Belakangan kasus pelecehan seksual pada anak di bawah umur kian marak dengan modus yang semakin beragam. Salah satunya melalui child grooming.
Child grooming adalah aktivitas untuk membangun ikatan dan rasa kepercayaan yang dilakukan orang dewasa kepada anak di bawah umur dengan tujuan memanipulasi atau mengeksploitasi. Sayangnya, modus baru ini kerap luput dari perhatian orangtua karena ritmenya yang sangat ‘halus’ dan bisa dilakukan oleh siapapun, termasuk orang-orang terdekat.
Modus pelecehan seksual ini sangat sulit dikenali karena pelaku kerap menyembunyikan maksud jahatnya melalui pendekatan dan membangun kepercayaan dengan orang terdekat korban atau bahkan korban itu sendiri. Hingga pada akhirnya korban tidak menyadari bahwa dirinya menjadi sasaran tindak pelecehan seksual.
Itu sebabnya, agar anak tidak menjadi korban kekejian para pelaku pelecehan seksual, yuk kenali tanda-tanda child grooming berikut!
Ciri-ciri pelaku child grooming dan siapa saja yang dapat menjadi groomer?
Dilansir dari National Society for the Prevention of Cruelty to Children, berikut beberapa ciri child grooming yang paling umum :
- Sangat tertutup tentang kegiatan sehari-hari
- Tertarik dengan lawan jenis yang rentang usianya antara 14-17 tahun
- Kerap memberi hadiah baik pada korban maupun orang terdekat korban
- Memperlakukan anak layaknya orang dewasa
- Sering mencari kesempatan untuk berdua
- Dengan sengaja mengenalkan konten berbau seksual pada korban
- Sering meminta korban untuk mengenakan pakaian sesuai keinginan mereka
- Selalu membuat korban merasa istimewa
Lalu, siapa saja yang berpotensi menjadi pelaku atau groomer?
Dikutip dari Raising Children setiap orang dapat melakukan child grooming, tidak peduli pria atau wanita, orang asing maupun orang terdekat. Telebih seiring perkembangan teknologi yang semakin maju, pelaku atau groomer dapat lebih mudah menjalankan aksinya, baik secara online maupun bertemu langsung.
Tahapan Pelaku Melakukan Child Grooming
Berikut beberapa tahapan pelaku melakukan child grooming :
1. Selecting
Hal pertama yang dilakukan oleh pelaku adalah menyeleksi terhadap calon korbannya. Biasanya korban dipilih berdasarkan daya tarik atau fisik. Tak jarang pelaku juga memilih korban dari kalangan menengah bawah atau dari keluarga yang kurang harmonis.
Sehingga pelaku dapat mengontrol korban dengan melarang menceritakan masalahnya pada siapapun atau seolah-olah membuat dirinya menjadi satu-satunya orang yang dapat dipercaya korban. Jika sudah begitu, pelaku akan meminta ‘imbalan’ dengan dalih ‘sudah ditemani’. Namun tentunya dengan cara tertentu.
2. Accesing
Selanjutnya pelaku akan mencari akses yang mudah dijangkau tanpa kecurigaan supaya bisa dekat dengan korban. Misalnya melalui teman dekat, saudara, bahkan orangtua korban sendiri.
3. Trust building
Setelah kepercayaan dan ikatan emosional sudah terbangun, pelaku akan lebih mudah melancarkan aksinya untuk menyentuh, memeluk, hingga melakukan hal tercela lainnya.
4. Silenting
Dalam tahapan akhir, pelaku akan meminta atau mengancam korban untuk merahasiakan perbuatan jahatnya dari siapa pun.
Tanda Anak Mengalami Child Grooming dan Dampaknya
Orangtua perlu mengenali tanda jika buah hatinya mengalami child grooming, seperti :
- Sering mendapatkan hadiah, namun tidak jelas siapa pemberinya
- Sering berbicara tentang orang dewasa
- Lebih sedikit menghabiskan waktu bersama teman
- Enggan bercerita tentang perasaannya
- Menutup diri dari orangtuanya
- Menjalin hubungan dengan lawan jenis yang lebih dewasa
Child grooming dapat berdampak buruk pada anak, mulai dari menimbulkan masalah psikologis dan emosional, seperti gangguan kecemasan, depresi, hingga stres pasca trauma (PTSD) hingga masalah kesehatan fisik korban seperti penyakit menular seksual.
Selain itu, anak juga dapat dikucilkan dari pergaulan, hingga tertekan karena menghadapi stigma buruk akibat hal tersebut.
Hal apa yang dapat dilakukan orangtua sebagai tindakan pencegahan?
Umumnya anak tidak sadar kalau dirinya menjadi korban. Namun, orangtua perlu waspada jika anak tiba-tiba menjadi pendiam, murung atau bahkan menjauhi orangtuanya tanpa sebab.
Untuk mencegah anak menjadi korban child grooming, berikut beberapa hal yang dapat orangtua lakukan.
- Jangan biarkan anak pergi sendirian tanpa didampingi orangtua atau anggota keluarga dekat lainnya
- Batasi penggunaan sosial media, terlebih untuk anak di bawah 17 tahun
- Selalu ajak anak untuk menceritakan kesehariannya
- Ajarkan anak untuk menjaga jarak dan tidak mudah percaya pada orang asing atau yang baru dikenal
- Minta anak untuk waspada apabila ada orang asing yang memberi perhatian lebih atau menunjukkan gelagat tidak wajar
- Ajari anak tentang kepemilikan tubuh, jelaskan bagian mana yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain
- Laporkan ke pihak berwajib apabila ada orang asing yang mengganggu ketentraman anak atau hubungi call centre SAPA (Sahabat Perempuan dan Anak) melalui telepon ke 129 atau WhatsApp 08111129129
Yuk kita sama-sama aware dengan hal crusial ini. Sebab kalau bukan orangtua, siapa yang akan menjaga keselamatan buah hati.