Namun, tahukah bahwa ternyata penggunaan bedak tabur dapat mengakibatkan sejumlah risiko pada buah hati, terutama untuk bayi yang masih berusia di bawah tiga bulan.
Penggunaan bedak tabur sering kali menjadi kebiasaan orangtua di Indonesia setelah mereka memandikan bayinya. Alasannya, bedak tabur dapat membuat si kecil bertambah wangi dan terhindar dari biang keringat atau ruam.
Menurutdr. Dianto, Sp.A dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, sebenarnya penggunaan bedak tabur untuk bayi yang berumur di bawah tiga bulan terhitung kurang aman.
“Dikhawatirkan serbuk bedak terhirup, sehingga menimbulkan masalah iritasi pada saluran pernafasan bayi. Akibatnya, bayi akan menjadi sulit bernapas dan bisa menderita asma,” ungkap dr. Dianto.
Karena alasan tersebutlah mengapa bedak tabur tidak bisa diberikan secara sembarangan. Dr. Dianto juga menganjurkan sebaiknya bayi hingga usia enam bulan cukup diberikan baby oil saja. Mengapa? Karena, kulit bayi masih terhitung sangat sensitif dan tipis jika dibandingkan dengan orang dewasa.
“Jadi daripada menggunakan bedak tabur, lebih baik memakai baby oil saja untuk melembabkan kulit bayi agar terhindar dari ruam. Caranya, masukkan lima tetes baby oil ke dalam air hangat yang akan digunakan untuk mandi bayi. Langkah ini cukup aman. Karena, baby oil memang sudah terbukti tidak berbahaya dan lebih aman digunakan bayi berusia di bawah enam bulan jika dibandingkan dengan bedak tabur,” jelasnya.
Hindari Area Genital
Hal penting lainnya yang wajib dicermati orangtua adalah penggunaan bedak tabur pada area genital bayi.
Maklum saja, sering kali orangtua melakukan hal itu agar mengurangi efek ruam merah atau lecet akibat seringnya penggunaan popok bayi. Namun, dr. Dianto mengingatkan, penggunaan bedak tabur di area genital justru akan menimbulkan kerak pada area genital bayi.
“Bila kerak itu dilepaskan, akan menimbulkan lecet atau luka pada kulit di daerah genital tersebut. Pada bayi perempuan, bedak tabur dapat masuk ke dalam saluran genitalnya, bahkan bisa menutup saluran urine-nya. Hasilnya, bayi akan terasa sakit saat ia buang air kecil atau terjadi infeksi saluran urine,” paparnya.
Lantas, jika tidak boleh menggunakan bedak tabur, apa yang harus dilakukan orangtua ketika buah hati mengalami masalah ruam kulit akibat penggunaan popok bayi?
“Orangtua cukup membersihkan ruam bayi dengan cara rajin mengelapnya menggunakan tisu yang sudah dibasahkan dengan air matang yang sudah didinginkan sampai sehangat kuku. Langkah itu sudah cukup dan yang pasti steril,” pungkas dr. Dianto.
Meski tidak mengetahui persis zat yang terkandung pada masing-masing bedak tabur bayi, lantaran setiap merek tentu memiliki kandungan yang berbeda. Namun bedak tabur merupakan bubuk higroskopis yang bentuknya sangat halus. Karena sifatnya yang higroskopis, membuat bedak mudah menyerap dan mengeringkan kulit.
Oleh sebab itu, bedak tabur cocok digunakan di daerah intertriginosa yang relatif lebih lembab dibandingkan dengan kulit bagian tubuh lainnya. Misalnya di daerah yang cenderung lebih mudah mengalami iritasi akibat gesekan antara dua permukaan kulit. Meski demikian, Dr Dianto kembali menegaskan bahwa pemakaian bedak tabur pada bayi sebaiknya tetap dihindari.
Diakui dr. Dianto, selama ini memang belum ada korban di Indonesia yang diakibatkan kasus penggunaan bedak tabur bayi. Kalaupun ada, katanya, mungkin berdampak pada batuk, asma, dan sebagainya. Tak mengherankan, jika orangtua memilih berobat ke dokter, karena mereka menganggap si kecil mengalami infeksi atau ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). “Sayangnya, mereka tidak sadar bahwa infeksi atau ISPA yang dialami bayi bisa jadi disebabkan oleh partikel-partikel halus yang berasal dari bedak tabur. Karena itulah, kebanyakan dokter akan menganjurkan orangtua untuk menghentikan penggunaan bedak tabur,” tutupnya