Saat ini menjauhkan gadget dari anak-anak hampir tidak mungkin. Apalagi dengan sistem belajar dari rumah secara online, akibat pandemi Covid-19 yang belum usai.
Ditambah dengan kesibukan orang tua yang harus bekerja dari rumah, plus alasan jenuh karena keterbatasan aktivitas. Banyak orang tua yang kemudian melonggarkan penggunaan gadget untuk si kecil.
“Perlu dipahami, gadget memiliki pengaruh positif dan negatif, termasuk untuk kesehatan mental anak,” ujar Psikolog Anak Mutia Aprilia Permata K, M.Psi dari Tiga Generasi.
Manfaat Gadget
Pengaruh positifnya, gadget dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk anak dan orangtua serta sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi.
Gadget juga bermanfaat untuk melatih kemampuan motorik halus—karena penggunaannya banyak melibatkan jari-jari tangan, atau melatih daya ingat dan kemampuan kognitif anak, misalnya dengan memanfaatkan permainan edukatif.
Dampak negatif
Namun perlu diingat, penggunaan gadget juga dapat mempengaruhi kesehatan mental anak.
Misalnya, anak (usia toddler) berisiko lebih besar mengalami keterlambatan bicara karena frekuensi dan durasi waktu penggunaan gadget yang tidak dibatasi.
“Kasus seperti tadi sangat sering terjadi. Bahkan, dampak buruk lainnya anak lebih rentan mengalami gangguan tidur, masalah belajar serta gangguan sosial emosional lainnya,” ungkap Mutia.
Gangguan Mental Akibat Gadget
Untuk mengetahui (secara objektif) apakah benar mental anak terganggu atau tidak, Psikolog Anak yang juga berpraktik di Klinik Mentari Anakku menyarankan orangtua untuk melakukan asesmen terlebih dahulu, baik melalui observasi maupun wawancara langsung dengan anak.
Secara umum ciri-ciri anak yang terganggu mentalnya karena penggunaan gadget bisa dilihat dari dua aspek, yakni kognitif dan sosial emosional.
Segi kognitif
Dari segi kognitif anak bisa mengalami keterlambatan bicara, sulit berkonsentrasi dan kurang memahami materi pelajaran sekolah, atau lebih buruknya anak bisa memiliki pikiran yang tidak sesuai dengan usianya, melakukan tindakan pornografi dan aksi kekerasan.
Segi sosial emosional
Sedangkan dari segi sosial emosional, anak bisa menjadi lebih sensitif atau iritable dan moody. Atau sebaliknya, anak bisa menjadi lebih murung, cenderung merasa cemas/takut berlebihan, lebih agresif, hingga berpotensi mengalami depresi.
“Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang menunjukkan, semakin lama waktu penggunaan gadget, maka semakin besar pula peluang anak mengalami depresi,” jelas Mutia.
Cara mencegah dampak negatif gadget
Untuk mencegah timbulnya gangguan mental pada anak akibat penggunaan gadget, Mutia menyarankan untuk menerapkan batasan.
Bila anak menggunakan gadget untuk tujuan yang jelas seperti home learning, tentu sah-sah saja. Namun, yang menjadi permasalahan adalah anak usia toddler atau pra-sekolah (1 – 5 tahun) yang menggunakan gadget hanya untuk kesenangan.
“Karena itu, saya sarankan kepada orangtua untuk selalu mendampingi dan membatasi. Batasi dalam hal durasi dan frekuensi. Sebisa mungkin terapkan screentime maksimal. Sedangkan untuk frekuensi, bila dalam sehari anak diberi waktu satu jam, maka ada baiknya jangan langsung dihabiskan dalam waktu satu jam sekaligus. Berikan break atau bila perlu dibagi-bagi, misalnya 20 menit pagi, 20 menit siang, dan 20 menit sore,” saran Mutia.
Dengan begitu, diharapkan anak bisa lebih memahami kapan waktu yang diperbolehkan dan tidak.
Selain itu, orangtua juga perlu mendampingi anak agar mereka lebih banyak mengakses konten edukatif dibanding hal-hal yang kurang bermanfaat.
Gadget, menurut Mutia, bukanlah satu-satunya media hiburan untuk anak.
Baca juga:
Wall Climbing, Olahraga untuk Anak yang Sarat Manfaat
Anak (terutama usia toddler dan pra-sekolah) akan lebih bahagia bila orangtua selalu memiliki waktu untuk menemani dan mengajak mereka bermain. Sebab, orangtua adalah teman bermain anak yang paling memungkinkan dan available bagi anak.
Selain itu, gadget juga bukan satu-satunya media pembelajaran bagi anak. Mutia menuturkan bahwa belajar bersama orangtua bisa jauh lebih asyik dan mudah dipahami oleh anak.
Saat belajar dengan orangtua, anak bisa melakukan eksperimen sederhana seperti percobaan mengapung dan tenggelam, atau memperhatikan perubahan warna pada daun dan sebagainya.
“Terakhir yang perlu diingat, jangan mengandalkan gadget sebagai media hiburan. Bila orangtua membiarkan anak usia toddler mengandalkan gadget sebagai media hiburan dan pembelajaran utama, dikhawatirkan justru akan berdampak negatif, terlebih bagi kesehatan mentalnya saat dewasa kelak,” tutup Mutia
Cara Mengatasi Gangguan Mental Anak Akibat Gadget
Lalu muncul pertanyaan, apakah gangguan mental pada anak akibat gadget dapat disembuhkan?
“Tentu bisa, tapi tidak instan. Tergantung dari gejala dan intensitas keparahan serta dari sumber daya/resources apa saja yang dimiliki anak,” terang Mutia.
Apabila orangtua yang punya banyak waktu di rumah dan bermain dengan anak, maka gangguan tersebut akan lebih cepat disembuhkan. Atau misalnya orangtua segera berkonsultasi dengan psikolog untuk mengobati gangguan tersebut, durasi penyembuhan bisa lebih cepat.
Sebaliknya, bila orangtua tidak punya cukup waktu bersama anak, atau tidak mau mencari bantuan kepada profesional, maka proses penyembuhannya tentu akan lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih lama. (Sic)
Baca juga:
Smartphone Aplikasi Khusus, Lindungi Si Kecil Dari Dampak Negatif Gadget