Kanker serviks merupakan jenis penyakit mematikan yang mengincar sistem reproduksi wanita. Menurut survei dari Globocon, di tahun 2018 tercatat ada lebih dari 32 ribu kasus kanker serviks di Indonesia.
Dikatakan dr. Cahyo Novianto, M.si., Med., Sp.B (K) Onk, spesialis bedah dari Konsultan Bedah Onkologi RS Pondok Indah Puri Indah, penyebab utama dari kanker serviks adalah infeksi dari Human Pappiloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18 pada rahim perempuan.
Karena berasal dari virus, maka ada kemungkinan terinfeksi dari sentuhan. Misalnya penggunaan toilet yang kurang higienis. Tapi belakangan, faktor lain seperti usia, penggunaan pil KB dalam jangka waktu lama dan gaya hidup yang tidak sehat perempuan modern pun berkontribusi meningkatkan jumlah pasien kanker serviks.
Usia misalnya, kalau dulu kebanyakan kasus kanker serviks menimpa wanita usia menopouse. Namun kini sudah menjangkiti perempuan muda usia 18 tahun yang telah aktif secara seksual. Cahyo melanjutkan, pasien yang terserang kanker serviks biasanya baru menyadari setelah stadium lanjut. Ini karena tidak ada gejala atau ciri yang berarti banyak, pasien pun cenderung mengacuhkannya. Padahal sangat mudah mengenali gejala kanker serviks bila dicermati dengan sungguh-sungguh.
“Ciri-ciri yang banyak ditemui pada pasien yang terjangkit kanker rahim adalah siklus menstruasi yang tidak berjalan dengan normal,” imbuh Cahyo.Pada urnumnya, la menerangkan, siklus menstruasi yang normal berlangsung selama 3-7 hari dan itupun dengan jumlah bulir darah yang normal. Bila lebih dari kadar normal maka perlu dicuigai.
Ciri yang lainnya adalah area kewanitaan sering mengeluarkan darah meski tidak sedang menstruasi, sering timbul rasa sakit pada bagian perut atau panggul, atau juga rasa sakit yang dikeluhkan ketika sedang berhubungan bersama pasangan.
Hal ini dikarenakan area pria menyentuh bagian rahim yang ditumbuhi kanker. Gejala lainnya adalah keputihan yang tak kunjung henti dengan aroma yang tidak sedap. Dari deteksi gelaja tersebut, biasanya pasien akan disarankan untuk perneriksaan lebih lanjut berupa pap smear, Tes DNA untuk mendeteksi keberadaan virus HPV serta USG.
Bila mernang terbukti ada tumor ganas atau kanker yang mengendap dalam rahim maka penanganan yang paling jamak berupa operasi, kemoterapi, radioterapi serta yang paling ekstrem adalah pengangkatan rahim.
Kanker serviks itu sendiri sebenarnya membutuhkan proses yang cukup panjang untuk benar-benar berubah dari sekedar infeksi menjadi kanker Kira-kira 10 sampai dengan 20 tahun. Karena itu, ada banyak waktu untuk mendeteksinya pada awal perkernbangannya sehingga tidak perlu sampai membahayakan jiwa. Bagi yang sudah menikah, lakukanlah pap smear setidaknya 2 tahun sekali. Usai pap smear dan dinyatakan sehat, lakukanlah vaksin HPV sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 6 bulan.