Anak suka memukul pada masa balita biasanya disebabkan oleh keterampilan berbahasanya yang mulai berkembang. Lain halnya, jika kebiasaan tersebut terbawa hingga dia besar.
Bunda tentunya kerap merasa bingung dan khawatir ketika melihat si kecil tumbuh menjadi anak yang suka main tangan.
Saat sedang bermain dengan teman sebayanya, anak suka melakukan tindakan tak terduga seperti berperilaku kasar pada temannya.
Tindakan kasar yang mungkin dilakukan seperti mendorong, menarik, atau bahkan memukul teman-temannya. Jika hal ini terus berlanjut, anak dapat bertingkah ‘sok’ jagoan dan berujung pada perilaku perundungan.
Bunda pasti tak ingin si kecil tersayang tumbuh menjadi anak yang kasar dan mudah menyakiti orang lain, bukan?
Nah, sebelum membahas tentang cara menghadapi anak yang suka memukul, penting untuk tahu apa yang menyebabkan anak berperilaku demikian.
Penyebab Anak Suka Memukul
Dalam Stanford Children’s, anak-anak terkadang akan berperilaku agresif atau suka memukul karena mereka menerima banyak perlakuan tidak mengenakkan di rumah.
Anak yang suka melihat atau mengalami kekerasan dalam keluarga dan lingkungan rumah kemungkinan bisa menjadi anak yang agresif dan suka memukul.
Penyebab lain yang dapat membentuk anak menjadi agresif dan suka memukul antara lain:
1. Kurangnya Interaksi antara Anak dan Orangtua
Orangtua dan anak memang harus punya interaksi yang baik dan berkualitas. Jika Bunda tak mampu membangun interaksi yang baik kepada anak, maka hal ini akan menimbulkan efek yang buruk.
Ketika anak tidak bisa bercerita dan mengungkapkan keinginannya kepada orangtua, anak akan cenderung berperilaku kasar dan keras kepala.
2. Orangtua Tak Tegas dan Suka Menoleransi Perilaku Buruk Anak
Ada pula orangtua yang tak bisa tegas dan selalu menoleransi apapun yang dilakukan anak dengan alasan anaknya masih kecil. Padahal, konsep berperilaku seharusnya sudah ditanamkan orangtua sedini mungkin.
Oleh sebab itu, Ayah dan Bunda harus mampu mengajari si kecil cara berperilaku yang baik dan sopan dengan cara yang tepat dan tegas.
Koreksi jika si kecil salah sehingga ia terbiasa untuk terus mengevaluasi diri dan belajar mengintropeksi diri.
3. Anak Terlalu Dimanjakan
Setiap orangtua pasti ingin memanjakan anaknya sebagai bentuk dan wujud kasih sayang mereka. Meski begitu, terlalu memanjakan anak pun tidak baik.
Anak yang terlalu dimanjakan dapat membuatnya merasa superior dan semena-mena. Tak heran jika di kemudian hari, anak menjadi orang yang arogan dan suka memukul.
4. Anak Suka Memukul Karena Kurang Bersosialisasi
Anak yang kasar dan pemarah biasanya juga disebabkan karena kurangnya bersosialisasi. Terbiasa sendiri dan kurang bergaul membuatnya menjadi egois.
Ia tak paham konsep berbagi dan selalu ingin menang sendiri. Anak pun jadi sesuka hati pada orang-orang terdekatnya.
Bukan tidak mungkin jika ia malah menjadi anak yang pembangkang dan suka memukul teman sebayanya.
5. Kesulitan Mengendalikan Emosi dan Kontrol Diri
Dalam segi kesehatan, tumbuhnya perilaku anak yang suka memukul dan kasar juga dapat dipengaruhi oleh faktor trauma atau gangguan psikologis yang mungkin dialami anak.
Salah satu contohnya adalah anak yang mengalami gangguan ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder.
Anak yang mengalami ADHD biasanya lebih impulsif, mereka terbiasa meluapkan emosi dan bersikap kasar secara mendadak.
6. Anak Belajar dari Pengalamannya
Ketika anak sering diperlakukan kasar oleh orang lain, bahkan oleh kedua orangtuanya, maka perilaku tersebut akan ia tiru dan lakukan pula dalam hidupnya.
Pengalaman dikasari, dipukul, dicubit akan terekam jelas di memori anak dan mendorongnya untuk berperilaku tersebut ke orang lain.
7. Merasa Kesal dan Frustasi
Anak juga bisa merasa kesal dan frustasi. Biasanya perasaan tersebut dipicu karena adanya tekanan tertentu, seperti kesulitan belajar di sekolah atau ada masalah dengan teman.
Perasaan kesal dan frustasi yang tak bisa ia hilangkan dapat ia lampiaskan dalam bentuk perilaku yang kasar dan suka memukul.
Cara Hadapi Anak Suka Memukul
Kalau anak Bunda terlanjur suka memukul dan kasar, tak perlu panik. Bunda masih bisa memperbaiki perilakunya dengan melakukan berbagai cara berikut ini:
1. Beri Contoh yang Baik
Anak bukanlah pendengar nasihat terbaik, mereka peniru ulung. Tindakannya yang kasar dan suka memukul mungkin saja terjadi akibat ia melihat cara orangtuanya bersikap.
Oleh karenanya, penting untuk orangtua memberi contoh yang baik kepada anak mengenai kesopanan dalam bermain juga dalam lingkungan.
Ketika anak mulai terlihat akan memukul temannya atau anggota keluarga lain, tahan tangannya dan ajarkan anak mengkomunikasikan apa yang mereka inginkan.
Orangtua juga perlu mengajarkan etika dalam meminjam barang saat bermain. Ingatkan anak untuk selalu mengucapkan ‘three magic words’, yakni maaf, tolong dan terima kasih.
2. Jangan Marahi Anak Suka Memukul tapi Kasih Pengertian
Perasaan marah saat melihat anak yang berperilaku kasar pada lingkungannya pasti dirasakan Ayah dan Bunda. Meski begitu, jangan langsung memarahi anak.
Ajaklah anak ke tempat yang lebih tenang dan bertanyalah tentang apa yang baru saja dilakukan anak.
Bunda tidak boleh bereaksi seperti ikut memukul, mencubit atau bahkan meneriaki anak ketika melihat perilaku negatif yang anak lakukan.
Anak perlu dibimbing untuk tahu mana yang benar dan yang salah, bukan dimarahi atau diteriaki. Hal itu sama saja dengan memberi contoh buruk pada anak.
3. Orangtua Harus bisa Tegas
Jangan beri toleransi ketika Bunda melihat anak berperilaku kasar dan suka memukul. Ayah dan Bunda harus tegas memberi batas, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak.
Jika sekali saja Bunda mengalah pada anak, maka hal ini akan menjadi senjata anak dan ia akan terus menggunakan cara serupa agar keinginannya terpenuhi.
4. Hindari Anak dari Tontonan Kasar dan Agresif
Seperti yang disebut di atas, anak adalah peniru ulung. Oleh sebab itu, penting untuk memilah kembali tontonan apa yang pantas dan boleh disaksikan oleh anak.
Jangan sampai iklim positif yang telah dibentuk di rumah menjadi sia-sia karena tontonan kekerasan yang disaksikan anak.
5. Evaluasi dan Diskusikan Tindakannya
Ajak si kecil berdiskusi tentang tindakannya, seperti, “Adik kalau kena pukul sakit gak?” atau “Memukul teman itu boleh gak ya?”.
Ajak anak berpikir tentang tindakannya dan mengevaluasi dirinya. Diskusikan juga konsekuensi yang harus si kecil jalani jika ia mengulangi perbuatannya.