Fase threenager anak adalah masa ketika anak yang masih berusia 3 tahun, tetaapi bertindak layaknya seorang remaja atau teenager. Perilaku remaja yang ditunjukkan ialah seperti pembangkangan untuk menegaskan bahwa dirinya sudah besar dan menunjukkan kemandirian.
Perilaku ini biasanya cenderung menyebalkan. Sebab, fase threenager anak membuat si kecil lebih emosional dan sulit untuk dikendalikan. Dilansir dari the BUMP, anak usia 18-24 bulan mulai memasuki fase ini dengan cara menunjukkan kemandirian mereka.
Ketika usia mereka mulai menginjak 3 tahun, si kecil akan mulai mengerti caranya untuk mengekspresikan gagasan, kepribadian dan emosi mereka. Meski begitu, mereka masih belum paham cara untuk mengontrol hal tersebut.
Fase threenager anak merupakan hal yang normal. Sebab, hal ini menjadi tanda bahwa otak si kecil sedang dalam tahap perkembangan di bagian prefrontal cortex. Ini adalah bagian otak yang ada di belakang dahi, yang memiliki fungsi logika.
Fungsi prefrontal cortex di antara lain adalah membantu penalaran, pemikiran rasional, pemecahan masalah, penundaan kepuasan, dan pengelolaan emosi. Ini merupakan bagian kognitif yang dibutuhkan untuk mengatur perasaan dan tingkah laku kita.
Selain berada di fase threenager anak, usia 3 tahun ialah masa di mana mereka mulai mengenal perasaan senang, sedih, takut, dan marah. Nah, untuk menghadapi anak-anak di masa ini, Ayah dan Bunda bisa mencoba beberapa hal berikut, ya!
Baca Juga: 5 Fakta Terbaru Anak SD Bawa Bekal Ulat Turi, Makanan Langka?
1. Hadapi Fase Threenager Anak dengan Belajar Mengatur Emosi Terlebih dahulu
Fase threenager anak membuat mereka cenderung lebih emosional dan susah diatur. Anak di masa ini akan merasa bahwa dirinya cukup dewasa untuk menentukan apa yang mereka mau.
Oleh sebab itu, dalam menghadapi sikapnya yang cenderung memancing keributan, Ayah dan Bunda harus bisa mengatur emosi terlebih dahulu. Jangan sampai perilaku mereka yang berada di fase ini malah memancing Ayah dan Bunda untuk melakukan kekerasan verbal hingga non-verbal kepadanya. Jadi, kelola emosi dulu ya, Yah, Bun!
2. Bantu Si Kecil Mengenal dan Menggambarkan Emosinya
Seperti yang disebutkan di atas, usia 3 tahun juga merupakan masa di mana si kecil mulai merasakan dan mengenali emosi-emosi dalam hatinya. Cara lain untuk bisa menghadapi fase threenaager anak adalah dengan membantunya menggambarkan apa yang ia rasakan melalui kata-kata. Selain marah, sedih, bahagia, ajarkan juga pengenalan emosi seperti bingung, hampa, jijik, overwhelmed, dan sebagainya.
Dengan berusaha menggambarkan perasaannya melalui kata-kata, si kecil jadi lebih mudah mengekspresikan apa yang ia rasakan tanpa drama.
3. Fase Threenager Anak Bisa Diatasi Dengan Membiarkannya Berkreasi dan Bermain
Cara lainnya untuk menghadapi fase ini adalah dengan berkreasi dan bermain. Anak yang lebih aktif secara fisik dan melakukan stimulasi sensori secara langsung akan membuat emosi atau kondisi mentalnya menjadi lebih baik.
Aktivitas luar ruangan seperti berjalan-jalan di taman, berkreasi dengan media seni lukis, seni musik, atau membuat karya dengan lilin mainan dapat membuatnya bisa mengekspresikan diri dengan cara yang menyenangkan.
4. Perbanyak Quality Time dan Menghujaninya Kasih Sayang
Berdasarkan penelitian yang dipublikasi National Library of Medicine menyebut bahwa cara orangtua merespon perilaku anak sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara mereka mengelola emosi. Dalam penelitian tersebut juga dikatakan bahwa orangtua yang menunjukkan kehangatan dan kasih sayang yang cukup, namun tegas dalam membatasi anaknya, memberikan pengaruh yang lebih baik dalam perkembangan emosional si kecil.
Oleh sebab itu, penting bagi Ayah dan Bunda untuk selalu menyempatkan waktu quality time bersama si kecil, menghujaninya dengan kasih sayang, sambil mengajarkannya batasan-batasan yang tegas atau prinsip hidup yang sesuai dengan etika dan norma.
5. Anak dalam Fase Threenager Perlu Bahan Bacaan yang Banyak
Fase threenager anak juga merupakan fase kritis yang berhubungan dengan perkembangan bahasanya. Di masa ini, anak akan mulai mengembangkan kemampuan literasinya dan berbicara tentang banyak hal.
Oleh sebab itu, Ayah dan Bunda juga harus sekaligus memupuk banyak kosakata untuknya dengan konsisten mengajaknya membaca buku bersama. Membaca bersama tak hanya berguna dalam menambah kosakata dan mengembangkan kemampuan berbahasanya, lho. Hal ini juga penting dalam membuatnya mampu mengembangkan imajinasi dan memancing kemampuannya dalam memecahkan masalah.
6. Ajari Anak Berbagi dan Pastikan Ia Tidak Memeroleh Rangsangan yang Berlebihan
Salah satu hal yang agak memusingkan orangtua di masa threenager anak ialah ketika mereka mulai bersosialisasi dengan anak lain tetapi sulit diajak kompromi. Dalam fase ini, biasanya anak sulit berbagi mainan atau makanan dengan teman mainnya, atau malah merasa ingin mendominasi seluruh permainan.
Dalam menghadapi hal ini, tugas Ayah dan Bunda ialah dengan mencontohkan lebih dahulu bagaimana caranya menunggu giliran dalam bermain. Hal ini bisa dilakukan ketika sedang quality time. Misalnya dengan cara, “Sekarang giliran Ayah yang bermain ya, setelah itu baru Adik lagi,”. Mengajarkan hal ini pada anak juga bisa menumbuhkan rasa percaya dan kesabaran bahwa semuanya ada gilirannya.
Selain itu, pastikan juga si kecil tidak merasa overstimulated. Sebab, hal ini bisa membuat ia menjadi cranky dan emosional. Rangsangan berlebih ini bisa dari cahaya yang terlalu silau, kebisingan, pola tidur yang salah, hingga penggunaan gadget yang berlebihan.