check it now

Waspada Preeklamsia pada Ibu Hamil yang Mengancam Nyawa

Preeklamsia menempati posisi nomor 2 penyebab kematian pada ibu dan janin di Indonesia. Bunda harus hati-hati, ya!

Daftar Isi Artikel

Secara global, 10% ibu hamil di seluruh dunia mengalami preeklamsia. Kondisi ini juga menyebabkan 76.000 kematian ibu dan 500.000 kematian bayi setiap tahunnya.

Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat, angka kematian ibu saat melahirkan pada 2022 mencapai 183 dari 100 ribu persalinan.

Apa Itu Preeklamsia?

Preeklamsia adalah istilah kesehatan yang merujuk pada peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urin yang dialami oleh ibu hamil. Ini adalah salah satu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah.

Secara teori, preeklamsia terjadi pada masa kehamilan 20 minggu hingga 40 hari pasca persalinan. Meski begitu, kondisi ini paling banyak dialami oleh ibu hamil pada usia 30 minggu ke atas.

Selain itu, salah satu faktor yang meningkatkan resiko terjadinya kondisi ini ialah usia ibu hamil yang berada di bawah 20 tahun atau lebih dari 40 tahun.

dr. Muhammad Husni, Sp.OG. Subsp. Obginsos. MARS. FISQua dari RSU Andhika Jakarta menyebut, kondisi preeklamsia bukanlah suatu kondisi yang wajar bagi ibu hamil. Kondisi ini merujuk pada kondisi kehamilan patologis atau tidak normal.

“Preeklamsia dapat menyebabkan morbiditas (kesakitan) dan kematian pada ibu dan janin,” ujar Dokter Husni.

Lalu, gejala seperti apa yang mengindikasikan ibu hamil mengalami preeklamsia?

Salah satu gejala yang menjadi ciri khas kondisi preeklamsia pada ibu hamil ialah pada kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba pada masa kehamilan 20 minggu. 

Selain itu, dr. Muhammad Husni juga merangkum beberapa gejala yang menunjukkan kondisi tersebut, yaitu:

  • Tekanan darah naik hingga 140/90 mmHg atau lebih
  • Kenaikan darah sistolik > 30 mmHg
  • Kenaikan darah diastolik > 15 mmHg
  • Dengan atau tanpa adanya protenuria (protein dalam urin) yang positif
  • Terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu, kebanyakan terjadi di atas 30 minggu.

Kondisi ini juga bisa mengarah ke eklamsia (kejang) yang ditandai dengan gejala:

  • Sakit kepala berat
  • Gangguan penglihatan (pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya)
  • Nyeri di ulu hati
  • Mual dan muntah
  • Frekuensi buang air kecil dan volume urin menurun
  • Bengkak pada tangan, wajah dan beberapa bagian tubuh lain
  • Berat badan naik secara tiba-tiba

Mengapa bisa terjadi Preeklamsia pada Ibu Hamil?

“Penyebab pasti terjadinya preeklamsia ini masih belum diketahui,” jawab Dokter Husni.

Menurutnya, preeklamsia terjadi karena adanya gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan plasenta. Kondisi ini menyebabkan terganggunya sirkulasi darah yang ada di tubuh Bunda.

Masalahnya, plasenta adalah organ penting yang menyalurkan oksigen dan nutrisi dari tubuh Bunda ke janin.

Penyaluran makanan dan oksigen ini dilakukan melalui aliran darah dan plasenta membutuhkan pasokan darah dalam jumlah banyak untuk mendukung tumbuh kembang janin yang optimal.

“Ibu yang mengalami preeklamsia, plasentanya tidak mendapatkan cukup pasokan darah sehingga tidak mampu bekerja secara optimal, hal ini mengakibatkan terganggunya pembuluh darah dan berpengaruh pada tekanan darah Ibu,” jelas Dokter Husni.

Meski begitu, merujuk pada Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS) UK, ibu hamil beresiko tinggi mengalami preeklamsia dengan kondisi sebagai berikut:

  • Diabetes
  • Obesitas
  • Tekanan darah tinggi atau masalah pada ginjal
  • Penyakit autoimun
  • Mengalami tekanan darah tinggi atau preeklamsia di kehamilan sebelumnya
  • Riwayat keluarga mengalami preeklamsia
  • Berusia lebih dari 40 tahun
  • Rentang waktu dengan kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun
  • Kehamilan kembar

Jika Bunda mempunyai 2 atau lebih kondisi di atas, resiko terjadinya masalah tersebut menjadi lebih tinggi.

Kapan Harus ke Dokter?

“Jika terindikasi preeklamsia, langsung segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) terdekat,” kata Dokter Husni.

Sebab, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi ke seluruh organ tubuh jika tidak ditangani dengan segera.  

Dokter yang juga praktik di RS Zahirah ini menjelaskan bahwa preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi seperti sebagai berikut:

  • Komplikasi pada otak yang menyebabkan stroke.
  • Kerusakan pada retina mata atau retinopati
  • Gangguan pada ginjal dan hati
  • Kelainan darah
  • Solusio placenta (plasenta yang lepas sebelum waktunya)
  • Eklamsia (kejang)
  • Kematian pada ibu dan janin.

Apakah kondisi ini dapat disembuhkan?

“Preeklamsia dapat teratasi jika bayinya segera dilahirkan tanpa memandang usia kehamilan,” jawabnya.

Kondisi ini akan sangat berbahaya bagi keselamatan ibu dan janin jika dibiarkan, maka penanganan paling tepat adalah segera melahirkan bayi yang ada di dalam kandungan.

Dengan begitu, preeklamsia yang dialami Ibu akan berangsur hilang dan bayi yang dilahirkan dapat menjalani perawatan intensif.

Cara Mencegah Terjadinya Preeklamsia

Dokter Husni memaparkan bahwa tidak ada cara khusus untuk mencegah kondisi ini.

Meski begitu, ia memberikan tips yang dapat dilakukan ibu hamil maupun calon ibu agar dapat menurunkan resiko terjadinya masalah tersebut.

Pencegahan preeklamsia dapat dilakukan dengan cara:

  • Rutin melakukan kontrol ke dokter selama kehamilan, termasuk cek tekanan darah dan gula darah selama hamil.
  • Usahakan untuk menjaga berat badan ideal sebelum dan selama kehamilan. Jangan sampai terjadi kenaikan berat badan yang berlebih.
  • Konsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang.
  • Rutin berolahraga sebelum dan selama hamil.
  • Tidak merokok dan mengonsumsi minuman alcohol.
  • Konsumsi suplemen vitamin dan mineral sesuai anjuran dokter.

Let's share

Picture of Rizqa Fajria

Rizqa Fajria