Tahun 2020 terasa begitu berat untuk banyak keluarga.
Selain pendapatan yang terganggu, budget untuk kesehatan pun diperbesar untuk antisipasi Covid-19.
Mengutip siaran pers OVO beberapa waktu lalu, setidaknya 7 dari 10 ibu mengaku kesulitan dalam mengelola keuangan keluarga, dan hanya 1 dari 10 ibu yang benar-benar melakukan pencatatan keuangan selama masa pandemi.
Fakta tersebut terungkap dari survei yang dilakukan oleh OVO, sebuah platform pembayaran digital, rewards dan layanan finansial di Indonesia, kepada 367 responden di Jabodetabek dan sekitarnya.
Lalu bagaimana dengan rencana keuangan 2021? Apa kabar dana darurat?
Berkaca dari pengalaman, hidup ternyata tak sebatas semangat You Only Live Once (YOLO) atau berlayar tanpa peta. Saat krisis, persiapan dan rencana yang matang bisa menyelematkan keluarga.
Tarik nafas dulu Bun. Yakinkan selalu ada jalan untuk masalah, termasuk masalah keuangan.
Berikut tips yang bisa membantu Anda memastikan rencana keuangan 2021.
1. Lakukan financial check
Memeriksa kembali pemasukan dan pengeluaran setahun ini memang bikin deg-degan. Tapi, beranikan diri.
Apakah ada tunggakan cicilan dari program penangguhan pembiayaan seperti kartu kredit atau cicilan kendaraan?
Atau mungkin ada utang yang belum lunas karena pendapatan yang berkurang tahun ini?
Cek juga apakah ada kebocoran dana, seperti biaya keanggotaan yang tak lagi digunakan.
Atau apakah kita sering berbelanja lalu lupa mengolahnya sehingga membusuk dan terbuang sia-sia?
Apakah pengeluaran tahun ini sudah sesuai dengan kebutuhan, atau justru berlebihan?
Lihat juga berapa besar dana darurat tersisa. Periksa aset yang bisa dijadikan backup.
2. Buat prioritas
Situasi tahun 2021 diperkirakan belum akan banyak berubah dibandingkan tahun ini. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih akan terus berjalan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Artinya, sistem sekolah dan bekerja dari rumah akan terus berlanjut. Banyak perusahaan besar telah memutuskan untuk melanjutkan sistem WFH untuk efisiensi.
Maka anggaran listrik, makanan dan camilan sehat akan menjadi prioritas dalam rencana keuangan 2021.
Untuk menghemat, biasakan belanja mingguan dengan perencanaan matang. Selain menghindari food waste, kebiasaan ini juga baik untuk penghematan.
Kemudian, hitung pemasukan yang akan datang.
Karyawan kantoran yang masih terima penghasilan tetap, harus bersiap jika kondisi memburuk. Pekerja profesional yang mendapat pemasukaan saat ada project juga harus lebih kreatif memanfaatkan celah.
Karena itu, buat rencana belanja tahun 2021 dengan matang. Hal-hal diluar rencana belanja, abaikan!
3. Fokus menambah dana darurat
Berikutnya adalah disiplin dalam menjalankan rencana tersebut.
Seorang ibu diibaratkan nakhoda yang harus mengelola arus keuangan keluarga. Sehingga ibu harus menjaga agar gaya hidup hemat sesuai prioritas bisa diterapkan dengan baik.
Jika uang digunakan dengan efisien, maka kelebihan dana bisa digunakan untuk menambah dana darurat. Simpan sebagian dana darurat dalam instrumen investasi untuk melindungi nilai, misalnya emas atau reksadana.
Jika memungkinkan, cicil utang yang tidak mendesak, dan tambah dana investasi.
Sebagai catatan, utang yang mendesak harus dikategorikan sebagai prioritas.
4. Gunakan sistem pencatatan
Hal penting untuk menjaga rencana keuangan 2021 ialah sistem pencatatan yang memudahkan kita untuk selalu mengetahui kapan dan untuk apa uang keluar.
Karena itu, biasakan transaksi dengan sistem cashless alias pembayaran digital.
Selain mengurangi kontak fisik dan mencegah penyebaran Covid-19, sistem pembayaran ini juga memudahkan pencatatan.
Ingat, setiap rupiah berharga.
5 Paksakan diri untuk investasi
Meskipun situasi sepertinya tak terlalu baik, namun sejumlah pengamat ekonomi dan keuangan menyebutkan masa terburuk sudah terlewati.
Reksadana masih jadi pilihan, begitu juga dengan emas dan pasar saham. Saat ini, sudah banyak platform digital yang memudahkan Bunda berinvestasi dengan dana minimal tanpa harus keluar rumah.
Pegadaian Digital misalnya, memungkinkan investasi emas mulai dari Rp50.000 saja.
Perlu diingat, investasi ini juga berguna untuk lindung nilai. Jadi sebaiknya, simpan 50% alokasi dana darurat ke dalam instrumen investasi, dan sisanya bisa di rekening tabungan biasa.
Situs perencana keuangan Financialku merekomendasikan 20% pemasukan untuk dialokasikan sebagai dana darurat.
6 Tambah penghasilan
Situasi krisis memaksa kita semua berpikir positif mencari solusi. Pada tahun 2020, mungkin banyak teman, atau kita sendiri, memulai bisnis baru. Entah berjualan makanan buatan sendiri, atau menjadi penyalur produk.
Lihat kembali apa yang kita suka dan bisa kita kerjakan di rumah, yang bisa mendatangkan pemasukan.
7. Bicarakan dengan pasangan
Mengatur keuangan dengan transparan dan keterbukaan antar pasangan akan memudahkan target keuangan, terutama dana darurat, tercapai dengan lancar.
Komunikasikan mana yang seharusnya menjadi prioritas.
Biasanya, seorang istri merasa suaminya terlalu banyak menghamburkan uang untuk hobi baru di masa pandemi, seperti berbelanja aksesoris sepeda dan peralatan lainnya.
Sementara sang istri juga merasa dirinya berbelanja untuk kebutuhan keluarga, tak semata untuk kebutuhan pribadi.
Agar kompak, sepakati “uang saku” masing-masing yang boleh dibelanjakan untuk kebutuhan pribadi. Itu pun jika memungkinan.
Jika tidak, maka kedua pihak harus terbuka. Siapa tahu masih ada utang yang tidak saling diketahui tapi harus dilunasi.
Kemudian diskusikan cara memenuhi alokasi rencana keuangan 2021 dan saling mengingatkan untuk disiplin dalam penggunaannya.
“Sebetulnya, sebagai pengelola keuangan rumah tangga, para ibu tidak perlu panik dalam mengelola keuangan, yang terpenting dan harus dilakukan adalah menyusun rencana menabung dan rencana belanja,” ujar Konsultan Perencana Keuangan Prita Ghozie, dikutip dari siaran pers OVO beberapa waktu lalu. (*/Sic)
Baca juga:
Tips Mengajarkan Anak Tentang Nilai Uang