Di tengah maraknya kampanye nikah muda, serta anjuran pemerintah agar anak muda tidak tunda pernikahan, ternyata ada risiko nikah muda yang wajib diketahui sebelum memutuskan untuk berkeluarga.
Memang benar, dalam undang-undang sendiri, usia minimal melangsungkan pernikahan bagi laki-laki dan perempuan adalah 19 tahun.
Meski begitu, ada begitu banyak kekhawatiran dan risiko yang mungkin terjadi jika melangsungkan pernikahan di usia terlalu dini dengan kondisi mental yang belum stabil.
Ingat, menikah itu bukan hanya tentang melegalkan hubungan romantisme antara kamu dan pasangan, tetapi juga sebagai bentuk komitmen untuk mengarungi berbagai rintangan hidup berdua, selamanya.
Jika kamu masih berpikir menikah hanya untuk bahagia atau menikah adalah solusi dari berbagai permasalahan hidup, maka lebih baik kamu tunda dahulu niatmu dan baca artikel ini hingga selesai, ya.
Berikut risiko nikah muda yang harus kamu tahu sebelum nekat melamar sang pujaan hati. Simak, yuk!
1. Masalah Ekonomi dan Finansial Jadi Risiko Nikah Muda
Risiko pertama ini tak hanya dialami oleh pasutri yang menikah muda, pasutri pada umumnya juga banyak yang terhimpit masalah ekonomi. Kondisi ini biasanya terjadi pada pasangan yang belum memiliki kesiapan mental untuk menanggung nafkah dan berperan sebagai suami, dan selanjutnya sebagai Ayah.
Terlebih bagi laki-laki yang masih berusia dini. Menanggung kebutuhan untuk dirinya sendiri pun belum tentu mampu, apalagi berdua dengan istri. Dampaknya, hal ini akan kembali membentuk lingkaran kemiskinan baru yang ada di masyarakat.
2. Organ Reproduksi Belum Berkembang Sempurna
Menurut riset yang dilakukana spesialis kebidanan dan kandungan St. Luke’s Hospital, Missouri, AS, menyebut bahwa ada banyak risiko kesehatan yang terjadi pada perempuan yang menikah dan hamil di usia di bawah 20 tahun.
Risiko ini terjadi akibat dari belum matangnya organ reproduksi wanita di usai tersebut. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, eklamsia, perdarahan saat hamil, keguguran, hingga kematian pada ibu dan janin.
Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk menikah muda, lebih baik berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter tentang risiko kesehatan yang mungkin terjadi.
3. Risiko KDRT Meningkat Karena Nikah Muda
Berdasarkan riset, frekuensi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) pada pernikahan dini termasuk tinggi. Dalam riset menunjukkan bahwa dari seluruh pelaku pernikahan dini, 44 persen di antaranya mengalami KDRT frekuensi tinggi dan 56% di antaranya mengalami KDRT frekuensi rendah.
Hal ini terjadi karena kurangnya kesiapan mental pasangan muda yang belum mampu menghadapi konflik rumah tangga. Emosi yang belum stabil membuat pasangan muda lebih sering melampiaskannya dengan cara kekerasan.
4. Tertarik Hanya pada Hubungan Seksual
Pemikiran anak muda yang masih belum matang membuatnya memandang hubungan pernikahan hanya sebatas hubungan seksual.
Kondisi ini terbentuk dari pengaruh seks bebas yang sangat terbuka di zaman sekarang serta konten pornografi yang marak di media sosial.
Hubungan seksual memang penting dalam ikatan pernikahan, tapi hal ini bukan satu-satunya faktor yang ada dalam rumah tangga.
5. Pasangan yang Tidak Cocok
Salah satu risiko nikah muda adalah pemilihan pasangan yang terburu-buru sehingga baru merasakan ketidakcocokan ketika sudah dalam ikatan pernikahan.
Meskipun masalah ketidakcocokan adalah suatu hal yang wajar dan masih bisa dicari jalan keluarnya, tetapi bagi anak muda, hal ini suatu hal yang bermasalah dan fatal.
Sebab, anak muda tidak tahu bagaimana cara menanggulangi masalahnya dengan kondisi mental yang masih labil.
6. Risiko Nikah Muda: Kehilangan Masa Muda
Pernikahan memang bukan berarti kehilangan masa muda seluruhnya, tetapi baik suami maupun istri harus sadar bahwa ada prioritas lain yang harus dipertimbangkan daripada bersenang-senang di luar.
Terlebih jika pernikahan tersebut telah menghasilkan buah hati, maka sudah sepatutnya waktu, tenaga dan pikiran Ayah dan Bunda berfokus pada tumbuh kembang si kecil.
7. Tidak Puas dengan Pernikahan
Merasa tidak cocok, kurangnya waktu main, kehilangan masa muda, membuat kamu dan pasangan lama-lama akan merasa tidak puas dengan pernikahan.
Hal ini disebabkan pula oleh kurangnya edukasi tentang pernikahan dan kesalahan persepsi terhadap rumah tangga. Ketidakpuasan ini terbentuk dari ketidak-tahuan mereka tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan mereka cari dari sebuah pernikahan.
8. Tidak Siap dengan Tanggung Jawab Rumah Tangga
Menjalani pernikahan berarti harus sadar dengan tanggung jawab dan komitmen yang harus sudah dipikul. Entah suami atau istri tidak bisa mementingkan ego pribadi demi kesenangan. Keduanya harus mampu menghargai satu sama lain dalam ikatan pernikahan.
Masalah yang sering dihadapi pasangan muda adalah siap menikah tapi tidak siap dengan tanggung jawab yang akan dipikul. Hal ini kemudian mendorong mereka untuk mencari pelampiasan pada hal lain, seperti KDRT, selingkuh, dan lari dari masalah.
9. Risiko Nikah Muda: Stress dan Depresi
Tidak ada orang yang hidupnya selalu bahagia tanpa masalah. Entah itu penikahan di usia muda maupun usia dewasa, pasti selalu ada rintangan rumah tangga yang membuat stress.
Bedanya, mereka yang menikah di usia matang biasanya memiliki kesiapan mental yang lebih stabil. Hal ini membuatnya lebih mampu mencari solusi dan berpikiran terbuka atas masalah yang mereka hadapi.
Lain dengan pasangan muda yang belum siap secara mental dalam menghadapi lika-liku pernikahan. Masalah atau konflik sedikit bisa membuatnya stress, mengalami beban mental, anxiety, trauma, bahkan depresi.
Mengurus anak, mengurus rumah, mencukupi kebutuhan ekonomi, menghadapi hal-hal tak terduga dalam pernikahan membutuhkan mental yang stabil dan sikap suportif antar pasangan. Bukan hanya satu pihak saja.
10. Alami Komplikasi Saat Kehamilan
Risiko nikah muda juga bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Perempuan yang hamil di usia dini berisiko tinggi mengalami preeklamsia dan anemia. Pada janin, bayi kemungkinan terlahir prematur, stunting, atau berat badan bayi lahir rendah.
Komplikasi yang terjadi pada ibu muda pun tak bisa dianggap sepele. Sebab, jika tidak tertangani dengan baik, maka dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.
11. Perceraian Dini
Berdasarkan riset, pasangan yang menikah pada usia kurang dari 20 tahun berisiko mengalami perceraian 50 persen lebih tinggi daripada mereka yang menikah di usia 25 tahun ke atas.
Bahkan, kasus perceraian pasangan yang menikah muda, meningkat lebih tinggi hingga 38 persen pada usia 5 tahun pernikahan.
Bercerai menjadi pilihan yang diambil pasangan muda karena mereka tidak sanggup untuk menjalani berbagai masalah dan beban hidup rumah tangga, terutama dalam hal keuangan.
Menikah di usia muda memang tidak dilarang, setiap orang berhak menikah di usia berapapun asalkan siap secara fisik serta mental. Sebab, pernikahan bukanlah sesuatu yang terjadi dalam hitungan minggu atau bulan, melainkan bertahun-tahun lamanya hingga ajal memisahkan.