Bunda, kita semua pasti pernah menjadi seorang anak. Dari pengalaman tersebut, kita pasti punya gambaran tentang sosok orangtua ideal untuk anak kita kelak. Ini yang membuat Atta Halilintar punya keinginan untuk menjadi sosok Ayah terbaik untuk Ameena, anak pertamanya.
Dalam mengasuh anak, tidak ada pendidikan formal yang mengajari tentang baik-buruk dan benar salahnya orangtua.
Sebagai orangtua baru, banyak dari kita yang mungkin merasa bingung harus apa dalam menghadapi anak.
Meski begitu, Atta Halilintar atau Papata beranggapan bahwa menjadi orangtua yang baik itu adalah pilihan.
Menurutnya, setiap perlakuan orangtua ke anaknya harusnya dilakukan dengan sadar dan berdampak baik. Papata menentang keras sikap menyimpang atau kasar yang dilakukan orangtua pada anaknya.
Sejatinya, Ayah dan Bunda sebagai orangtua harus mampu mengusahakan yang terbaik untuk anak-anak tersayangnya.
Begitu pun Papata yang ingin dilihat sebagai sosok Ayah yang seperti ini di mata malaikat cantik kesayangannya, Ameena. Seperti apa ya, Bunda?
Atta Halilintar Ingin Jadi Ayah Sekaligus Teman dan Sahabat yang Menyenangkan
Dalam menemani masa tumbuh kembang Ameena, Atta Halilintar ingin bisa menjadi teman yang menyenangkan untuk putri kesayangannya.
Bahkan, ia kerap bersikap layaknya anak kecil agar si kecil bisa merasa dekat dengan dirinya.
Keinginannya ini pun ia buat bukan tanpa alasan. Hal ini merujuk pada salah satu hadits Rasulullah SAW.
Papata mendengar salah satu hadits yang menganjurkan para orangtua untuk seolah-olah menjadi anak-anak, hingga si kecil merasa kita adalah temannya.
Hal ini bertujuan agar si kecil selalu ingin bermain dan dekat dengan Ayah-Ibunya.
Hadits yang dimaksud Papata adalah Kanzul Ummal, hadits ke-54338 yang menjelaskan bahwa anak usia 0-7 tahun diperlakukan layaknya tuan atau raja. Hadits-nya sebagai berikut:
“Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Seorang anak adalah tuan pada usia tujuh tahun pertama, hamba sahaya pada tujuh tahun kedua, dan menteri pada usia tujuh tahun ketiga. Jika engkau merasa puas (sesuai harapan) pada akhlaknya pada usia 21 tahun, jika tidak (sesuai harapan akhlaknya) maka pukullah bagian samping tubuhnya, dengan itu engkau telah menyampaikan uzur di hadapan Allah Swt,”
Bukan hanya sekedar teman, Papata juga bertekad supaya kelak ia bisa menjadi sahabat untuk Ameena.
Atta ingin dirinya bisa menjadi sahabat yang bisa jadi tempat Ameena berbagi cerita. Peran ini sangat diperlukan terlebih ketika si kecil nanti beranjak remaja.
Papata Ingin Menanamkan Rasa Segan dan Memberikan Kasih Sayang Penuh
Meski ia berharap agar bisa menjadi teman dan sahabat yang menyenangkan untuk Ameena, Atta Halilintar tetap ingin ada rasa segan di antaranya.
Berdasar pengalaman mengasuh 10 adik, membuat dirinya sedikit-banyak paham tentang perkembangan anak-anak.
Atta menganggap rasa segan itu harus ada dan harus diajarkan orangtua ke anaknya. Rasa segan ini menjadi cikal-bakal tumbuhnya rasa hormat, patuh, dan santun di dalam diri sang anak.
Ia percaya, anak akan lebih mendengarkan orangtuanya ketika mereka punya rasa segan atau respect.
Sebagai seorang Ayah, Papata juga terlihat lebih protektif terhadap Ameena. Sikap tersebut ia berikan lantaran ingin menjaga dan bentuk rasa sayang terhadap putri kecilnya.
Papata bahkan selalu menyempatkan diri untuk bermain bersama Ameena, sebelum dan sesudah bekerja.
Ia melakukan hal ini demi memperkuat bonding atau ikatan di antara keduanya. Satu hal yang ia pelajari dari parenting ialah, beri kasih sayang sebanyak-banyaknya kepada si kecil dengan penuh dan konsisten.
Wah… para Ayah ada yang mau ikut gaya parenting Papata nggak, nih?