalanya cenderung lebih ringan dan lebih cepat reda serta jarang sampai terjadi kejang.

Cara Mencegah dan Merawat Anak yang Mengalami Batuk Rejan

Penderita Pertussis sudah pasti perlu mendapatkan perawatan dokter, khususnya untuk mengurangi gejala dan komplikasi yang terjadi.

Dalam beberapa kasus, seperti pada anak-anak di bawah usia dua tahun, orang tua perlu senantiasa mengawasi jalannya pernapasan anak. Artinya jangan sampai saluran pernapasannya tertutup lendir.

Dokter Martinus juga mewanti-wanti orang tua, “Satu hal yang perlu orang tua ketahui bahwa batuk rejan adalah penyakit menular. Penularan penyakit ini sangat mudah yaitu melalui sekresi udara pernapasan/droplet ketika penderitanya sedang batuk. Kuman yang keluar akibat batuk-batuk tersebut kemudian terhirup oleh orang lain sehingga terjadilah penularan,” katanya.

Disebutkan attack rate penyakit ini mencapai 80-100% pada penduduk yang rentan. Artinya, bila ada seorang anak yang tidak lengkap imunisasinya, terlebih belum mendapatkan imunisasi DPT dan berdekatan dengan penderita Pertussis, maka kemungkinan tertularnya mencapai 80- 100%.

“Itu sebabnya pemberian imunisasi lengkap merupakan cara paling efektif untuk mencegah anak-anak terserang batuk rejan. Khususnya imunisasi DPT (Diphteri-Pertusis-Tetanus) yang merupakan imunisasi dasar atau wajib,” tutup dokter Martinus.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti