check it now

Terhimpit Ekonomi, Bunda Buang Bayi di Halte Sebab Tak Sanggup Membesarkannya

Bunda yang buang bayi di halte ternyata sempat menulis surat panjang untuk orang yang menemukan buah hatinya. Simak isi suratnya, ya...

Daftar Isi Artikel

Berita buruk datang dari Makassar, Bunda buang bayi yang baru berusia 4 hari di halte Kalibone bus yang ada di Jalan Poros Makassar, Pare-Pare, Sulawesi Selatan.

Bayi mungil ini ditemukan dalam keadaan terbungkus selimut berwarna hitam, bersama susu, tisu basah, pakaian bayi, dan beberapa surat.

Dalam surat yang ditemukan, Bunda yang buang bayi mengaku tak sanggup untuk membesarkan sang buah hati karena himpitan ekonomi.

Kisah tentang Bunda buang bayi di halte ini diunggah melalui akun media sosial TikTok @hairattss_. Unggahan tersebut kini telah dilihat hingga 1,5 juta kali dengan 119K likes dan 4646 comments.

Sontak, banyak netizen yang turut bersimpati dan berkomentar atas kasus ini. Salah satunya seperti yang disampaikan oleh @galehbud1.

“Mungkin si Ibu sudah nggak bisa bertahan lagi, dilihat dari catatannya, dia ibu yang baik,” tulisnya.

Komentar lainnya dilontarkan oleh @MankBBC, “Harus dicari orangtuanya, balikin anaknya, kasihan. Mungkin bisa dibantu dengan cari uang buat kebutuhan si bayi. Open donasi yuk untuk bayinya,”.

Seperti apa sih isi surat yang ditinggalkan Bundanya?

Baca Juga: 14 Superfood Terbaik untuk Balita yang Enak dan Bikin Sehat!

Isi Surat Bunda yang Buang Bayi di Makassar

Dalam suratnya, orangtua bayi meminta kepada siapapun yang menemukan anaknya untuk memberikan ke orang yang ingin punya anak. “Siapapun yang menemukan bayi ini, tolong berikan yang ingin punya anak”, tulisnya.

Total ada 3 surat yang ditemukan di dekat tubuh sang bayi. Surat lainnya berbunyi sebagai berikut.

Jadi anak yang kuat ya, Sayang. Maafin kita, ekonomi kita tidak cukup buat besarin kamu, Nak… Tapi Mama sangat sayang sama kamu, Nak. Kamu sudah seperti Pelangi buat kita, Nak

Bunda yang buang bayi kecilnya ini tentu merasa berat untuk meninggalkan bayi yang diketahui baru lahir pada 2 Agustus 2023 ini. Ia terpaksa melakukan hal ini karena himpitan ekonomi yang begitu menjerat.

Kasih sayang sang Bunda masih terasa hangat, ketika dalam surat selanjutnya ia bahkan masih menuliskan hal-hal yang harus dilakukan dalam menangani buah hati kecilnya.

Kalo dibedong jangan masukin tangannya karena dia tidak suka, dan biar dia tidur nyenyak.

Kalo dia terbangun saat tidur, periksa BAB/tidak, kasih susu, lalu pelukin.

Dia suka dipeluk. Kalau rewel, coba gendong sambil ajak jalan.

Tolong jaga gelangnya.

Dia anak yang pintar, halus dan lucu, jadi tolong jangan marahin atau kasih nada tinggi saat dia rewel

Suratnya juga berisi informasi mengenai berat badan, panjang badan, tanggal lahir dan susu kesukaan si kecil.

Mengapa Bunda Bisa Buang Bayi yang Dikandungnya?

Ada beberapa hal yang menjadi alasan seorang Bunda untuk buang bayi kecilnya. Bukan karena tidak sayang, tetapi ada banyak faktor lain yang membuatnya tidak sanggup dan memilih untuk berbuat hal yang salah.

1. Kondisi Ekonomi yang Serba Kekurangan dan Terjebak dalam Kemiskinan

Dalam rumah tangga, hal yang paling mendasar dan selalu menjadi persoalan ialah masalah finansial. Hidup yang penuh dengan kekurangan, terlilit hutang, hingga terjebak dalam kemiskinan yang struktural membuat seorang Bunda sulit untuk berpikir jernih dalam memandang persoalan.

Jalan pintas yang bisa jadi dianggapnya terbaik adalah dengan meninggalkan bayinya di jalan karena ketidaksanggupannya. Sebab, jangankan untuk memberi makan yang bergizi dan bernutrisi demi tumbuh kembang buah hati, memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja belum tentu mampu.

Maka dari itu, penting ketika sebelum memutuskan punya anak untuk memiliki sumber pendapatan yang jelas dan tabungan yang cukup, ya…

2. Bunda Buang Bayi Karena Kurang Edukasi Aktivitas Seksual dan Kontrasepsi

Bunda yang buang bayi kecilnya bisa jadi melakukan hal tersebut karena kurangnya edukasi mengenai akivitas seksual dan kontrasepsi. Tak selalu Bunda yang dipersalahkan, si Ayah juga salah karena tidak mampu mengukur kesiapan keluarga dan tidak menggunakan alat kontrasepsi atau kondom dalam berhubungan seksual.

Hal-hal mengenai kesiapan memiliki anak, berapa jumlah anak yang diinginkan, dan visi-misi pernikahan ke depan seharusnya sudah dibicarakan sejak sebelum menikah.

3. Belum Siap Secara Mental Hadapi Kehidupan Pernikahan

Meski tak selalu buruk, tapi kehidupan rumah tangga tentu akan mengguncang psikologis orang yang belum siap menghadapi realita. Jangankan tentang anak, masalah ego pasangan, budaya yang berbeda, dan masalah kecil lainnya bisa menjadi bahan pertengkaran kalau tak ada kesiapan mental.

Maka dari itu, sebelum menikah ada yang namanya konseling pernikahan yang dilakukan oleh kedua mempelai untuk mengetahui kesiapan masing-masing. Hal ini tentu penting, sebab mental yang belum siap atau bermasalah akan menyebabkan dan memperparah masalah kecil yang ada di pernikahan.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria