Pola asuh perfeksionis biasanya muncul dari keinginan orang tua agar anak selalu memberikan hasil terbaik. Sekilas terlihat positif karena mendorong anak disiplin, berprestasi, dan tidak mudah menyerah. Namun, tanpa disadari, ekspektasi tinggi yang terus-menerus dapat membuat anak merasa tertekan dan takut gagal.
Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memahami sisi positif dan negatif dari pola asuh ini agar perkembangan anak tetap optimal dan sehat secara emosional.
Baca Juga : Rahasia Gaya Parenting Korea yang Bikin Anak Disiplin dan Mandiri
Mengenal Pola Asuh Perfeksionis Serta Kelebihan dan Kekurangannya
Perfeksionisme terjadi ketika orang tua memiliki standar tinggi yang harus selalu dicapai anak. Biasanya, mereka fokus pada hasil dan kesempurnaan, bukan proses. Orang tua ingin anak selalu tampil terbaik misalnya dengan mendapat nilai tinggi, berprestasi, bahkan anak tidak boleh melakukan kesalahan.
Meskipun niatnya baik, pola pikir seperti ini dapat memengaruhi cara anak memandang dirinya dan keberhasilannya. Berikut kelebihan dan kekurangan pola asuh perfeksionis yang perlu diketahui ayah dan bunda.
Kelebihan
Jika diterapkan dengan proporsi yang tepat, pola asuh ini bisa memberikan manfaat, seperti:
- Membuat anak lebih disiplin
- Anak memiliki motivasi yang tinggi
- Anak terbiasa bekerja keras
- Membuat anak memiliki standar kualitas yang baik
- Anak akan berani menghadapi tantangan
Kekurangan
Di sisi lain, standar yang terlalu tinggi bisa menjadi tekanan berat untuk anak. Beberapa risiko yang dapat muncul yaitu:
- Membuat anak merasa takut salah dan gagal
- Sering merasa cemas dan tidak cukup baik di hadapan orang tua
- Anak akan merasa kurang dicintai dan dihargai pencapaiannya
- Anak menganggap bahwa cinta orang tua bersyarat pada pencapaian
- Anak cenderung menghindari tantangan agar tidak melakukan kesalahan
- Anak sulit menikmati proses belajar
Tips Menerapkan Pola Asuh Perfeksionis yang Lebih Sehat
Agar pola asuh perfeksionis tidak berdampak negatif, orang tua bisa mencoba beberapa langkah berikut:
- Fokus pada proses bukan hasil. Dukung usaha yang dilakukan anak, bukan hanya menilai prestasi yang didapatkannya.
- Rayakan pencapaian kecil. Hal ini dapat membantu anak lebih percaya diri dan membuatnya tidak terlalu keras pada diri sendiri.
- Izinkan anak melakukan kesalahan. Kesalahan adalah bagian penting dalam proses belajar. Jadi, sangat tidak masalah kalau mereka melakukan kesalahan.
- Berikan pujian yang realistis dan tulus serta hindari membandingkan anak dengan orang lain.
- Bangun komunikasi terbuka dan ajarkan bahwa perasaan cemas atau takut gagal adalah sesuatu yang wajar dan bisa dilawan dengan usaha yang tepat.
Dengan pendekatan yang lebih seimbang, orang tua tetap dapat mendorong anak berkembang tanpa menumbuhkan tekanan berlebihan sehingga anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, resilien, dan bahagia.