check it now

Mengenal Fenomena Fatherless: Hilangnya Peran Ayah dalam Tumbuh Kembang Si Kecil

Peran Ayah dalam pengasuhan si kecil itu sama pentingnya dengan Bunda, lho! Jadi, jangan berat sebelah, ya!

Daftar Isi Artikel

Belakangan ini, Indonesia berada di urutan ketiga negara dengan tingkat fatherless atau father hunger terbanyak di dunia.

Selama ini, kita terkungkung dengan stigma bahwa proses pengasuhan si kecil dikendalikan oleh Bunda. Tugas Ayah hanya lah mencari nafkah sebanyak-banyaknya untuk menyokong finansial keluarga.

Sayangnya, selama ini stigma tersebut salah besar lho, Bun! Sosok Ayah ternyata punya peran penting dalam pola asuh dan perkembangan si kecil.

Sebelum kita membahas panjang lebar tentang pentingnya peran Ayah, yuk kenali lebih dulu istilah fatherless yang sedang hangat dibicarakan banyak orang.

Fatherless Itu Apa Sih?

Psikolog Klinis Aulia Ramdani, M.Psi, Psikolog, menyebut bahwa fatherless ini tak hanya isu nasional, tetapi juga isu internasional. Fatherless ini merujuk pada ketidak-hadiran sosok Ayah pada proses tumbuh kembang si kecil.

“Sosok Ayah itu berperan penting dalam tumbuh kembang si kecil. Sering kita dengar kalau parenting itu hanya pada Bunda, padahal Ayah itu seharusnya juga ikut terlibat dalam proses pengasuhan,” jelas Aulia.

Definisi fatherless tidak hanya terbatas pada anak-anak yang kehilangan Ayahnya sedari kecil karena meninggal atau perceraian. Ironisnya, fatherless lebih banyak terjadi di keluarga yang lengkap, namun sosok Ayah tidak hadir dalam benak si kecil secara fisik maupun emosional.

“Mungkin banyak yang berpikiran fatherless itu menimpa anak yang kehilangan Ayah sedari kecil, padahal bisa jadi Ayahnya ada tapi perannya tidak ada. Ayahnya terlalu sibuk kerja atau melakukan aktivitas lainnya tanpa memprioritaskan ikatan fisik dan emosional pada anak,” sambungnya.

Baca Juga: Kenali 5 Jenis Bakat Anak dan Cara Kembankannya!

Memangnya Seberapa Penting Sosok Ayah untuk Anaknya?

Menanggapi hal ini, Aulia menyebut bahwa sosok Ayah sangat penting di hidup si kecil. Sebab, Ayah merupakan sosok yang dianggap berkedudukan paling tinggi, seorang kepala keluarga. Dalam perspektif anak, Ayah merupakan sosok yang bertanggung jawab dalam hidupnya.  

Oleh sebab itu, proses pengasuhan anak, seharusnya tidak bertumpu hanya pada Bunda saja. Penting bagi si kecil untuk mendapatkan peran dan kasih sayang yang seimbang dari keduanya.

Hal ini dikarenakan Ayah dan Bunda mengajarkan anak bahasa cinta yang berbeda Dalam membersamai anak, karakter Ayah biasanya jauh lebih tenang dan rasional. Berbeda dengan Bunda yang mengedepankan perasaan

“Misalnya ketika anak jatuh, Ayah biasanya akan merespon dengan tenang dan menguatkan si kecil untuk bangkit. Sementara Bunda biasanya akan lebih emosional dengan teriak atau ikut menangis. Sisi Ayah yang tenang ketika menghadapi masalah ini yang terkadang tidak terlihat pada Bunda,” ungkap Aulia.

Pentingnya peran Ayah dalam tumbuh kembang si kecil juga berpengaruh dalam cara pandangnya melihat dunia. Sosok Ayah juga dapat membantu si kecil dalam menentukan situasi yang rasional.

“Ayah itu kan lebih logic, jadi dia akan memberikan pandangan yang membuat si kecil lebih berani. Ketika anak berada dalam situasi ‘kira-kira aku harus apa, ya?’, Sosok Ayahlah yang menjadi tempatnya berdiskusi dan menemukan jalan keluar,” sambungnya.

Maka dari itu, tak heran jika ada penelitian yang menyebut bahwa jika hubungan antara Ayah dan anak itu baik, maka hal ini meningkatkan peluang kesuksesan anak di masa depan kelak. 

Sikap Apa yang Harus Dimiliki Ayah agar Anak Tidak Tumbuh dengan Mental Fatherless?

Anak yang tidak fatherless itu terlihat ketika Ayah melakukan perannya dengan baik. Aulia membeberkan beberapa sikap yang harus dimiliki, yaitu:

  • Ayah sebagai financial support atau mendukung secara ekonomi.
  • Menjalin hubungan yang baik dengan anak sebagai caregiver atau pengasuh yang memberikan rasa nyaman dan penuh kehangatan.
  • Ayah juga harus mampu menjadi protector atau pelindung bagi anak-anaknya.
  • Menjadi Guru dan role model. Ayah yang bertanggung jawab terhadap masa depan anak. Hal ini dilakukan dengan cara membimbingnya saat belajar atau menjadi tempat diskusi ketika si kecil mengalami masalah.
  • Pendispilinan dan pengawasan. Ketika si kecil mulai nakal atau melakukan penyimpangan dari hal yang seharusnya, Ayah lah yang harus mengambil langkah untuk mendisiplinkan anak, menegakkan aturan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
  • Ayah sebagai teman bermain yang asyik. Seharusnya Ayah mengambil porsi bermain dengan anak lebih banyak dari Bunda. Sebab, Bunda biasanya telah disibukkan dengan peran domestik lainnya seperti memasak dan semacamnya.
  • Sebagai penjamin kesejahteraan anak.
  • Sumber dukungan untuk kebahagiaan si kecil.  

Apa Dampak yang Terjadi Jika Si Kecil Tidak Merasakan Kehadiran Sosok Ayah di Hidupnya?

Psikolog dari Jabat Tangan ini menyebutkan beberapa dampak berbahaya yang dapat dialami si kecil ketika ia tidak merasakan peran Ayah dalam hidupnya.

  • Anak cenderung plin-plan dan sulit mengambil keputusan.
  • Tidak memiliki kompetisi sosial.
  • Kurang berprestasi dan bermasalah dalam bidang akademik.
  • Anak jadi kurang percaya diri dan tidak punya motivasi.
  • Mudah marah dan sulit dibujuk.
  • Sulit beradaptasi di lingkungan baru.
  • Pada anak laki-laki, ketiadaan figur Ayah dapat membuatnya kehilangan ciri maskulinnya.
  • Pada anak perempuan, dapat menyebabkan resiko aktivitas seksual terlalu dini dan menyebabkan kehamilan remaja.
  • Meningkatkan resiko kriminalitas dan kenakalan seksual.
  • Beresiko terlibat penyalahgunaan narkoba dan alkohol di masa depan.

Mengapa begitu? Sebab peran Ayah pada anak itu biasanya berdampak pada kehidupannya kelak. Aulia juga menyebut ada 3 aspek pengasuhan Ayah yang berdampak bagi anak.

1. Aspek Kognitif

Ayah seharusnya bisa menjadi sosok ternyaman bagi anak untuk berdiskusi tentang kehidupannya ke depan. Sebab, biasanya dalam keluarga Ayah lah yang menjadi leader dalam menentukan langkah anak selanjutnya. Dalam penentuan passion dan jati diri juga Ayahlah sosok paling tepat untuk ditanyakan pendapat.

“Ayah itu bisa jadi tempat anak untuk berdiskusi terkait banyak hal. Misalnya, di tingkat SMP ke SMA, biasanya Ayah akan ambil bagian dalam menentukan anaknya bersekolah di mana dan sebagainya,” tutur Aulia.

2. Aspek Psikologis

Anak yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari Ayahnya maka kondisi mental dan psikologisnya akan baik. Tekanan emosional dan kecemasannya pun cenderung rendah, sebab mereka percaya Ayahnya mampu melindunginya dari kejamnya dunia.

“Maka dari itu, anak yang diasuh oleh Ayahnya biasanya akan memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi. Ia bahagia,” jelas Aulia.

3. Aspek Sosial

Secara sosial, anak yang dekat dengan Ayahnya akan lebih memiliki inisiatif sosial, kompetisi sosial, dan hubungan sosial yang baik di masyarakat. Sebab, Ayah mampu menjalani peran dalam situasi sosial yang membuat si kecil mencontoh perilakunya dan berani terjun dalam kehidupan sosial.

“Si kecil jadi bisa bersaing di dunia luar. Hubungan anak dengan orang lain pun cenderung baik karena peran Ayah dilaksanakan dengan baik di dalam rumah,” terangnya.

Bisakah Sosok Ayah Digantikan dengan Kehadiran Orang Lain?

Dalam menanggapi masalah ini, Aulia menekankan bahwa figur Ayah atau Bunda tidak dapat tergantikan oleh siapa pun. “Kehilangan orangtua di usia anak-anak hingga remaja tentu menimbulkan luka yang mendalam dan merubah hidup mereka ke depannya, tapi sayangnya peran keduanya tak bisa tergantikan,” ungkapnya.

Meski begitu, bukan berarti anak yang diasuh oleh single mom otomatis akan gagal dalam hidupnya lho, ya!

 “Anak itu tidak hanya belajar dari Ayah dan Bunda, tetapi juga dari pergaulan dan lingkungan. Dia akan belajar dan menentukan jalannya sendiri, namun tetap akan ada part yang hilang karena tidak mendapat figur Ayah,” jelas Aulia.

Tips Jitu yang Bisa Dilakukan Ayah agar Bisa Lengket dengan Si Kecil!

Aulia menjelaskan bahwa dalam menghadapi anak laki-laki dan perempuan, Ayah harus membedakan perlakuannya. Berikut tips yang bisa dilakukan Ayah agar lebih lengket dengan si kecil, ya!

1. Tips Anti-Fatherless untuk Anak Laki-Laki            

  • Perbanyak bermain dengan anak.
  • Melakukan aktivitas di luar, seperti olahraga, sepak bola, bulu tangkis, memancing, dan semacamnya.
  • Memberikan apresiasi atau hadiahketika anak meraih prestasi sekecil apapun.
  • Mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada anak, seperti mengajarkan berbagi, sopan-santun, dan norma sosial.
  • Menghabiskan waktu berdua, seperti menonton bioskop atau deep-talk.
  • Mencintai anak dengan tulus dan sepenuh hati, tanpa harap timbal balik.

2. Tips Anti-Fatherless untuk Anak Perempuan

  • Menjadi teman mengobrol yang santai.
  • Deep-talk dengan friendly yang dapat merubah persepsi sosok Ayah yang kaku di mata anak perempuan.
  • Menghabiskan waktu berdua, seperti mengajarkan tugas dan berusaha selalu ada dalam segala situasi.
  • Mencintai anak dengan tulus dan sepenuh hati, tanpa harap timbal balik.
  • Mengajarkan kemandirian, tidak mengintimidasi ketika anak berbuat salah dan mengajarkan anak bisa intropeksi diri.
  • Menjadi mediator atau penengah dalam keluarga, terutama di antara hubungan anak perempuan dengan Bundanya.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria

Daftar Isi Artikel

Updates