check it now

Anak Membangkang? Hati-Hati, Ini Sebabnya!

Sebelum Bunda memarahi anak yang membangkang, coba Bunda introspeksi diri. Bisa jadi, sikap tersebut dampak dari pola asuh Bunda yang salah.

Daftar Isi Artikel

Pola asuh orangtua sangat berpengaruh pada sikap anak. Cara orangtua mendidik dan berperilaku di rumah akan dengan mudah ditiru oleh si kecil, tak terkecuali sikap buruk yang menjadikan anak membangkang.

Dengan semakin bertambahnya usia anak, ada banyak perkembangan yang ia lalui. Tak hanya dalam hal perkembangan fisik, anak juga melalui perkembangan secara mental dan emosional.

Pola asuh yang tepat dapat membuat karakter anak menjadi lebih positif dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

Begitupun sebaliknya, pola asuh yang buruk akan memberikan banyak dampak negatif di hidupnya, salah satunya adalah menjadi anak yang membangkang.

Anak membangkang ditandai dengan sikapnya yang susah diatur dan tidak mau menurut ketika diberi nasehat.

Perilaku ini seringkali menimbulkan banyak masalah di lingkungan keluarga dan pertemanan. Anak jadi suka bertingkah buruk dan susah diatur.

Hal tersebut tentunya membuat Bunda marah juga kecewa. Meski begitu, sebelum Bunda terlampau emosi dan menyalahkan anak, coba intropeksi dulu yuk.

Jangan-jangan pola asuh Bunda yang membuat anak menjadi susah diatur dan jadi membangkang.

Penyebab Anak Membangkang

Orangtua sebagai sosok yang paling dekat dengan anak tentunya memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk perilaku si kecil.

Jika Bunda tak ingin punya anak membangkang, alangkah lebih baik untuk menghindari sebab-sebab berikut.

1. Pola Asuh yang Terlalu Menekan Anak

Orangtua terkadang suka sekali memaksakan kehendaknya pada anak. Si kecil dipaksa menguasai banyak hal, berperilaku macam-macam, bahkan bersikap sesuai kemauan orangtua tanpa bertanya apakah anaknya suka atau tidak.

Kita sebagai orangtua pun suka terburu-buru dalam membuat pilihan dan menentukan apa yang terbaik buat anak. Standar terbaik ini seringkali terlalu subjektif dan berdasar pada sudut pandang Ayah-Bunda.

Hal ini seringkali membuat anak tertekan. Si kecil jadi merasa kalau Ayah dan Bunda terlalu pemaksa dan otoriter. Lama-lama hal ini dapat membuatnya jengah dan menjadi pembangkang.

Kalau orangtuanya saja selalu menekan anak, memaksakan kehendak dan tak mau mendengarkan apa yang anak mau, lantas jangan berharap anak akan menjadi pribadi yang menurut.

Ingat, anak itu peniru yang handal. Mereka meniru apa yang mereka lihat. Pastikan anak selalu melihat contoh yang baik agar ia menjadi pribadi yang baik.

2. Adanya Rasa Iri Hati

Anak membangkang juga bisa disebabkan oleh rasa iri hati terhadap saudara kandungnya sendiri. Kehadiran kakak atau adik dapat menyebabkan anak terkesan suka melawan dan susah diatur.

Hal tersebut terjadi karena anak biasanya suka salah mengartikan perhatian Ayah dan Bunda ke saudaranya sebagai suatu hal yang berbeda. Ia merasa tidak adil, dipojokkan dan selalu disalahkan.

Perilaku anak membangkang atau suka melawan bisa jadi adalah bentuk reaksi dari iri hati dan wujud dari mencari perhatian orangtua dari kakak atau adiknya.

3. Anak dalam Masalah/Stress

Kita sebagai orangtua kadangkala suka kurang peka terhadap perubahan suasana hati si kecil. Anak yang membangkang bisa jadi disebabkan karena ia sedang mengalami masalah atau stress.

Jangan salah lho Bunda, anak kecil juga bisa merasa tertekan dan stress. Bisa saja ia sedang punya banyak tugas di sekolah, bertengkar dengan temannya, ada keinginan yang sulit disampaikan, atau banyak hal lainnya.

Kondisi stress ini bisa membuat anak merasa jengkel dan semakin terbebani saat Bunda atau Ayah meminta anak melakukan sesuatu atau menasehati tentang topik tertentu.

Emosi yang membuncah dapat membuat si kecil mengekspresikan perilaku buruk seperti melawan dan menentang orangtua meski ia sendiri tak bermaksud demikian.

4. Keinginan Anak Tidak Terpenuhi

Anak yang tidak terpenuhi keinginannya memang seringkali menimbulkan reaksi yang beragam dan cukup ekstrem.

Reaksi ini dapat berupa sikap buruk seperti berkata kasar, berbicara dengan nada tinggi, wajah cemberut, murung, dan suka mengurung diri.

5. Pengaruh Pergaulan Anak

Bunda harus perhatikan dengan siapa anak berteman. Sebab selain pola asuh orangtua di rumah, pengaruh pergaulan juga berpotensi besar dalam membentuk sikap dan karakter anak.

Entah itu pengaruh positif atau negatif, anak akan mengembangkan standar norma baik/buruk dan benar/salah, sesuai dengan lingkungan tempat ia merasa diterima di dalamnya.

Jika si kecil berteman dengan anak yang sok jagoan, suka melawan, kerap berkelahi, maka jangan heran kalau si kecil memiliki kecenderungan untuk bertingkah serupa.

6. Anak Membangkang Karena Kesulitan Berkomunikasi

Penting lho untuk mengajari anak caranya berkomunikasi yang baik dan benar. Sebab, anak membangkang biasanya disebabkan karena mereka tak tahu cara yang tepat untuk menyampaikan keinginannya.

Berkomunikasi di sini dapat diartikan sebagai cara anak dalam mengekspresikan diri dan menyampaikan keinginan atau kebutuhannya pada orangtua.

Ketidaktahuan ini menyebabkan anak menjadi agresif dan cenderung tidak terkontrol.

Cara Atasi Anak Membangkang

Segala hal pasti dapat diatasi jika telah ditemukan sumber masalahnya, termasuk pada anak membangkang.

Perilaku ini jika diatasi dan diberi perhatian sedini mungkin, maka dapat merubah anak menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan. Beirkut cara mengatasinya:

1. Bersikap Terbuka dan Jangan Juluki Anak Membangkang

Jika penyebab anak membangkang karena pola asuh Ayah-Bunda yang terlalu otoriter, maka inilah saatnya untuk bersikap lebih terbuka pada anak.

Minta maaf jika selama ini perilaku Ayah dan Bunda membuat anak tertekan dan stress, serta cari tahu apa yang sebenarnya anak mau.

Diskusikan mana hal yang baik dan buruk bersama anak. Beri anak pilihan beserta konsekuensi yang akan ia terima ketika memilih sesuatu.

Jangan juluki anak sebagai anak pembangkang atau nakal, karena hal itu bisa membuat hubungan orangtua dan anak menjadi semakin menjauh.

2. Pahami Watak Anak

Bunda perlu untuk memahami watak anak sehingga Bunda bisa mengetahui apakah anak adalah seorang yang pemarah, lembut, manja, sensitif, atau bahkan bijaksana.

Dengan memahami wataknya, Bunda jadi bisa berkomunikasi dengan anak secara lebih efektif dan tepat. Anak yang berwatak keras pasti akan berbeda cara penanganannya dengan anak yang berwatak lembut.

3. Berikan Apresiasi yang Cukup pada Anak

Penting untuk mencuri perhatian anak dan membuatnya merasa lebih dihargai dengan memberikan apresiasi yang cukup kepada si kecil.

Berikan pujian tak hanya ketika anak berhasil meraih hal-hal yang besar, tapi juga berikan apresiasi pada langkah-langkah kecilnya sesimpel merapikan kamar tidur sendiri.

Cara ini akan membuat anak merasa senang ketika berperilaku baik dan membuatnya ketagihan untuk melakukan hal tersebut.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria