Semua orang pasti senang jika mendapat pujian, terlebih anak-anak. Bagi mereka, pujian ibarat motivasi agar dapat berprilaku lebih baik.
Sayangnya, seringkali orang tua kurang peka dan tulus dalam memberikan pujian. Sehingga dampak yang ditimbulkan pun tidak sesuai harapan.
Bukannya berperilaku positif, anak malah bisa menjadi sombong dan rentan mengalami frustasi.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Titi P. Natalia, M.Psi, psikolog perkembangan anak, remaja dan keluarga. Menurutnya, pujian memang sangat diperlukan oleh anak, tapi harus dalam porsi sewajarnya alias tidak berlebihan.
“Seringkali ada orangtua yang pelit pujian, tapi ada juga yang obral pujian. Sebaiknya pujian memang diberikan dalam porsi yang sewajarnya. Artinya orangtua harus tahu, kapan pujian itu layak diberikan pada anak dan bagaimana cara menyampaikan pujian tersebut,” jelasnya.
Porsi tepat memberikan pujian
Titi juga mengatakan bahwa sekecil apapun perbuatan positif anak seperti ketika mereka dapat menggunakan kata tolong, permisi dan terima kasih, maka mereka berhak mendapatkan pujian. Sebab, tidak semua anak bisa bisa mengucapkan kata-kata itu.
“Kalau kebiasaan menggunakan kata tolong, permisi dan terima kasih sudah menjadi habit anak, maka sebenarnya kata-kata pujian untuk prilaku tersebut sudah tidak diperlukan lagi,” tambahnya.
Pujian yang diberikan harus berdasarkan perilaku anak, bukan pada diri anak.
Misalnya, saat anak menggunakan kata tolong ketika minta diambilkan sesuatu, maka pujian yang diberikan sebaiknya jangan “Anak baik”.
Pasalnya pujian seperti itu dapat menjadi beban. Lebih baik gunakan kata-kata “Bagus sekali. Kamu sekarang sudah bisa menggunakan kata tolong waktu minta diambilkan sesuatu”.
Dengan kalimat pujian seperti itu, anak akan merasa diperhatikan dan terdorong untuk terus melakukan hal yang sama.
Dampak Positif Pujian
Lebih lanjut, Titi mengatakan bahwa lewat pujian ada beberapa dampak positif yang bisa dirasakan anak. Di antaranya adalah meningkatnya self esteem atau harga dirinya.
“Jika anak merasa dirinya berharga, maka kepercayaan dirinya pasti akan tumbuh. Kalau sudah percaya diri, mereka akan berkembang menjadi anak yang berani dan mandiri,” ujarnya.
Tidak hanya itu, pujian yang tepat juga akan membuat anak merasa dicintai dan nyaman dengan dirinya sendiri.
Dengan kondisi demikian, otomatis jiwa mereka akan tumbuh lebih sehat dan bahagia. Sehingga nantinya anak akan lebih mudah memberikan penghargaan kepada orang lain, memiliki banyak teman serta keterampilan sosialnya pun ikut meningkat.
“Ketika anak merasa dirinya dicintai, maka motivasi belajarnya bisa ikut meningkat. Ini juga merupakan dampak positif tidak langsung dari pujian,” kata Titi.
Dampak Negatif Pujian
Sementara itu, Titi juga menekankan bahwa pujian yang berlebihan dan tidak tepat sasaran hanya akan memberikan efek negatif pada anak.
“Dengan seringnya anak mendapat pujian, maka mereka akan merasa bahwa pujian itu memang sudah menjadi suatu keharusan. Dengan kata lain mereka akan tumbuh jadi anak yang selalu haus pujian. Apa-apa harus dipuji, kalau tidak dipuji mereka akan kecewa,” tuturnya.
Pujian yang berlebihan ternyata juga bisa membentuk anak menjadi pribadi yang sombong.
Mereka akan sukar mengakui jika ada anak lain yang lebih berprestasi dibandingkan dirinya serta mudah meremehkan orang lain.
Di samping itu, anak yang haus pujian biasanya tidak bisa menerima kegagalan dan rentan frustasi.
Jadi, gunakanlah pujian dengan sewajarnya. Jangan pelit memuji jika anak melakukan hal yang positif, tapi jangan juga mengobral pujian.
“Yang lebih penting lagi, gunakan kata-kata pujian dengan bijak dan tulus sehingga dampak positiflah yang bisa didapat,” tutup Titi.