Bunda mungkin pernah melihat si kecil sering mengeluh sakit perut, kembung, atau bahkan diare setelah minum susu atau makan roti. Hal tersebut bisa jadi bukan sekadar masalah pencernaan biasa. Ada kemungkinan anak mengalami intoleransi laktosa atau gluten. Dua kondisi ini cukup sering dialami anak-anak tapi sering disalahartikan sebagai alergi makanan.
Yuk, kenali gejala intoleransi laktosa dan gluten pada anak serta kapan harus membawa si Kecil ke dokter!
Baca Juga : Danone Indonesia Edukasi SADAR Alergi Susu Sapi Sedari Dini!
Mengenal Intoleransi Laktosa dan Gluten
Intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh anak tidak memiliki cukup enzim laktase, yaitu enzim yang berfungsi memecah laktosa (gula alami pada susu). Akibatnya, laktosa tidak tercerna sempurna dan menimbulkan gejala seperti perut kembung, nyeri, dan diare setelah konsumsi produk susu.
Sementara itu, intoleransi gluten berbeda dari penyakit celiac atau alergi gandum. Anak dengan intoleransi gluten mengalami kesulitan mencerna protein gluten yang ada dalam gandum, barley, atau rye. Gejalanya bisa berupa perut kembung, mudah lelah, dan berat badan sulit naik.
Menurut data dari American Academy of Pediatrics (AAP), sekitar 2–3% anak mengalami intoleransi laktosa, dan kasus intoleransi gluten juga meningkat seiring pola makan modern yang banyak mengandung produk olahan berbasis gandum.
Gejala Anak Intoleransi Laktosa dan Gluten
Gejala intoleransi pada setiap anak bisa berbeda. Namun, Bunda bisa mengenali tanda-tanda umum berikut:
- Sering kembung atau bergas setelah minum susu atau makan makanan berbahan gandum.
- Sakit perut dan kram terutama setelah konsumsi produk susu, keju, atau roti.
- Diare atau feses lembek yang muncul beberapa jam setelah makan.
- Berat badan sulit naik meskipun pola makan cukup.
- Anak tampak lesu dan tidak aktif, terutama setelah makan makanan tertentu.
Jika gejala tersebut muncul berulang, sebaiknya konsultasikan ke dokter anak atau ahli gizi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Biasanya, dokter akan menyarankan untuk melakukan elimination diet guna memastikan penyebab pastinya.
Cara Mengatasi Intoleransi Laktosa dan Gluten pada Anak
Menangani intoleransi bukan berarti anak harus kehilangan asupan gizi penting. Bunda hanya perlu menemukan pengganti yang sesuai tanpa mengorbankan kebutuhan nutrisi harian. Misalnya, untuk anak yang tidak bisa mencerna laktosa, maka Bunda bisa memilih susu rendah laktosa atau susu nabati seperti kedelai, almond, atau oat yang tetap kaya kalsium dan vitamin D.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk selalu memperhatikan label makanan sebelum membeli produk kemasan. Banyak makanan yang tampak aman ternyata mengandung bahan tersembunyi seperti susu, whey, atau gluten yang bisa memicu reaksi intoleransi.
Untuk sumber karbohidrat, anak tetap bisa mengonsumsi nasi, kentang, ubi, atau jagung sebagai alternatif pengganti roti dan pasta yang mengandung gluten. Jangan lupa, pastikan kebutuhan gizi anak tetap seimbang. Nutrisi seperti kalsium, protein, dan serat bisa diperoleh dari ikan, tahu, tempe, sayuran hijau, serta kacang-kacangan agar tumbuh kembang anak tetap optimal.
Anak intoleransi laktosa dan gluten bukan berarti tidak bisa tumbuh sehat. Dengan mengenali gejala sejak dini dan menyesuaikan pola makan, Bunda bisa membantu anak tetap mendapatkan nutrisi optimal tanpa gangguan pencernaan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi agar penanganannya lebih tepat dan aman.