“Anak perempuan itu mainnya di dalam rumah saja, main masak-masakan”, “Anak laki-laki harus bisa berantem! Harus kuat!” Apa benar seperti ini cara membedakannya ya, Bun? Coba kita ulas tips mendidik anak yang tepat, yuk!
Stereotip atau persepsi masyarakat tentang anak laki-laki dan perempuan itu memang banyak ragamnya ya, Bun. Seringkali pengkotak-kotakan gender ini malah membatasi anak dalam mengeksplorasi hal-hal yang perlu mereka pelajari.
Seperti yang disebut di awal, anak laki-laki selalu dituntut untuk kuat dan tidak boleh menangis, sementara anak perempuan kebalikannya. Anak perempuan harus tampil sebagai pribadi yang lembut, halus, dan wajib bisa masak.
Sayangnya, hal ini keliru ya, Bun. Psikolog Klinis Biro Trust Psychology Consulting Yunia Sherlyna, S.Psi.. M.Psi., Psikolog menyebut bahwa hal di atas masuk ke dalam gender stereotype yang tidak sehat untuk si kecil. Sebab, menjadi kuat atau lembut, menangis, atau bisa masak merupakan hak setiap manusia terlepas dari jenis kelaminnya.
Baca Juga: 8 Fakta Kenkulus, Bayi Jenius yang Disebut Reinkarnasi Einstein!
Lantas, Apa yang Harus Dibedakan dalam Mengasuh Anak Laki-Laki dan Perempuan?
Psikolog yang kerap disapa Sherly ini menjawab, mendidik anak laki-laki dan perempuan itu memang harus dibedakan tapi bukan dari gender stereotype-nya. Perbedaan ini terletak pada bagaimana Ayah dan Bunda memperlakukan mereka dalam segi emosional.
“Anak laki-laki dan perempuan memiliki ciri khas sifat yang berbeda dan cara yang berbeda juga dalam menerima arahan,” terang Sherly.
Dalam mendidik anak laki-laki misalnya, Ayah dan Bunda harus menggunakan kalimat yang jelas dan tidak merendahka. Hal ini akan merangsang rasa keingintahuan dan semangat si kecil dalam mengeksplorasi sesuatu.
“Jika diperlukan, Ayah dan Bunda bisa mengulang kembali kalimat yang disampaikan dan meminta anak untuk mengulanginya,” sambungnya.
Tentu, dalam mendidik anak laki-laki juga diperlukan kesabaran tanpa batas. Sebab, anak laki-laki akan lebih banyak bermain daripada anak perempuan. Sebab, otak kanan mereka yang kreatif dan artistik lebih cepat berkembang dibanding otak kiri yang logis dan analitis.
Lain halnya dengan anak perempuan. Ayah dan Bunda yang memiliki anak perempuan harus dididik dengan cara menambahkan unsur emosi yang sehat.
Misalnya, dalam mengajak anak untuk membereskan mainan atau kamarnya. Cara menjelaskannya harus lugas dan jelas, ‘Ayo Nak dirapikan mainannya, ambil dan letakkan di sini’. Ayah dan Bunda juga harus menghindari kalimat-kalimat yang merendahkan seperti ‘Masa membereskan mainan nggak bisa?’
Kalau pada anak perempuan, kalimatnya bisa berupa ‘Yuk dirapikan mainannya, kan kalau rapi jadi enak dilihatnya, nyaman dihuni rumahnya’. Hal ini bisa membuat anak menjadi lebih bersemangat dan termotivasi dalam melakukan hal yang Ayah dan Bunda minta.
Benarkah Orangtua Harus Keras dalam Mendidik Anak Laki-Laki dan Lembut dalam Mendidik Anak Perempuan?
Sherly mengaku hal ini tidak benar. Menurutnya, yang paling utama adaalah mendidik anak-anak dengan ketegasan dan konsistensi, bukan pada keras atau lembut sesuai gender. Sebab, menurutnya keras atau lembut harus disesuaikan dengan tipikal atau sifat si kecil.
Ayah dan Bunda tidak bisa serta-merta berlaku keras pada anak laki-laki atau berlaku lembut hanya pada anak perempuan. Sebab, kepada keduanya Ayah dan Bunda harus bersikap lembut namun tegas, demi kedisiplinan dan pembentukan karakternya.
Hal ini juga harus disesuaikan dengan perangai si kecil. Jika putra Ayah dan Bunda memiliki hati yang lembut dan sensitif, maka perlakukanlah sebagaimana ia ingin diperlakukan. Begitu pun sebaliknya, ada pula anak perempuan yang terlahir dengan sikap tegas dan menyukai tantangan, tentu Ayah dan Bunda harus menyikapinya dengan cara yang berbeda pula.
“Dalam memotivasi anak misalnya, biarkan anak laki-laki mencoba apa yang ia mau, apabila berhasil, berikan pujian dan tunjukkan rasa bangga. Pada anak perempuan, tumbuhkan motivasinya dengan cara meningkatkan kualitas hubungan Ayah dan Bunda pada si kecil,” jelas Sherly.
Hal apa yang Sebenarnya Krusial namun Keliru dalam Mengasuh Anak Sesuai Gender-nya?
Seringkali orangtua menganggap hal paling krusial dalam mendidik anak laki-laki dan perempuan ada pada pemberian aksesoris yang berbeda. Misalnya dengan membedakan mainan anak (laki-laki main mobbil-mobilan dan perempuan main boneka), pemilihan warna baju, dan perbedaan perilaku.
Padahal, Sherly menjawab bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang krusial. “Yang paling utama dalam mengasuh anak laki-laki dan perempuan adalah keseimbangan peran Ayah dan Bunda dalam sebuah keluarga,” terangnya.
Ayah dan Bunda harus bisa menjadi contoh yang merepresentasikan masing-masing gender untuk anak. Jadi, anak bisa memahami, bagaimana seharusnya menjadi seorang laki-laki yang tegas namun mampu menjadi pelindung seperti Ayahnya, atau menjadi seorang perempuan yang penuh kasih sayang seperti Bundanya.
“Ketika peran Ayah dan Bunda sudah sebagaimana mestinya, maka anak akan mencontoh Ayah dan Bundanya. Anak laki-laki akan mencontoh Ayahnya dan anak perempuan akan mencontoh perilaku Bundanya,” jelas psikolog yang juga merupakan dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.
Cara Tepat dalam Mendidik Anak Laki-Laki dan Perempuan
Perbedaan anak laki-laki dan perempuan memang tidak terletak pada kostum atau mainan, melainkan lebih besar dari itu, yakni emosional dan pola pikir mereka. Maka dari itu, Sherly memberikan beberapa tips khusus yang bisa menjadi pedoman Ayah dan Bunda dalam mendidik anak-anak sesuai gender-nya.
1. Tips Mendidik Anak Laki-Laki
- Beri kesempatan pada anak untuk mengeksplor atau mencoba melakukan sesuatu.
- Puji mereka dan tunjukkan rasa bangga ketika anak laki-laki berhasil melakukan atau meraih sesuatu.
- Diskusi dengan anak laki-laki dengan kalimat yang jelas dan boleh diulangi.
2. Tips Mendidik Anak Perempuan
- Dukung anak perempuan dengan mengajaknya melakukan kegiatan yang mereka sukai bersama-sama.
- Tingkatkan kualitas hubungan secara emosional, misalnya dengan pujian atau kalimat yang manis.
- Apresiasi tiap pencapaian dan hasil kerjanya.