Generasi alpha memiliki keingintahuan yang tinggi dan akrab dengan perkembangan teknologi. Mereka juga punya karakteristik tersendiri sehingga perlu trik yang tepat untuk menghadapinya
Pernah dengar tentang generasi alpha? Katanya, generasi ini nantinya akan memiliki kecerdasan yang mampu melampaui generasi-generasi sebelumnya, sehingga orangtua diharapkan bisa memberi bekal sejak dini supaya mereka bisa menghadapi tantangan di masa depan.
Mark McCrindle seorang analis sosial-cum-demograf mendefinisikan generasi alpha atau generasi A sebagai generasi yang lahir pada abad ke-21 setelah generasi Z atau di antara tahun 2010-2024. Mereka adalah generasi yang sudah akrab dengan teknologi sejak lahir. Sehingga perubahan teknologi yang masif akan membuat anak-anak generasi alpha menjadi generasi paling transformatif.
Psikolog dari Tiga Generasi yang melakukan praktik di Brawijaya Clinic Kemang Marcelina Melisa, M.Psi, Psikolog juga mengemukakan hal senada. “Sejak lahir, generasi alpha sudah hidup di dunia dengan perkembangan teknologi yang pesat. Mulai dari segi pengetahuan, pengalaman, hingga ekonomi. Generasi alpha sudah lebih baik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.”
Orangtua dari generasi alpha, menurut Marcelina juga sudah memiliki ilmu parenting yang lebih baik, sehingga generasi alpha memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik juga.
Ciri generasi alpha
Marcelina mengungkapkan bahwa generasi alpha memiliki keingintahuan yang tinggi karena stimulasi mereka jauh lebih bagus dan lebih kaya dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, orangtua juga harus berusaha memberikan aktivitas-aktivitas yang dapat mengembangkan sistem motorik, baik motorik kasar maupun halus, kognitif, bahasa dan sosial emosional.
“Generasi alpha sudah akrab dengan perkembangan teknologi. Mereka menjadikan teknologi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecanggihan teknologi dapat menjadi sarana untuk belajar dan meningkatkan kreativitas.” papar Marcelina yang juga berpraktik di GIM Daycare Bintaro
Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, generasi alpha juga harus mendapat dukungan yang tepat, dalam arti orangtua harus mengetahui dampak baik dan buruk dari penggunaan teknologi tersebut.
Cara kembangkan kemampuan generasi alpha
Lebih jauh Marcelina menjelaskan bahwa cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan generasi alpha adalah dengan memfasilitasi segala kebutuhan dan menjelaskan pertanyaan why dan how.
Mereka adalah generasi yang cepat beradaptasi dan terbuka pada proses belajar. Karena itu, orangtua harus bisa memberikan penjelasan dengan analogi sederhana atau contoh konkret yang bisa didengar, diraba, dilihat atau dirasakan oleh panca indera mereka. Selain itu, sejak awal orangtua harus membantu anak mengembangkan atau mengeksplorasi minat dan bakat yang dimiliki.
“Misalnya bila orangtua melihat anak memiliki ketertarikan dengan dunia kedokteran, maka sejak dini orangtua dapat memupuk pengetahuan tentang arti tolong-menolong atau empati kepada orang lain. Kemudian, saat mereka memasuki sekolah dasar, orangtua bisa mengikutsertakan dalam ekstrakulikuler dokter kecil dan saat memasuki sekolah menengah bisa menyarankan untuk bergabung di Palang Merah Remaja (PMR) dan lain sebagainya.”
Generasi alpha, terang Marcelina, memiliki banyak keuntungan dan peluang yang besar karena saat ini lapangan pekerjaan sudah semakin banyak dan terbuka lebar. Tidak mengherankan saat ditanya tentang cita-cita, jawaban generasi ini jauh lebih beragam. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin hanya sebatas ingin menjadi dokter, guru, atau polisi.
Tantangan mengasuh generasi alpha
Karena sudah terbiasa berdampingan dengan teknologi informasi bahkan sejak dalam kandungan, membesarkan generasi alpha memiliki tantangan tersendiri. Berikut beberapa tantangan yang dihadapi orangtua dalam mendidik generasi alpha:
Pertama, memilih sekolah yang sesuai dengan karakter anak. Orangtua kerap mengalami kebingungan dalam memilih sekolah yang cocok untuk mereka. Sebab saat ini banyak sekali sekolah yang unggul dan memiliki beragam kurikulum yang berbeda. Alhasil tidak sedikit orangtua yang kesulitan mengimbangi karakter anak dengan sekolah yang akan dipilih.
Kedua, anak semakin kritis. Orangtua harus siap menghadapi dan berusaha keep up dengan anak yang semakin kritis. Tidak sedikit orangtua yang kehabisan cara untuk menjawab apa yang ditanyakan buah hati. Meski demikian, orangtua harus tetap membangun komunikasi yang baik dan tetap memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya. Apabila orangtua tidak mengetahui jawabannya, maka ada baiknya memberi jawaban “Oke, nanti Bunda/Ayah cari tahu dulu ya. Besok sore kita ngobrol lagi.”
“Nah, pada waktu itu, orangtua juga harus mencari tahu apa jawaban yang sesuai. Orangtua bisa mencari informasi melalui google atau bertanya kepada orang lain dirasa mengetahui jawaban tersebut.” ujar Marcelina.
Ketiga, orangtua akan mengadapi tantangan yang berkaitan dengan teknologi. Saat ini, mau tidak mau anak-anak harus piawai menggunakan teknologi, baik dalam menunjang proses belajar maupun interaksi dengan sesama teman sebaya. Alhasil orangtua harus pandai memilih mana yang sesuai untuk anak dan mana yang tidak. Jika bisa, orangtua seharusnya lebih jago dari mereka.
Pola asuh yang tepat untuk generasi alpha
Marcelina juga menyampaikan pola asuh yang ideal untuk generasi alpha adalah autoritatif, yakni pola asuh yang bebas namun bertanggung jawab. Orangtua harus tetap memberikan guidance, do and don’t, serta tetap menyampaikan dengan jelas perilaku yang diharapkan muncul dan yang tidak.
Selain itu, orangtua harus selalu membuka komunikasi dua arah, mengajak anak berdiskusi secara terarah, membicarakan boleh dilakukan dan dilarang, serta memberikan kesempatan kepada untuk mencoba bertanggung jawab dengan hal yang telah dipilih.
“Apabila orangtua merasa kesulitan atau mengalami hambatan dalam mengasuh generasi alpha, maka jangan ragu untuk datang dan berkonsultasi dengan psikolog anak mengenai masalah tersebut. Terlebih jika orangtua kesulitan untuk menentukan sekolah yang cocok dengan karakter buah hati,” tutup Marcelina.