Satu hal yang harus ditegaskan adalah depresi postpartum merupakan hal yang nyata dan tidak bisa diabaikan. Tantangan baru dalam menjadi seorang Bunda bukanlah suatu hal yang mudah dan bisa dianggap remeh.
Rasa lelah, kaget, dan banyaknya tekanan membuat sebagian Bunda mengalami depresi pasca persalinan. Sayangnya, mayoritas Bunda tak menyadari dirinya tengah mengalami depresi. Menurut data WHO, angka kasus depresi postpartum di Indonesia antara 50-70%.
Depresi postpartum yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan bantuan segera, bisa berakibat fatal. Hal ini terjadi pada seorang Bunda di Thailand yang bernama Pranaiya Oulapathorn yang mengalami sindrom ini setelah melahirkan anak pertamanya, Arthur Magoffin.
Pranaiya melahirkan Arthur padaa 16 Maret 2021 lalu. Dalam infromasi yang dimuat oleh suaminya, Hamish Magoffin di media sosial IG @hrmagoffin, Arthur lahir sehat dengan berat 3,8 kilogram dan panjang 52 sentimeter.
Tentu kelahiran putra pertamanya membuat Pranaiya bahagia. Ia menyambut kelahiran Arthur dengan penuh sukacita dan persiapan yang sempurna. Sayangnya, kebahagiaan Pranaiya tidak bertahan lama.
Seperti apa kisahnya? Simak kisah depresi pasca melahirkan yang dialami Pranaiya, ya. Kenali gejalanya dan jangan biarkan orang tersayang kita mengalami hal ini, ya!
Baca Juga: Depresi Setelah Melahirkan? Kenali Penyebab Psikosis Pasca Persalinan!
Depresi Postpartum yang Dialami Pranaiya Disebabkan oleh ASI yang Kurang Lancar
Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk Pranaiya. Sebagai seorang Bunda yang baru melahirkan anak pertama, ia juga berusaha untuk memberikan segala yang terbaik untuk putra kecilnya.
Sayangnya, menjadi Bunda yang ‘terbaik’ untuk Arthur dirasa sulit untuk Pranaiya. Sebab, Pranaiya mengalami masalah dalam memberikan ASI kepada bayinya dan membuatnya merasa menjadi Bunda yang gagal.
Sang suami, Hamish, mulai menyadari tingkah laku yang berbeda dari istrinya saat Arthur berusia 4 bulan. Pranaiya terlihat mudah cemas dan seringkali mengalami insomnia. Banyak teman dari Hamish yang memperingatkannya tentang depresi postpartum, namun ia tidak tahu harus bagaimana.
Akhirnya, pada Juli 2021 Hamish membawa Pranaiya ke dokter untuk melakukan sejumlah tes. Namun, hasilnya menunjukkan bahwa apa yang terjadi pada Pranaiya bukanlah depresi pasca persalinan. Dokter yang menanganinya pun terlihat menyepelekan kondisi Pranaiya dan membuat kondisinya memburuk dengan cepat.
Hamish kembali menemui dokter kedua pada Agustus 2021 yang kemudian diketahui bahwa apa yang dialaminya merupakan depresi postpartum. Pranaiya pun akhirnya menjalani rawat jalan sambil dilakukan pengobatan dan terapi non bedah lainnya.
Suami Pranaiya Bangun Yayasan Edukasi Demi Cegah Korban Akibat Depresi Setelah Melahirkan
Sayangnya, depresi yang dirasakan Pranaiya lebih kuat dari pengobatan yang diusahakan Hamish. Pranaiya masih sering diliputi kecemasan dan obat antidepresan yang ia konsumsi tidak berpengaruh apa-apa terhadap mentalnya.
Tepat pada 1 September 2021, Pranaiya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya bersama Arthur. Hal ini membuat Hamish begitu terpuruk. Sebab ia tak hanya kehilangan satu orang yang ia cintai, tetapi sekaligus dua orang yang menjadi dunianya.
Setelah kepergian Pranaiya dan Arthur, Hamish bertekad untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap depresi postpartum dengan mendirikan PAM Foundation (Pranaiya & Arthur Magoffin).
Yayasan tersebut berisi pendidikan, perawatan, serta penelitian mengenai Bunda yang mengalami depresi pasca melahirkan. Ia berharap, yayasannya dapat membantu masyarakat untuk lebih peduli sehingga kondisi depresi pada Bunda setelah melahirkan bisa dicegah dan diatasi sedini mungkin.
Bagaimana Mengenali Tanda Depresi Postpartum?
Belajar dari kasus Pranaiya, kita juga harus lebih peka dan peduli kepada Bunda yang baru melahirkan dan mengalami kesulitan dalam menghadapi bayinya. Terutama untuk para Ayah yang seharusnya bisa berbagi peran dan mendeteksi adanya kemungkinan gejala depresi postpartum yang dialami Bunda.
Berikut beberapa gejala yang bisa menjadi tanda seorang Bunda alami depresi setelah melahirkan:
- Bunda alami baby blues, yakni perubahan mood yang sangat cepat dan ketidakstabilan emosi.
- Rasa sedih dan bersalah yang terus menerus menghantui pikiran.
- Sulit mengambil keputusan.
- Cemas dan khawatir berlebih, sebab takut tidka bisa menjadi Bunda yang baik.
- Pola tidur yang berubah.
- Merasa tidak dicintai dan tertekan sepanjang hari.
- Berpikir untuk menyakiti diri sendiri atau anak.
Jika melihat atau mengalami kondisi seperti yang disebutkan di atas, maka segeralah cari pertolongan dari orang terdekat untuk berbagi tentang masalah yang dihadapi. Dalam tahap yang ekstrem, segera konsultasi dengan dokter atau psikolog untuk mendapatkan penanganan.