Bentuk kepala bayi yang peyang memang kerap memantik kekhawatiran. Pasalnya, selain kurang elok dipandang, kepala peyang juga seringkali dianggap dapat menghambat perkembangan otak. Alhasil banyak orangtua yang was-was saat menemukan kondisi kepala si buah hati yang demikian.
Lalu sebenarnya apakah ini memang sesuatu yang perlu dikhawatirkan atau hal lumrah yang memang terjadi seiring tumbuh kembang anak? Menurut dr. Caessar Pronocitro, Sp.A, M.Sc dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya perlu diketahui sebelumnya bahwa bayi memang mengalami pertumbuhan yang pesat di bulan-bulan pertama kehidupannya. Pertumbuhan tersebut mencakup banyak hal, mulai dari berat badan, panjang tubuh hingga lingkar kepala.
“Nah yang menjadi acuan untuk menentukan kepala bayi normal atau tidak adalah dengan cara mengukur lingkar kepalanya, minimal sebulan sekali. Penambahan lingkar kepala yang normal rata-rata adalah 2 cm sebulan dalam 2 bulan pertama kehidupannya, kemudian 1 cm sebulan di usia 2-6 bulan, 0,6 cm sebulan di usia 6-9 bulan, dan 0,3 cm sebulan di usia 9-12 bulan,” paparnya.
Jadi dikatakannya apabila pertambahan lingkar kepala sesuai dengan kurva lingkar kepala tersebut, maka kepala bayi dapat dikatakan sehat dan normal. Sementara untuk kepala peyang atau dalam bahasa medis disebut plagiocephaly adalah salah satu kondisi bentuk kepala yang tampak rata di salah satu sisi atau lebih. Menurut data, 1 dari 4 hingga 5 bayi mengalami kondisi ini.
“Pada sebagian besar kasus, kondisi kepala peyang sebenarnya tidak berbahaya dan tidak mempengaruhi perkembangan otak,” sambungnya.
Kepala bayi akan kembali ke bentuk normal seiring pertambahan usianya. Dengan membiasakan bayi melakukan tummy time atau berada pada posisi tengkurap saat bangun, melakukan variasi posisi menggendong, atau memancing bayi untuk menoleh ke arah yang bervariasi saat mengajaknya bercanda. Hal tersebut akan mencegah dan membantu kepala bayi ke bentuk yang normal.