Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (UN) Antonio Guterres menyebut bahwa Juli 2023 menjadi tanda bahwa Bumi memasuki era mendidih.
Hal ini ditunjukkan oleh suhu udara yang semakin panas di berbagai belahan dunia. Menurut laporan Lembaga Perubahan Iklim Copernicus, Uni Eropa, dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), tiga minggu pertama di bulan Juli menjadi hari-hari terpanas.
Dalam data yang disajikan Copernicus, rata-rata suhu global biasanya berada di angka 16 derajat celcius di bulan Juli. Pada tahun ini, rata-rata suhu global meningkat hingga 17 derajat celcius.
Itulah mengapa, Antonio menyebut situasi bumi ini masuk ke dalam era pendidihan global. Hal ini jelas merupakan suatu hal yang menakutkan, meski baru permulaan.
Ayah dan Bunda juga harus tahu betapa mengerikan dan berbahayanya kondisi iklim saat ini yang membuat bumi mendidih. Bisa bayangkan bagaimana generasi anak-anak kita ke depan jika hal ini tak segera diatasi, kan? Simak beberapa fakta berikut untuk tahu perkembangannya, yuk!
Baca Juga: Korban Perdagangan Manusia Didominasi Perempuan dan Anak, Hati-Hati!
1. Bumi Mendidih Sebabkan Rata-Rata Suhu Global Naik 1,5 Derajat Celcius
Merujuk pada analisis yang dilakukan oleh Universitas Leipzig, Jerman, suhu global naik hingga 1,5 derajat celcius dibandingkan dengan era-pra industri.
Analisis ini menunjukkan bahwa Juli 2023 menjadi bulan dengan suhu paling panas. Sebab, menurut catatan iklim awal yang mereka miliki, Bumi tak pernah sepanas ini dalam 120.000 tahun terakhir.
2. Suhu di Inggris dan Amerika Mencapai Hingga Lebih dari 40 Derajat Celcius
Bumi mendidih atau pendidihan global ini memberikan dampak yang cukup parah di Inggris dan Amerika. Di Washington, AS, suhu rata-ratanya bahkan mencapai 43 derajat celcius. Bahkan, di bagian timur laut yang seharusnya sejuk, suhunya meningkat hingga 37,8 derajat celcius.
Tak hanya di Amerika, Bumi yang sedang di era mendidih juga terasa di Inggris. Suhu rata-ratanya bahkan mencapai 40,3 derajat celcius.
3. Bumi Mendidih Sebabkan Kenaikan Tinggi Muka Air Laut Hingga 151%
Suhu udara yang memanas akibat pendidihan global berdampak pada banyak hal. Mulai dari peningkatan karbon dioksida, gletser di Arktik yang mencair, hingga kenaikan tinggi muka air laut.
Pada laporan yang diterbitkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebut bahwa bumi yang mendidih membuat berkurangnya luas gletser Arktik hingga 12%.
Hal ini membuat tinggi muka air laut semakin meningkat hingga 151%. Artinya, kenaikannya bahkan mencapai 62,5 mm.
4. Gelombang Panas dan Kebakaran Hutan Menghantui Berbagai Negara
Pendidihan global yang terjadi di bulan Juli ini terlihat di seluruh dunia. Hal ini terlihat wilayah Barat laut China melonjak hingga 52,2 derajat celcius.
Gelombang panas laut berada di sepanjang garis pantai Florida, AS, dan Australia. Tak hanya itu, gelombang panas juga menghantui Perancis, Spanyol, Polandia, dan Jerman. Kebakaran hutan juga terus mengancam kanada.
5. Bumi Mendidih Sebabkan Curah Hujan dan Banjir Bandang di Negara-Negara Asia
Perubahan iklim yang fantastis ini juga menyebabkan curah hujan dan banjir bandang melanda beberapa negara di Asia. Negara yang terdampak mulai dari Korea Selatan, Jepang, India, dan Pakistan.
Hal tersebut disebabkan oleh gelombang panas ekstrem yang terjadi selama bulan Juli. Peristiwa ini juga menyebabkan El Nino yang tak biasa, dan melanda seluruh dunia.
6. IPCC Ajak Para Pemimpin Negara untuk Pangkas Emisi Karbon Demi Selamatkan Bumi
Ilmuwan menyatakan bahwa rekor suhu panas yang terjadi tahun ini dan menyebabkan Bumi mendidih, disebabkan oleh aktivitas manusia yang masih menggunakan bahan bakar fosil.
Ilmuwan Skotlandia yang memimpin Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), Jim Skea, mengajak seluruh pemimpin dunia untuk segera membuat kebijakan.
Menurutnya, jika pemimpin dunia segera melakukan pemangkasan emisi karbon secara signifikan, maka hal ini bisa menahan laju pendidihan global hingga 1,5 derajat celcius.
Skea juga menyebut, pemimpin dunia harus lebih serius dan segera mengambil kebijakan untuk berinvestasi pada energi terbarukan di tengah keadaan dunia yang semakin sulit.