Menurut badan kesehatan dunia, WHO, glaukoma adalah penyakit mata penyebab kebutaan kedua di dunia setelah katarak. Ngerinya, glaukoma ternyata juga dapat menyerang penglihatan si kecil.
Menurut dr. Hari Oentoro, SpM, Glaukoma merupakan salah satu jenis kelainan pada mata, di mana terjadi peningkatan tekanan bola mata sehingga dapat merusak saraf optik yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak.
Akibat tekanan itu pula, mata bisa menjadi buta. Glaukoma bisa terjadi karena faktor bawaan, peradangan dan infeksi parah pada mata, diabetes dan hipertensi, serta faktor usia. Artinya semakin meningkat umur seseorang, terutama di atas 40 tahun, maka risiko terkena glaukoma semakin besar.
Namun, ternyata bukan hanya orang dewasa atau lansia saja yang dapat terserang glaukoma, anak-anak bahkan bayi pun bisa mengidapnya.
“Glaukoma pada bayi biasanya dapat terjadi karena faktor bawaan atau genetik. Sebagai info, tekanan bola mata pada bayi yang baru lahir, normalnya sekitar 9,6 mmHg dan akan meningkat pada anak usia 7 tahun menjadi 14 mmHg. Bila terjadi tekanan di atas itu, maka bisa dipastikan glaukoma telah menyerang. Hal ini harus segera diatasi. Sebab bila terlambat dideteksi dan ditangani, maka dapat menyebabkan kebutaan,” jelas dr. Hari.
Ciri-ciri glaukoma
Secara umum, gejala atau ciri-ciri dari orang yang terkena glaukoma yaitu bola mata membesar akibat terjadinya tekanan yang tinggi. Selain itu, ada pembengkakan pada kornea atau selaput bening mata. Akibatnya, mata seperti berawan. Kemudian mata juga menjadi lebih berair dan takut bila terkena sinar.
Dalam kesempatan yang sama dr. Hari juga menekankan bahwa glaukoma pada bayi memang harus segera dideteksi. Karenanya, sebagai orangtua harus mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri dari penyakit glaukoma itu sendiri.
“Bila anak mengalami pembesaran bola mata atau terjadi pembengkakan pada kornea serta gejala lainnya seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, maka orangtua harus segera membawanya ke dokter spesialis mata agar dapat segera diambil tindakan. Sehingga progres glaukoma bisa dihentikan dan kebutaan dapat dihindari,” imbuhnya.
Pengobatan glaukoma
Seperti yang telah ditekankan oleh dr. Hari apabila tidak terlambat ditangani alias terdeteksi sejak dini, maka glaukoma bisa disembuhkan.
Bila orangtua membawa anak ke dokter mata, maka tindakan pertama yang biasanya dilakukan dokter adalah memberikan obat untuk menurunkan produksi cairan dalam bola mata. Bila pemberian obat-obatan tersebut tidak mampu mengurangi tekanan pada bola mata, maka jalan terakhir adalah dilakukan tindakan operasi.
Apabila dokter melihat kornea mata masih jernih, maka yang dilakukan adalah tindakan operasi goniotomy, di mana selaput yang menutupi trabecular meshwork (barkan’s membrane) dibuka dengan cara diiris sehingga cairan yang ada di dalamnya bisa kembali keluar dengan lancar sehingga tekanan pada bola mata otomatis akan menurun. Operasi ini hanya sebentar, namun dapat mencegah terjadinya kebutaan pada anak.
Sementara jika kornea mata sudah terlanjur keruh, maka yang dapat dilakukan adalah tindakan operasi trabeculectomy. Operasi ini bertujuan memperlancar sirkulasi cairan mata dengan cara membuang sebagian dari trabecular meshwork, yaitu jaringan tempat cairan mata keluar.
Namun perlu diingat, apabila bayi sudah terlanjur mengalami kebutaan karena glaukoma maka tidak ada harapan untuk sembuh. Sebab saraf mata yang sudah mati sudah pasti tidak bisa dihidupkan kembali. Karena itu, orangtua perlu waspada dengan penyakit ini. Pantau selalu perkembangan anak, termasuk matanya.
“Salah satu penyebab glaukoma adalah faktor bawaan atau genetik. Itu sebabnya, glaukoma pada bayi cenderung tidak bisa dicegah. Namun yang terpenting sekali lagi adalah orangtua paham dan mengetahui gejala dari glaukoma sebagai langkah deteksi dini agar bisa segera ditangani dokter serta mencegah terjadinya kebutaan,” tutup dr. Hari.