Menjadi orang tua adalah keputusan besar yang memerlukan banyak pertimbangan. Sayangnya, kesiapan emosional dan finansial saja belum cukup, karena secara alami, kualitas sel telur menurun seiring bertambahnya usia, yang pada akhirnya bisa memengaruhi peluang untuk hamil. Salah satu solusi modern yang kini banyak dipertimbangkan adalah egg freezing atau pembekuan sel telur.
Apa Itu Egg Freezing?
Egg freezing atau oocyte cryopreservation adalah prosedur medis untuk membekukan sel telur perempuan dalam kondisi terbaiknya agar dapat digunakan di masa depan. Teknologi ini sangat membantu perempuan yang ingin menunda kehamilan karena alasan pribadi maupun medis.
Menurut dr. Febriyan Nicolas Kengsiswoyo, SpOG, MKes, Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi di Eka Hospital Grand Family:
“Banyak wanita yang baru siap memiliki anak di usia 35 tahun ke atas, ketika cadangan sel telurnya sudah menurun signifikan.”
Egg freezing dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium, membekukannya menggunakan metode vitrifikasi, lalu menyimpannya dalam nitrogen cair bersuhu -196°C. Saat perempuan sudah siap hamil, sel telur akan dicairkan dan dibuahi melalui proses IVF (bayi tabung).
Tahapan Prosedur Egg Freezing
dr. Nicolas menjelaskan bahwa prosedur pembekuan sel telur terdiri dari 5 tahap utama:
- Stimulasi Ovarium. Pasien diberi suntikan hormon untuk merangsang pertumbuhan banyak sel telur dalam satu siklus.
- Pengambilan Sel Telur. Setelah matang, sel telur diambil menggunakan panduan USG dan anestesi ringan.
- Pembekuan. Sel telur dibekukan secara cepat (vitrifikasi) untuk mencegah kerusakan akibat kristal es.
- Penyimpanan. Sel telur disimpan dalam tangki nitrogen cair pada suhu -196°C.
- Penggunaan di Masa Depan. Saat pasien siap hamil, sel telur dicairkan, dibuahi (menggunakan metode ICSI), dan embrio ditanamkan ke dalam rahim.
Pertanyaannya, apakah semua wanita cocok menjalani egg freezing?
Tidak semuanya. Namun prosedur ini sangat direkomendasikan bagi perempuan dalam kondisi berikut:
- Wanita usia subur (idealnya <35 tahun) yang ingin menunda kehamilan karena karier, pendidikan, atau belum memiliki pasangan.
- Pasien dengan kondisi medis seperti endometriosis, insufisiensi ovarium prematur, atau penyakit autoimun.
- Pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi, radioterapi, atau operasi panggul yang berisiko merusak fungsi ovarium.
“Dengan membekukan sel telur saat masih sehat dan muda, kita memberi diri kita sendiri kesempatan terbaik untuk hamil di masa depan,” ungkap dr. Nicolas.
Apakah Metode Pembekuan Sel Telur Aman dan Bagaimana Efektivitasnya?
Menurut dr. Nicolas, efektivitas egg freezing sangat dipengaruhi oleh usia saat pembekuan dilakukan. Semakin muda usianya, semakin tinggi peluang keberhasilan kehamilan di masa depan.
Meskipun tidak menjamin kehamilan 100%, prosedur ini terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan peluang kehamilan, terutama bagi perempuan yang harus menunda kehamilan karena alasan medis atau pribadi.
Dari segi keamanan, prosedur ini tergolong minim risiko dengan efek samping yang ringan. Namun, perlu diperhatikan bahwa biaya prosedur cukup besar karena melibatkan beberapa tahapan kompleks.
Baca Juga : Tips Hamil Anak Laki-Laki, Bisa Diatur Lewat Ovulasi dan Pola Hidup?
Konsultasikan dengan Dokter
Meski secara teori semua perempuan bisa menjalani egg freezing, tidak semua cocok tanpa evaluasi terlebih dahulu. dr. Nicolas menekankan pentingnya konsultasi dengan dokter spesialis fertilitas.
“Kami akan melakukan serangkaian pemeriksaan seperti tes AMH dan USG transvaginal untuk menilai cadangan sel telur serta kesiapan tubuh secara keseluruhan,” jelasnya.
Egg freezing adalah salah satu solusi modern untuk perempuan yang ingin menjaga peluang kehamilan di masa depan. Prosedur ini memungkinkan sel telur dibekukan saat masih sehat dan digunakan saat waktu sudah tepat secara pribadi maupun medis. Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada usia dan kondisi kesehatan, sehingga penting untuk melakukan evaluasi dan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli.