Jumlah anak dan remaja yang terinfeksi virus corona di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan data satgas Covid-19, jumlahnya mencapai 59.776 atau 8,87% dari total kasus di Indonesia, per 7 Januari 2021.
Juru Bicara Pemerintah untuk Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito, mengatakan pasien dengan rentang usia 7-12 tahun atau anak SD menyumbang angka terbanyak dari total pasien usia 0-18 tahun, dengan persentase 29,8%.
Adapun anak usia 0-2 tahun sebanyak 13,8% dan anak usia 3-6 tahun sebesar 14,3%. Pasien anak 0-12 tahun menunjukkan kenaikan lebih dari 50% dalam sebulan terakhir.
Gejala Covid-19 pada anak
Menurut dr. Lucy Amelia, Sp.A, M.Kes, yang sehari-hari berpraktik di RS Hermina Podomoro, gejala Covid-19 pada anak-anak sangat bervariasi. Mulai dari diare, hingga batuk dan pilek yang disertai demam hingga lebih dari 370 Celcius. Bahkan sebagian besar anak tidak memiliki gejala sehingga sering tidak terdeteksi infeksi SARS-CoV-2.
“Tidak ada gejala spesifik yang membedakan antara batuk pilek yang disebabkan oleh virus tersebut dengan infeksi saluran pernapasan lain. Karenanya, apabila anak memilki gejala-gejala yang mengarah ke Covid sebaiknya segera diperiksakan ke dokter anak,” lanjutnya.
Dengan memeriksakannya, maka dokter bisa akan menanyakan riwayat kesehatan atau perjalanannya sebelum mengalami gejala tersebut.
Pada saat inilah, orangtua perlu menjawab dengan jujur demi kebaikan bersama dan mengurangi risiko penularan.
Apabila ternyata hasil tes swab PCR si kecil positif, biasanya akan dilakukan contact tracing dengan pemeriksaan swab PCR tersebut.
“Jika kondisi anak baik serta fasilitas dan syarat untuk melakukan isolasi mandiri terpenuhi, maka anak tidak perlu dirawat di RS,”
dr. Lucy Amelia, Sp.A, M.Kes
Merawat anak yang positif Covid-19
Meski perawatan dilakukan di rumah, namun orangtua juga perlu menjaga diri agar terhindar dari risiko penularan.
Tetaplah berusaha menjaga jarak walau tinggal satu rumah dengan anak.
Untuk merawat anak positif Covid-19 usahakan hanya satu orang yang sama. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kontak langsung.
Baik anak maupun orangtua harus selalu menggunakan masker untuk mencegah percikan droplet yang dapat menjadi sumber penularan virus.
Selain itu, rutinlah mencuci tangan dengan sabun baik sebelum maupun setelah melakukan aktivitas apapun.
Bila memungkinkan, mulai dari segala perlengkapan makan dan mandi, kamar tidur hingga kamar mandi pun harus terpisah dari orangtua. Bahkan, pisahkan pula pakaian kotor anak dengan orangtua saat hendak mencucinya.
Usahakan anak positif Covid-19 ditempatkan di kamar dengan ventilasi yang baik agar sirkulasi udara tetap terjaga. Saat pagi hari, bukalah jendela kamarnya agar anak mendapatkan sinar matahari yang cukup.
“Ajarkan anak untuk tetap hidup sehat, konsumsi obat sesuai anjuran dokter, rajin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, dan selalu terapkan 5M. Terakhir, beri pengertian pada anak untuk tetap tinggal di rumah agar tidak menularkan kepada orang lain,” ungkap dr. Lucy, yang juga berpraktik di RS Murni Teguh Sudirman Jakarta.
Dukungan psikologis orang tua
Meski tidak harus dirawat di RS, namun tentunya anak positif Covid-19 tetap memiliki perasaan sedih, cemas, hingga stres.
Itulah sebabnya dukungan moral bagi kondisi psikologisnya saat diperlukan.
Beritahu anak bahwa menderita penyakit ini bukan akhir dari segalanya. Kemungkinan untuk sembuh akan selalu ada.
Dukungan positif yang diberikan orangtua secara terus menerus, menurut dokter lulusan Universitas Hasanuddin ini akan membangkitkan semangat anak untuk sembuh dan dapat berdampak baik pada imunitas tubuhnya.
“Saran saya orangtua harus tetap berpikiran positif dan jangan terlalu panik. Sebab hal tersebut dapat menyalurkan energi positif bagi anak. Ajak anak untuk senantiasa berdoa dan mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa,” tutup dr. Lucy. (Sic)
Baca juga:
Fasilitas Pasien Covid-19 Terbatas, Saatnya Disiplin Menerapkan 5M