Bayi prematur adalah bayi yang lahir saat usia kehamilan (usia gestasi) belum mencapai 37 minggu dengan berat bayi kurang dari 2500 gram. Bila Bunda melahirkan pada usia gestasi kurang dari 32 atau 28 minggu, maka bayi yang lahir disebut sangat prematur.
Intinya, semakin kecil usia gestasi, semakin besar pula risiko yang dihadapi bayi. Sebab hal ini berkaitan dengan ketidakmatangan organ-organ tubuhnya sehingga membutuhkan perawatan khusus.
Lalu, apakah bayi prematur harus selalu dirawat di rumah sakit?
Menjawab pertanyaan tersebut, dr. Julistio, SpA(K), M.Kes., menjelaskan beberapa hal terkait perawatan bayi prematur.
Bayi Prematur Bisa Dirawat di Rumah
Prematuritas bayi sangat bervariasi. Untuk bayi yang usia gestasinya mendekati 37 minggu, berat mendekati 2500 gram, dan lahir dalam kondisi baik masih memungkinkan untuk dirawat di rumah.
Namun, saat dirawat di rumah ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Pertama, lingkungan di sekitarnya harus cukup hangat. Bayi prematur rentan terhadap lingkungan dingin yang dapat menyebabkan terjadinya hipotermi dan berakibat fatal.
Karena itu, untuk mempertahankan suhu tubuh bayi, Bunda dianjurkan untuk menggendongnya dengan teknik kanguru. Caranya dengan memasukkan bayi ke dalam baju Bunda atau menggunakan gendongan khusus.
Selain dapat membuat bayi lebih hangat, menggendong dengan teknik ini juga bertujuan untuk memicu skin to skin contact antara Bunda dan bayi.
Kedua, berikan ASI eksklusif dengan teknik menyusui yang baik. Umumnya bayi prematur membutuhkan 8-10 kali menyusu per hari. Bunda juga perlu memperhatikan jeda menyusu bayi. Jangan sampai waktu jeda terlalu lama sehingga berisiko membuat bayi mengalami dehidrasi.
Bila Bunda mengalami kendala saat proses menyusui, segera konsultasikan dengan dokter atau konselor laktasi agar mendapat solusi yang tepat.
Ketiga, perhatikan berat badan dan kesehatan bayi. Bila selama perawatan di rumah berat badan bayi tak kunjung meningkat atau justru menurun, sebaiknya segera periksakan ke dokter guna mendapat penanganan yang semestinya.
Keempat, pastikan porsi dan posisi tidur bayi sesuai. Bayi prematur memerlukan waktu tidur lebih lama dibanding bayi normal namun dalam periode singkat. Jadi jangan heran kalau bayi sebentar-sebentar tidur dan terbangun ya, Bunda.
Saat tidur, pastikan bayi dalam posisi yang tepat atau telentang. Tidak miring apalagi tengkurap. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) yang umumnya menyerang bayi, terlebih bayi prematur.
Kelima, berikan imunisasi yang lengkap. Imunisasi ini diperlukan bayi untuk melindungi dirinya dari berbagai penyakit.
Dengan kelima cara itu, maka bayi prematur bisa tumbuh optimal tanpa harus dirawat di rumah sakit.
Penyebab Bayi Prematur Harus Dirawat di Rumah Sakit
Lebih lanjut dokter Julistio menjelaskan untuk bayi yang lahir sangat prematur umumnya memerlukan pemantauan yang lebih ketat di rumah sakit karena ada banyak risiko yang harus dihadapi. Seperti gangguan pernafasan, hipotermi akibat lingkungan yang kurang hangat, hipoglikemia, kekurangan kalsium, infeksi, kemampuan mengisap yang kurang, badan menjadi kuning, dan lain-lain.
“Bila kondisi bayi sudah stabil dan mengalami peningkatan berat badan sekitar 1800 sampai 2000 gram, maka boleh dibawa pulang. Tapi sebelumnya akan ada edukasi untuk orang tua dan keluarga tentang bagaimana cara merawatnya di rumah. Dengan demikian bayi terjamin mendapat perawatan yang baik,” jelas dokter Julistio.
Tips Menghindari Kelahiran Prematur
Untuk menghindari kelahiran prematur, Bunda harus menjaga kesehatan dan kandungan dengan baik. Pastikan asupan nutrisi terpenuhi dengan baik. Pasalnya nutrisi yang sesuai akan membuat janin tumbuh dengan baik dalam kandungan.
Janin akan lebih nyaman hidup dalam kandungan pada 9 bulan pertama kehidupannya di bandingkan di dunia luar. Semua kondisi yang mengganggu dan mengusik kenyamanannya akan membuat janin memutuskan untuk dilahirkan lebih awal.
“Karena itulah, Bunda harus menghindari melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat, merokok, minum alkohol, dan yang lainnya. Jangan lupa juga untuk mengontrol kehamilan secara berkala,” tutup dokter Julistio.