Menjelang hari raya Idul Adha, anak mungkin suka bertanya, ‘Kenapa sih ada banyak kambing dan sapi di sekitar Masjid?’ atau ‘Kenapa Ayah dan Bunda tiba-tiba berniat membeli hewan kurban untuk disembelih?’.
Idul Adha merupakan salah satu hari raya bagi umat Islam. Merayakan atau tidak, seringkali pertanyaan-pertanyaan seperti di atas mulai ditanyakan oleh si kecil.
Nah, bagi Ayah dan Bunda yang merayakan Idul Adha, hal ini tentu menjadi momen yang tepat untuk mengajari si kecil tentang agamanya. Bagi yang tidak merayakan pun, menjelaskan hari raya Idul Adha ke anak dapat membuka perspektifnya dan menumbuhkan sikap toleransi.
Lalu, sebenarnya apa saja sih cara memaknai Idul Adha yang bisa Ayah dan Bunda ajarkan pada anak? Simak informasi berikut, yuk!
Baca Juga: 10 Tips agar Janin Mau Bergerak di Perut Bumil!
1. Ceritakan Sejarah Idul Adha pada Anak
Ayah dan Bunda bisa menjelaskan atau memaknai Idul Adha mulai dari sejarahnya. Kisah dibalik perayaan Idul Adha pada umat Muslim dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim as.
Ia adalah seorang nabi dalam agama Islam, utusan Allah SWT. yang paling sholeh. Nabi Ibrahim as. memiliki seorang putra bernama Ismail.
Nabi Ibrahim as. sangat mencintai putra satu-satunya itu. Sebab, ia menunggu hingga lebih dari 80 tahun, dengan berdoa dan beribadah kepada Allah SWT. untuk mendapatkan keturunan.
Sayangnya, ketika Ismail berusia 14 tahun, Allah SWT. memerintahkan Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih putra kesayangannya. Pilihan ini tentu saja sangat sulit. Tidak ada orangtua yang tega menyakiti anak yang sudah ia nantikan kehadirannya.
Sebagai seorang Nabi sekaligus seorang Ayah, Nabi Ibrahim as. sempat merasa dilema. Ia pun menceritakan perintah Allah SWT. pada putranya, Ismail.
Tak disangka, putranya malah menyetujui dan meminta Ayahnya mengorbankan dirinya, sebab itu adalah perintah dari Allah SWT.
Tepat saat Nabi Ibrahim as. akan menyembelih Ismail, atas izin Allah SWT. malaikat Jibril menganti Ismail dengan seekor domba.
Ujian yang diberikan Allah SWT. kepada Nabi Ibrahim as. bukan bertujuan untuk membuat Nabi Ibrahim as. menyakiti anaknya.
Melainkan untuk membuat Nabi Ibrahim as. membunuh rasa kepemilikan yang bersarang di hatinya. Nabi Ibrahim as. diajarkan untuk meyakini bahwa segala yang ada di dunia ini, termasuk anak yang merupakan darah daging kita sendiri, ialah milik Allah SWT.
2. Ajak Si Kecil Shalat Idul Adha
Perayaan Idul Adha kurang lebih sama dengan hari raya Idul Fitri. Pada pagi hari, disunnahkan untuk melakukan shalat dua rakaat secara berjamaah.
Mengajak si kecil shalat Idul Adha membuatnya tak hanya belajar menjalani ibadah yang mendekatkan dirinya pada Allah SWT., tetapi juga mengajarkan budaya dan mengenal masyarakat sekitar.
Sebab, selepas shalat biasanya ada tradisi saling bersilaturahmi dan makan bersama dengan saudara dan tetangga.
3. Belajar Tentang Ikhlas dan Dermawan
Seperti kisah Nabi Ibrahim as. yang belajar untuk mengikhlaskan Ismail demi mematuhi perintah Allah SWT., hari raya ini juga bisa menjadi momen Ayah dan Bunda mengajarkan nilai yang sama pada si kecil.
Di hari raya yang juga dikenal dengan Idul Kurban ini, umat muslim disunnahkan untuk mengeluarkan sebagian hartanya dan menyumbangkan hewan kurban untuk disembelih. Daging dari hewan kurban ini nantinya akan diberikan ke fakir/miskin.
Keikhlasan dalam menyumbangkan hewan kurban dan belajar menjadi dermawan melalui pembagian daging kurban ini tentu akan dilihat dan dicontoh oleh si kecil kelak.
4. Beri Tahu Si Kecil Mengapa Harus Sembelih Hewan Kurban
Tentu ada beberapa anak yang merasa sensitif dan bingung, ‘kenapa ibadah harus dengan menyembelih hewan yang tidak bersalah?’.
Sebagai anak-anak, bisa jadi mereka berpikir bahwa menyembelih hewan kurban merupakan hal yang kejam dan tidak seharusnya dilakukan.
Dalam menjawab pertanyaan ini, kita kembali merujuk pada kisah Nabi Ibrahim as. Beritahu si kecil bahwa kurban yang dilakukan ini bukan berarti Tuhan membolehkan kambing atau domba disakiti.
Kurban yang dilakukan ini merupakan wujud keimanan seorang hamba untuk melepaskan hartanya sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT.
Lagipula, praktik penyembelihan yang dilakukan juga memiliki cara khusus agar tidak membuatnya tersiksa saat menghadap ajal.
Selain itu, daging dari hewan yang dikurbankan pun diniatkan untuk disedekahkan ke orang yang membutuhkan agar dapat merasakan kenikmatan yang sama.
5. Ajarkan Anak Indahnya Memberi Saat Idul Adha
Dalam komoditas kita, daging masih menjadi menu mewah yang tidak semua orang mampu menikmatinya setiap hari.
Idul Adha menjadi momen berbagi yang membuat semua orang, baik kaya maupun miskin, dapat mencicipi nikmatnya makan daging.
Indahnya berbagi dan menghargai kebersamaan yang terbangun saat Idul Adha mengajarkan si kecil tentang kepekaan sosial dan pentingnya hidup rukun dalam bermasyarakat.
Dalam komoditas kita, daging masih menjadi menu mewah yang tidak semua orang mampu menikmatinya setiap hari.
Idul Adha menjadi momen berbagi yang membuat semua orang, baik kaya maupun miskin, dapat mencicipi nikmatnya makan daging.
Indahnya berbagi dan menghargai kebersamaan yang terbangun saat Idul Adha mengajarkan si kecil tentang kepekaan sosial dan pentingnya hidup rukun dalam bermasyarakat.
6. Hubungan Antara Idul Adha dan Ibadah Haji
Rukun Islam yang ke-5 adalah Ibadah Haji. Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa Idul Adha sebenarnya menandakan dua perayaan umat Islam sekaligus. Perayaan ini ialah pelaksanaan Ibadah Haji dan Ibadah Kurban.
Maka dari itu, Idul Adha selain disebut Idul Kurban, juga sering disebut sebagai Lebaran Haji. Sebab, hari raya ini diselenggarakan bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah.
7. Belajar Kerjasama dan Gotong Royong
Ketika perayaan Idul Kurban, masyarakat berkerjasama untuk bisa merayakannya. Seperti yang kita ketahui, penyembelihan hewan kurban tidak bisa dilakukan 1-2 orang.
Perlu massa yang cukup banyak agar penyembelihan, pemotongan, pengumpulan, hingga pendistribusian daging kurban dapat berjalan lancar hingga ke tangan orang-orang yang membutuhkan.
Hal ini tentu mengajarkan si kecil arti dari gotong royong. Tentang bagaimana semua elemen masyarakat bahu-membahu agar semuanya bisa merasakan kenikmatan yang sama.