Tidak hanya sering datang pada orang dewasa, konstipasi atau sembelit pun nyatanya juga bisa dialami oleh anak balita. Gejalanya pun jelas, si kecil jadi jarang Buang Air Besar (BAB) dan terkadang bisa disertai rasa sakit di perut.
Dalam dunia medis, sembelit diartikan sebagai kondisi di mana sistem pencernaan tidak mampu mengeluarkan kotoran secara sempurna, frekuensi BAB berkurang dari biasanya, kotoran jadi lebih keras, besar dan membuat nyeri.
Dr. Ferdy Limawal, SpA menjelaskan jika sembelit pada anak dapat disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya ialah kebiasaan menahan BAB yang mengakibatkan tinja semakin keras karena air didalamnya terserap oleh usus.
“Biasanya anak menahan BAB karena takut tinja yang keluar akan keras sehingga perutnya sakit atau misalnya mengalami fobia terhadap toilet yang jorok, berbau dan sebagainya,” tambah dokter Ferdy.
Di samping itu, sembelit pun dapat disebabkan karena kurang konsumsi makanan berserat dan kurang minum atau bisa juga efek samping dari beberapa jenis obat atau komplikasi dari penyakit lain.
Lalu apa langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi sembelit pada si kecil?
Dokter Ferdy menyarankan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi si kecil dengan makanan berserat, seperti brokoli, pepaya, pir, apel, alpukat atau buah naga sebagai snack di siang dan sore hari.Berikan juga sereal yang tinggi serat dan roti gandum. Selain itu, berikan juga minuman yang mengandung probiotik seperti yoghurt.
“Ajak anak banyak bergerak. Anak yang lebih banyak duduk dan malas beraktivitas lebih berisiko mengalami sembelit. Dengan aktif bergerak maka akan membantu pergerakan usus untuk mengeluarkan tinja,” tambah dokter Ferdy.
Lebih lanjut dokter yang berpraktik di RS Omni Alam Sutrera ini mengatakan bahwa anak perlu diajari untuk rutin BAB, misalnya setiap pagi. Dengan begitu sensasi atau keinginan BAB akan muncul pada saat yang ditentukan.
“Gunakaan obat pelunak tinja di bawah pengawasan dokter anak. Kebanyakan orang tua akan menghentikan penggunaan obat ini ketika anak dirasa sudah bisa BAB. Padahal penghentian obat secara tiba-tiba malah justru dapat membuat sembelit di kemudian hari. Untuk itu, dosis dan jangka waktu penggunaan sebaiknya didiskusikan dengan dokter anak,” tutupnya.