Bumil minum herbal sering dianggap sebagai cara alami untuk menjaga kesehatan selama kehamilan. Beberapa orang percaya bahwa jamu atau ramuan tradisional bisa membantu mengurangi mual, meningkatkan stamina, atau memperlancar persalinan. Namun, tidak semua herbal aman untuk dikonsumsi ibu hamil. Beberapa justru bisa memicu kontraksi dini atau berdampak negatif pada janin.
Karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memahami mana saja jenis herbal yang terbukti aman, dan mana yang sebaiknya dihindari. Konsultasi dengan dokter atau bidan sebelum mencoba herbal apa pun adalah langkah bijak untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi. Yuk simak penjelasan lengkap dari dr. Martina Claudia, SpOG berikut!
Kandungan Jamu dan Herbal yang Perlu Diperhatikan
Menurut dr. Claudia, meskipun jamu dan herbal dianggap alami, bukan berarti semuanya aman untuk ibu hamil. Beberapa bahan herbal memiliki efek farmakologis yang bisa memengaruhi kontraksi rahim, tekanan darah, atau bahkan perkembangan janin. Misalnya, tanaman seperti temulawak, jahe, dan kunyit dalam jumlah wajar biasanya aman. Namun, jika dikonsumsi berlebihan atau dalam bentuk ekstrak pekat, bisa menimbulkan risiko.
Karena itu, penting untuk memperhatikan komposisi jamu atau herbal yang dikonsumsi. Pastikan tidak ada bahan yang berpotensi menimbulkan efek samping pada kehamilan, seperti daun pepaya muda atau akar-akaran tertentu yang bersifat abortivum (memicu keguguran).
Baca Juga : Rumput Fatimah, Tanaman Herbal yang Berbahaya bagi Ibu Hamil
Jenis-Jenis Jamu dan Herbal untuk Ibu Hamil
Berikut beberapa contoh jamu atau herbal yang sering dikonsumsi di Indonesia, beserta penjelasan keamanannya bagi ibu hamil menurut dr. Claudia:
- Jahe sering digunakan untuk mengurangi mual di trimester pertama. Mengonsumsi jahe dalam jumlah wajar (sekitar 1–2 gram per hari) umumnya aman. Namun, hindari konsumsi berlebihan karena dapat memicu heartburn atau gangguan lambung.
- Kunyit memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan. Meski bumbu masakan dengan kunyit aman, jamu kunyit dalam dosis tinggi tidak disarankan untuk bumil karena dapat memengaruhi kontraksi rahim.
- Daun kelor aman dikonsumsi pada masa nifas dan menyusui karena dapat membantu meningkatkan produksi ASI sekaligus sebagai antioksidan yang baik.
- Teh chamomile memiliki efek relaksasi dan dapat membantu mengatasi masalah tidur. Namun penggunaannya perlu dibatasi pada trimester pertama.
- Temulawak dikenal bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan dan menjaga kesehatan hati. Konsumsi dalam jumlah wajar relatif aman, tetapi suplemen atau jamu temulawak dengan dosis tinggi perlu dikonsultasikan ke dokter.
- Aromaterapi peppermint (minyak atsiri mentol) memberikan efek menyegarkan dan anti mual muntah.
- Aromaterapi lavender memberikan efek relaksasi dan menurunkan stres. Penggunaannya juga perlu dibatasi dan hindari pada trimester pertama.
Risiko Mengonsumsi Jamu atau Herbal saat Hamil
Mengonsumsi jamu atau herbal tanpa pengawasan bisa menimbulkan berbagai risiko, mulai dari mual, muntah, hingga kontraksi dini. Beberapa herbal juga dapat memengaruhi kadar hormon dan fungsi organ. Selain itu, banyak jamu tradisional yang tidak terstandarisasi dosisnya, sehingga sulit memastikan jumlah zat aktif yang masuk ke tubuh.
Dr. Claudia juga mengingatkan bahwa beberapa jamu yang dijual bebas bisa mengandung campuran obat kimia tanpa keterangan pada label. Hal ini tentu berbahaya bagi ibu hamil dan janin.
Jika bumil tetap ingin minum jamu atau herbal, lakukan tips berikut agar aman:
- Konsultasi dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi produk jamu atau herbal apapun
- Pilih produk yang sudah memiliki izin BPOM dan jelas komposisinya
- Hindari jamu yang memiliki klaim “memperlancar persalinan” pada trimester awal
- Batasi konsumsinya meski jamu terbuat dari bahan alami