
Perasaan cemburu yang melanda buah hati seringkali dianggap remeh. Padahal bila tidak ditangani dengan benar bisa menimbulkan dampak yang kurang baik.
Kasih sayang dan perhatian penuh adalah hak yang wajib didapat oleh seorang anak. Namun bagaimana jadinya bila sang anak enggan berbagi entah itu dengan saudara kandung atau orangtuanya?
Konsistensi sikap seperti ini lama-kelamaan akan menimbulkan sikap cemburu (jealous) atau rasa iri pada anak. Psikolog Anak & Keluarga dari Medicare Clinic, Anna Surti Ariani berpendapat, “Cemburu pada anak adalah hal yang lumrah. Ini adalah self defense mereka ketika merasa kehilangan kasih sayang atau tidak menjadi pusat perhatian. Sinyal kecemburuan dari anak inilah yang justru harus dimanfaatkan orangtua untuk instrospeksi dan kembali mendekatkan diri dengan anak.”
Cemburu pada saudara kandung
Tidak jarang anak memiliki rasa cemburu terhadap saudara kandungnya sendiri. Misalnya saat kelahiran adik baru di tengah keluarga. Ketika semua perhatian tercurah kepada anggota keluarga baru ini, secara tidak langsung si sulung akan merasa tergantikan.
Beberapa penelitian menyebutkan kecemburuan lebih didominasi antar saudara kandung perempuan dengan rentang usia yang dekat (dibawah tiga tahun) ketimbang anak laki-laki.
Kecemburuan ini sering mengakibatkan timbulnya tingkah negatif seperti menangis, merajuk, berlaku kasar pada sang adik atau sengaja bertindak bodoh untuk mendapatkan perhatian. Bahkan karena rasa cemburu, anak bisa mengalami perubahan karakter yang cukup ekstrim. Dari yang tadinya penurut menjadi suka melawan.
Itu sebabnya, disarankan orangtua lebih peka dan memahami perasaan anak. Cobalah meletakan diri pada posisi anak dan yakinkan bahwa kasih sayang orangtua tidak akan berkurang meskipun ada anggota keluarga baru.
“Orangtua (Ayah dan Bunda) juga harus bisa memastikan respon terhadap rasa cemburunya bukan dengan marah melainkan dengan kasih sayang.” tambah Nina.
Selain itu, kecemburuan juga bisa dihindari bila orangtua memberi pengertian sejak dini tentang calon adik mulai dari kehamilan sampai lahir ke dunia. Pada fase ini, anak juga diajak berperan sebagai kakak yang ikut menjaga dan melindungi sang adik.
Lebih jauh Nina mengatakan bahwa ada hal yang perlu digarisbawahi oleh terutama Ibu yaitu sikap untuk berlaku adil kepada setiap anak. “Peran kakak yang diberikan bukan berarti sang anak harus mengalah dalam segala hal untuk si adik. Kasih sayang dan cinta yang diberikan bagi kakak atau adik tetap harus berimbang. Luangkan juga waktu khusus (dating time) antara ayah dengan anak, atau ibu dengan anak tanpa si adik agar dia tetap merasa spesial.” imbuhnya.
Cemburu pada orangtua

Tidak hanya pada saudara kandung, anak juga bisa merasa cemburu pada orangtua mereka. Misalnya saat orangtua bermesraan di depan anak. Hal ini bisa menimbulkan kecemburuan karena anak merasa dinomorduakan.
Umumnya, anak laki laki akan cemburu saat melihat ibunya intim dengan ayahnya, sedangkan anak perempuan cemburu saat melihat ayahnya mesra dengan ibunya. Meski bagi orangtua hal ini tampak lucu, namun disadari akan ada dampak buruk yang terjadi apabila anak tidak mampu mengelola emosi dari kecemburuannya.
Ada baiknya kedua orangtua melibatkan anak saat berpelukan atau meluangkan waktu untuk main bersama sehingga anak tidak merasa diacuhkan. Selanjutnya, tidak ada salahnya orangtua memberikan pengertian kepada anak bahwa Ayah dan Bunda adalah pasangan dan butuh waktu khusus untuk berdua saja.
“Untuk poin kedua, orangtua perlu menjelaskan sesederhana mungkin bahwa keintiman kedua orangtua terjadi karena Ayah dan Bunda saling menyangi, seperti halnya orangtua kepada anak.” jelas Nina.
Intinya, membantu anak meredam rasa cemburu di usia dini dapat membantunya mengelola emosi dan mengikis rasa cemburu yang mungkin akan dialaminya kelak. Selain itu, anak pun akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, lebih mudah berbagi dan tidak iri hati.