check it now

Kerap Dianggap Sama, Inilah Perbedaan Minat dan Bakat

Meski minat dan bakat tidak dapat dipisahkan, namun nyatanya dua hal tersebut jelas berbeda.

Daftar Isi Artikel

Setiap orangtua tentu pernah mendengar atau mengatakan kalimat yang berhubungan dengan minat dan bakat. Tapi, apakah Ayah dan Bunda tahu apa perbedaan dari keduanya?

sumber: Lomba Foto Ilustrasi SBH

Menurut psikolog anak dan remaja, Rininta Meyftanoria, M. Psi, Psikolog, minat adalah kesukaan seseorang terhadap sesuatu. Perasaan suka tersebut biasanya dipengaruhi oleh perubahan lingkungan atau trend yang sedang populer saat itu.

Sedangkan bakat lebih cenderung kepada potensi yang ada di dalam diri seseorang dan dilakukan berulang-ulang yang kemudian diberikan dinilai dan diapresiasi oleh masyarakat luas.

“Meskipun sifatnya bawaan dan akan terus menetap, namun bakat juga perlu diimbangi dengan aktivitas yang berulang dan konsisten sehingga dapat menjadi proses yang kreatif dan produktif. Sebab bila didiamkan justru menjadi sia-sia. Jadi jangan salah apabila seseorang mengatakan si A memiliki bakat terpendam. Sebab bisa saja saat kecil si A terus melakukan hal tersebut secara diam-diam atau secara tidak sengaja secara terus-menerus sampai akhirnya bakat tersebut terasah,” jelas Rininta pada acara Parenting Talkshow bersama Majalah SBH.

Lebih jauh psikolog anak dan remaja yang bekerja di Biro Psikologi Eureka Consulting ini menerangkan untuk mengetahui bakat anak, orangtua perlu mengenali dan mengamati berapa lama kegiatan yang dilakukan anak berlangsung.

Dengan pengamatan tersebut, orangtua dapat mengetahui apakah anak hanya sebatas menyukai/berminat, tapi tidak berbakat atau sebaliknya. Selain mengamati, orangtua juga wajib mengajak anak berdiskusi, bila perlu sediakan mentor khusus untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya.

“Bakat tersebut biasanya akan sejalan dengan kecerdasan majemuk. Misalnya anak memiliki berbakat dalam hal musik. Maka ia akan lebih peka dengan nada-nada atau ketukan-ketukan lagu. Dalam masa ini, tugas orangtua adalah mengamati apakah kebiasaan tersebut masuk dalam perilaku anak atau tidak. Apabila iya, coba amati lagi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk anak menekuni hal tersebut. Bila seiring berjalannya waktu anak bisa menekuni, berarti anak memiliki bakat,” ungkap Rininta.

Bakat dan Usia

sumber: Lomba Foto Ilustrasi SBH

Tidak sedikit orangtua yang bertanya-tanya, adakah rata-rata atau pada usia berapa sih bakat anak bisa terlihat atau terdeteksi?

Rininta menegaskan bahwa setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda dan tidak bisa disamakan. Ada anak yang terlihat unggul lebih awal atau ada juga yang baru bisa diketahui ketika sudah remaja.

Berikut beberapa fase yang perlu dipahami oleh orangtua:

1. Fase eksplorasi (0-7 tahun)

Inilah fase yang perlu dimaksimalkan oleh orangtua, terlebih dalam memberikan stimulus kepada anak. Sebab, pada fase ini anak akan lebih aktif untuk mengekplore dunianya.

Karenanya, orangtua harus berusaha terlibat aktif sebagai role model bagi anak. Pasalnya, anak akan lebih senang dan bahagia bila orangtua selalu hadir dan mendampingi.

Tak hanya itu, pada fase eksplorasi sering juga disebut sebagai fase trial and error. Apabila stimulus pertama yang diberikan orangtua tidak berhasil, maka harus mencoba stimulus kedua, ketiga, dan seterusnya hingga anak bisa menerima dan berhasil.

2. Fase belajar mendalam (7-14 tahun)

Pada fase ini, anak tidak cukup membutuhkan stimulus dari orangtua saja. Tetapi lebih dari itu, anak bisa diberikan kesempatan untuk bergabung dengan klub-klub tertentu, mengikuti kegiatan di sekolah atau lingkungan bermainnya, memberinya mentor yang sesuai, hingga mengikutsertakan mereka pada kompetisi atau perlombaan guna membangun rasa percaya dirinya.

3. Fase berkarir (>14 tahun)

Ini merupakan fase yang lebih tinggi, biasanya apabila pada usia tersebut bakat anak sudah terasah, maka ia bisa mulai berkarir.

Let's share

Picture of Nazri Tsani Sarassanti

Nazri Tsani Sarassanti

Daftar Isi Artikel

Updates