Setiap orang tua pasti ingin memiliki anak yang hebat, cerdas, percaya diri, dan berkarakter baik. Tapi banyak yang belum menyadari bahwa kunci utama dalam mendidik anak hebat justru terletak pada suasana rumah. Kok bisa?
Sebelum anak mengenal abjad, angka, atau duduk di bangku sekolah, ia lebih dulu belajar dari apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan di rumah.
Menurut Psikolog Klinis Anak dan Remaja Ruang Tumbuh, Selly, M.Psi., Psikolog, rumah bukan sekadar tempat berlindung, tapi tempat pertama anak mengenal dunia, melalui peran keluarga khususnya orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama bagi mereka.
Pengalaman awal di rumah menjadi pondasi penting bagi anak untuk berinteraksi dan berperilaku di lingkungan sosial serta berperan dalam membentuk kepribadian anak hingga dewasa.
Baca Juga : 5 Parenting Ala Gen Z, Kekinian Tapi Tetap Ideal
“Lima tahun pertama usia anak adalah periode emas bagi perkembangan otak yang dipengaruhi oleh nutrisi tepat, stimulasi sesuai usia, serta interaksi positif dengan orang tua,” ungkap Selly.
Nilai-Nilai Penting yang Harus Tertanam pada si Kecil Sejak Dini
Selly menekankan bahwa anak secara alami belajar norma dan perilaku melalui observasi, imitasi, dan interaksi sosial dengan orang tua dan lingkungan sekitarnya.
“Mereka akan mengamati, meniru serta menyerap semua hal yang dilihat, dilakukan dan didapatkan dari orang tua, saudara bahkan orang lain di lingkungannya,” lanjutnya.
Karena itu penting untuk menanamkan beberapa nilai-nilai berikut kepada anak sejak dini, di antaranya :
1. Kejujuran
Beri contoh berbicara jujur, mengakui kesalahan, tidak berbuat curang, serta memberi apresiasi saat anak bersikap jujur.
2. Disiplin
Sikap disiplin dapat dibentuk melalui rutinitas harian yang konsisten.
3. Perhatian pada Orang Lain
Anak belajar memberi perhatian dan pengalaman menerima perhatian. Jadi, beri contoh dengan bermain bersama, membaca buku, mengerjakan tugas rumah atau melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama anak.
4. Empati
Ajarkan sikap peduli dengan tindakan sederhana seperti berbagi makanan, meminjamkan mainan, menghibur teman yang sedih, atau membantu orang yang kesulitan.
5. Menghormati Orang Lain
Tanamkan kebiasaan berbahasa sopan seperti mengucapkan “tolong”, “terima kasih”, dan “maaf”, serta dengan menghargai pendapat, karya, atau milik orang lain.
6. Kontrol Diri
Latih anak dalam tugas sederhana di rumah, seperti merapikan mainan atau membuang sampah untuk memupuk rasa tanggung jawab.
7. Tanggung Jawab
Anak dapat dilatih bertanggung jawab melalui keterlibatan dalam tugas sederhana di rumah, seperti merapikan mainan, membuang sampah, atau menyimpan pakaian kotor pada tempatnya.
8. Kemandirian
Kemandirian tumbuh saat anak diberi kepercayaan untuk mengatur dan mengerjakan aktivitas sendiri, seperti memilih pakaian atau menyelesaikan masalah kecil tanpa terlalu banyak intervensi.
Dampak Kurangnya Pendidikan Awal yang Baik dari Rumah
“Kurangnya pembelajaran awal yang baik di rumah dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, terutama pada aspek kognitif, sosial-emosional, dan perilaku,” tegas Selly.
Stimulasi yang kurang dapat menghambat perkembangan otak dan kemampuan kognitif anak, seperti bahasa, pemecahan masalah, dan berpikir abstrak, yang berdampak pada kesulitan belajar dan penyelesaian masalah.
Dalam aspek sosial-emosional, kurangnya stimulasi dapat menghambat kemampuan anak untuk menyesuaikan diri, bekerja sama, dan mengelola emosi.
Sementara itu, di aspek perilaku, anak mungkin menunjukkan perilaku agresif, impulsif, atau kurang disiplin. Anak perlu diajarkan untuk menilai perilaku yang benar dan menyesuaikan tindakannya dengan tuntutan sosial yang ada.
Tips Mendidik Anak Hebat dengan Menanamkan Nilai Positif di Era Digital
Kemajuan teknologi seharusnya dapat mendukung pengasuhan, bukan malah menggantikan peran orang tua di dalam pengasuhan. Itu sebabnya orang tua perlu menanamkan konsep keseimbangan antara aktivitas digital dengan aktivitas fisik serta sosial di dunia nyata, termasuk melakukan interaksi dengan anak tanpa gangguan gadget.
“Berikan batasan screen time dan imbangi dengan family time yang melibatkan kehadiran anggota keluarga secara fisik dan emosional. Prioritaskan waktu bersama keluarga untuk berinteraksi, membangun komunikasi dan melakukan kegiatan yang menyenangkan, ” papar Selly.
Perilaku yang Harus Dihindari Agar Anak Memiliki Karakter yang Baik
Beberapa hal bisa menjadi kendala dalam menanamkan nilai di rumah. Pertama, memberikan respons yang tidak tepat. Anak belajar dari reaksi orang tua terhadap perilakunya. Bila perilakunya diberi respons menyenangkan, anak cenderung mengulanginya. Sebaliknya, jika dikoreksi secara tepat, anak akan belajar memperbaikinya.
Kedua, kurangnya teladan dari orang tua. Anak lebih mudah menyerap nilai lewat contoh nyata, karena orang tua adalah figur utama dalam hidupnya.
Ketiga, apresiasi yang tidak efektif. Hal ini bisa mengurangi makna pujian. Apresiasi sebaiknya disesuaikan dengan usia dan dilakukan dengan tulus, seperti pelukan sambil mendeskripsikan perilaku baik anak.
Keempat, disiplin yang otoriter. Menekankan aturan tanpa ruang diskusi justru membuat anak patuh karena takut, bukan karena memahami makna aturan tersebut.
Kelima, penerapan aturan yang tidak konsisten. Konsistensi dalam aturan membantu anak memahami batasan dan belajar tanggung jawab.
Terakhir, kurang memahami kebutuhan anak. Pemahaman yang baik akan membantu memberikan dukungan yang tepat agar anak tumbuh optimal.
“Sebagai lingkungan pertama dan figur penting, teladan yang baik dari orang tua menjadi cara paling efektif untuk menanamkan nilai yang dapat diimplementasikan anak. Terlebih di tengah tantangan era digital, kehadiran fisik dan emosional orang tua serta bimbingan yang sesuai tahap perkembangan anak menjadi semakin penting untuk didapatkan anak di rumah,” pungkas Selly.