Menyekolahkan anak sejak usia dini memang tidak sepenuhnya salah. Sebab mungkin maksud orang tua adalah ingin anaknya memiliki pengetahuan dan bisa lebih dulu belajar di banding teman-teman seusianya.
Namun, tanpa disadari hal tersebut justru bisa berdampak negatif bagi anak. Bahkan buruknya, anak bisa menjadi stres karena tekanan pendidikan yang seharusnya belum dirasakannya.
Oleh karena itu sangat penting bagi para orang tua memerhatikan usia yang tepat bagi sih kecil untuk memulai sekolah.
Berikut dampak-dampak negatif yang akan dirasakan anak bila orang tua menyekolahkannya di usia dini.
1. Anak Tertekan dan Stres
Alih-alih membuatnya senang, mengikuti kegiatan belajar di usia yang terlalu dini justru dapat membuat anak tertekan dan stres. Itu karena anak jadi merasa dipaksa untuk mengikuti pelajaran yang memang tak sesuai dengan usianya.
2. Kehilangan Minat Belajar
Minat dan motivasi adalah pendorong dalam belajar. Tetapi, ini akan berbeda bila anak disekolahkan terlalu dini. Anak bisa menjadi bosan, jenuh, dan kehilangan minat belajarnya.
3. Menimbulkan Rasa Bosan
Pada umumnya anak akan sangat merasa senang, antusias, dan bersemangat untuk bersekolah. Namun, hal itu tidak berlaku bagi anak yang bersekolah di usia terlalu dini.
Semakin lama, potensi anak merasa bosan akan semakin besar. Sehingga tak jarang membuat anak semakin sulit termotivasi untuk sekolah.
4. Tidak Fokus Menerima Pelajaran
Anak yang dipaksa sekolah oleh orang tua di usia yang masih terlalu dini memiliki potensi untuk kehilangan fokus dan konsentrasi lebih besar dibanding anak-anak yang sekolah sesuai dengan usia idealnya.
Hal tersebut terjadi karena rasa tanggung jawab pada diri anak belum terbentuk sepenuhnya. Mereka masih memiliki keinginan untuk bermain bersama teman-teman seusianya.
5. Timbul Keinginan untuk Berhenti Sekolah
Ini merupakan dampak buruk yang paling dikhawatirkan. Apabila anak sudah menunjukkan gejala dari empat hal di atas, maka orang tua harus segera sadar dan jangan terlalu memaksakan kehendak pada anak.
Ada baiknya, orang tua berbicara dari hati ke hati dan membiarkan anak untuk melakukan hal yang diinginkannya. Tentunya tetap dibawah pengawasan dan aturan yang telah disepakati bersama.