check it now

Serba-Serbi Kontroversi Siswa SMP Bakar Sekolah Akibat Sering Di-Bully Teman dan Gurunya, Kok Bisa?

Siswa SMP di Temanggung nekat membakar sekolahnya diduga karena menjadi korban bullying guru dan teman-temannya. Simak informasi lengkapnya, ya!

Daftar Isi Artikel

Seorang siswa SMP Negeri 2 Pringsurat, Temanggung, nekat bakar sekolah pada Selasa (27/6) dini hari. Ia yang masih berusia 14 tahun ini melakukan hal tersebut lantaran kerap menjadi korban bullying di sekolah.

Ruang sekolah yang ia bakar adalah lokasi dimana dirinya mengalami perundungan oleh teman-teman dan gurunya. Ruangannya ialah ruang kelas dan ruang prakarya.

Menurut keterangan yang disampaikan kepolisian, perundungan yang diterima siswa SMP yang bakar sekolah ini cukup memprihatinkan.

Ia seringkali diejek dengan menyebut nama orangtua, bahkan dikeroyok oleh teman-temannya. Tak hanya itu, siswa SMP yang bakar sekolah ini juga sempat merasa sakit hati terhadap perlakuan gurunya.

Ia merasa gurunya tak menghargai karyanya sebab sang guru merobek hasil karya buatannya tanpa ada alasan yang jelas.

Perasaan kesal dan sakit hati yang dialaminya, kemudian tumbuh menjadi dendam dan membuat siswa berinisial R ini nekat membakar sekolahnya sendiri.

Dalam melancarkan aksinya, R menggunakan benda yang menyerupai molotov. Benda ini terbuat dari botol bekas yang diisi dengan cairan khusus.

Ia menyiapkan replika bom tersebut dari seminggu sebelum kejadian dan sempat menguji keefektivan molotov buatannya di halaman belakang rumah.

R mengaku mempelajari pembuatan benda tersebut dari temannya. Ia bahkan mempersiapkan tiga molotov jadi-jadian untuk menghanguskan ruangan yang menorehkan trauma buruk di hatinya.

Aksi yang dilakukan pukul 02.00 dini hari ini berhasil melahap ruang prakarya yang berisikan kayu dan kardus. Tak hanya itu, api juga merambat ke ruang kelas yang menyebabkan atap hangus dan hampir roboh.

Baca Juga: 9 Tips Pilih Sekolah Anak, Cari yang Anti-Bullying!

Keterangan Kepala Sekolah Terkait Siswa SMP Bakar Sekolah

Menanggapi kejadian ini, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Pringsurat, Bejo Pranoto, menyebut bahwa R bukan seorang siswa yang nakal.

Lebih lanjut, Bejo mengatakan bahwa siswa SMP yang bakar sekolah ini dinilai suka mencari perhatian atau caper pada gurunya.

“Ketika melakukan kesalahan dan dipanggil guru, R seringkali pura-pura muntah bahkan kesurupan. Pokoknya dia caper, dia minta perhatian lebih, tidak nakal,” ujar Bejo.

Pernyataan ini tentu saja langsung menjadi sasaran empuk netizen. Beberapa warganet mengecam pernyataan Bejo dan meminta Komisi Perlindungan Anak Indonesia untuk turun tangan.

“Ah, kok malah caper pak? Jangan posisikan mentalnya sudah seperti anda, dewasa tapi tidak bisa menjadi pelindung… Gagal anda jadi pendidik, malah seakan menyalahkan tanpa menggali kenapa dia sampai berbuat seperti itu,” tulis salah seorang warganet.

Tanggapan FSGI dan KPAI Terkait Siswa SMP Bakar Sekolah

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) turut menanggapi pernyataan kepala sekolah yang menyebut siswanya caper hingga bakar sekolah.

Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti, menyebut bahwa sekolah terlihat tidak memahami kondisi psikologis R yang masih anak-anak.

Pernyataan kepsek yang menyebut siswa yang bakar sekolah caper dinilai Retno sebagai bentuk intimidasi.  Perundungan di sekolah seharusnya dapat ditangani oleh perangkat sekolah.

Jika tindakan bullying bisa ditangani dengan tepat, maka korban akan pulih dan tidak menimbulkan aksi pembakaran seperti ini.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) akhirnya turun tangan terhadap kasus yang dialami oleh R. Ketua KPAI, Ai Maryati, kini terus berusaha dan berkoordinasi dengan Balai Pemasyarakatan setempat mengenai kasus ini.

Hal yang menjadi poin penting Ai adalah anak yang kini menjadi tersangka kepolisian merupakan korban bullying dan masih berusia 14 tahun.

Ai menduga, R mengalami situasi perundungan yang sangat miris hingga menekannya untuk nekat membakar sekolahnya sendiri. Untuk itu, Ai berjuang agar hak anak dalam kasus ini bisa dipulihkan, serta ia berharap adanya peran orangtua hingga guru dalam menyelesaikan kasus ini.

Ini pasti membuat dia (R) secara pribadi syok, ternyata dampak dari pembakaran yang dia lakukan itu tidak main-main dan merugikan pihak sekolah. Saya harap sekolah bisa melakukan ruang-ruang mediasi yang tidak menghakimi, dan menjadi tempat perlindungan untuk anak,” terangnya.

Cara Hadapi Korban dan Pelaku Bullying di Lingkungan Sekolah

Dilansir dari UNICEF Indonesia, ada beberapa hal yang perlu guru atau orang dewasa lainnya di sekitar sekolah lakukan, ketika melihat atau mendengar siswa menjadi korban perundungan.

  1. Tanggapi kejadian tersebut dengan serius.
  2. Hargai dan berterima kasih karena telah melapor/bercerita tentang masalahnya.
  3. Yakinkan korban bahwa perundungan yang ia alami bukanlah salahnya.
  4. Tunjukkan perasaan empati dan bantu ia membela dirinya sendiri saat di-bully.
  5. Tanyakan kepada korban, apa yang bisa dilakukan supaya ia merasa aman.
  6. Bicaralah kepada anak-anak yang terlibat dalam aksi perundungan ini secara terpisah. Hindari menyalahkan, mengintimidasi, mengkritik, hingga meneriaki mereka. Dorong mereka untuk jujur.
  7. Ambil tindakan pada pelaku bullying. Seperti dengan menasehatinya, melapor kepada orangtuanya, berbicara pada guru kelasnya, dan semacamnya.
  8. Tindak lanjuti kasus ini secara teratur dan jangan meninggalkan korban dan pelaku tanpa pengawasan.
  9. Jika perundungan yang terjadi semakin berlarut dan parah, maka mintalah bantuan pihak eksternal seperti guru konseling sekolah hingga psikolog.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria