check it now

BKKBN Sebut 50 Ribu Anak Hamil di Usia Dini, Kok Bisa?

50 ribu anak bukan jumlah yang sedikit ya, Bun. Jaga anak-anak kita dari bahaya seks bebas, yuk!

Daftar Isi Artikel

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, menyebut tentang temuan 50 ribu anak hamil di luar nikah dan melakukan pernikahan dini.

Temuan ini disimpulkan Hasto berdasarkan total permohonan dispensasi pernikahan usia dini yang meningkat hingga 7 kali lipat sejak 2016. Bahkan, totalnya mencapai 59.709 pada akhir 2022.

Menurut Hasto, sebagian besar kasus permohonan dispensasi pernikahan anak tidak bisa ditolak pengadilan. Sebab, anak yang mengajukan permohonan tersebut sudah dalam kondisi hamil.

UNICEF menyebut, anak hamil dan melahirkan secara dini dapat menggagalkan perkembangan sehat anak perempuan menuju masa dewasa.

Hal tersebut juga tentunya berdampak buruk pada pendidikan, mata pencaharian, dan kesehatan si kecil ke depannya. Sebab, banyak anak hamil yang ditekan atau dipaksa untuk putus sekolah dan mengurus bayinya.

Anak hamil dan melahirkan di usia dini juga menimbulkan beragam konsekuensi sosial di masyarakat, Mulai dari penurunan status, stigmatisasi, penolakan dan kekerasan oleh anggota keluarga, serta pernikahan dini secara paksa.

Tak hanya terbebani oleh masalah mental dan status sosial, anak hamil di usia dini juga rentan mengalami masalah kesehatan secara fisik.

Hal ini disebabkan karena tubuh mereka belum siap secara fisik untuk mengandung dan melahirkan bayi. Maka dari itu, kehamilannya pun rentan mengalami fistula kebidanan, eklampsia, endometritis nifas, hingga infeksi sistemik.

Selain bermasalah pada saat kehamilan, bayi yang terlahir dari kehamilan anak di usia dini juga rentan mengalami cacat hingga kematian.

Baca Juga: Pentingnya Pendidikan Seks dan Tahapannya Sesuai Usia Anak

Edukasi Seks Sejak Dini Jadi Solusi Cegah Anak Hamil di Luar Nikah

Hasto menilai, maraknya anak hamil di usia dini hingga ke jenjang pernikahan merupakan akibat dari kurangnya edukasi seksual di Indonesia. Menurutnya, pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi harus diberikan ke anak-anak seusia dini.

Sayangnya, topik mengenai kesehatan seksual masih menjadi hal yang tabu dan tidak semudah itu untuk dibicarakan pada anak.

Orangtua sebagai pemberi edukasi pertama ke anak seolah menutupi dan menyembunyikan topik mengenai hal-hal berbau seksualitas pada si kecil.

Justru, hal ini malah menyebabkan banyak anak penasaran dan mencari tahu tentang kebutuhan seksualnya secara langsung di luar, tanpa pengawasan.

Oleh sebab itu, pendidikan seksual sangat penting untuk diajarkan dan dikenalkan pada si kecil melalui guru atau orangtua.

Bagaimana cara paling tepat untuk mengenalkan pendidikan seks untuk menghindari resiko anak hamil? Ada beberapa tahap perkenalan tentang seksualitas yang harus Ayah dan Bunda lakukan sesuai dengan usia si kecil.

Pada usia 0 hingga 2 tahun, orangtua bisa memulai pendidikan seks dengan mengajari adanya perbedaaan antara anak laki-laki dan perempuan. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan sebutan alat kelamin yang mudah diingat. Ayah dan Bunda bisa menggunakan kata-kata seperti penis atau vagina dalam membedakan kedua jenis kelamin manusia.

Pada usia 2 tahun, ada kalanya anak suka memegang alat kelaminnya sendiri. Ayah dan Bunda sebagai orangtua harus mampu memberitahunya bahwa hal tersebut ialah hal yang normal jika dilakukan di ruang privasi, bukan tempat umum.

Pada usia 2 hingga 5 tahun, anak biasanya sudah mulai berada di tahap eksplorasi. Orangtua harus mulai memberikan batasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh disentuh.

Ayah dan Bunda juga bisa mengajari anak untuk meminta izin terlebih dahulu jika ingin menyentuh orang lain. Bentuk mental anak untuk berani mengatakan hal-hal yang berkaitan dengan tubuhnya agar ia terjamin keamanannya.

Pendidikan Seks Anak di Masa Pubertas

Ketika anak berusia di atas 8 tahun, orangtua bisa mulai menjelaskan tentang fungsi organ reproduksi pada anak laki-laki dan perempuan. Mungkin anak akan mulai bertanya tentang apa itu seks, jawablah pertanyaan tersebut dengan bahasa anak-anak sesuai dengan usianya.

Ayah dan Bunda juga bisa melihat saat si kecil mulai mengalami ketertarikan dengan lawan jenis. Di masa pubertas ini, fenomena menstruasi dan mimpi basah juga akan menjadi bahan pembicaraan.

Jelaskan pada si kecil bahwa kedua fenomena itu merupakan hal yang normal, Ayah dan Bunda juga pernah mengalami hal tersebut pertama kali di masa kecil.

Penjelasan mengenai hal ini pun harus hati-hati dan dengan santai dilakukan. Sebab, masa pubertas adalah masa di mana anak mengalami gonjang-ganjing emosi yang cukup besar.

Buat mereka secara natural terbuka dan bercerita tentang tubuhnya. Pembahasan mengenai penggunaan kondom, obat, dan alkohol bisa sekalian dilakukan karena sudah mulai menjalani hubungan kedekatan sosial yang lebih luas.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria

Daftar Isi Artikel

Updates