Dunia bermain memang sangat lekat dengan kehidupan si kecil. Hal tersebut terlihat saat si kecil memasuki usia 3 bulan saat gerakannya sudah tidak didominasi gerak refleks.
Pada usia tersebut, si kecil biasanya mulai terlihat senang mengamati dan memainkan jari-jari tangannya atau berusaha meraihnya saat melihat benda dengan warna-warna mencolok.
Seiring dengan pertambahan usia, kegiatan bermainnya pun ikut berkembang. Berbagai mainan serta permainan yang lebih bervariasi pun mulai menarik perhatiannya.
Di sinilah peran orang tua dalam memilih mainan dan permainan yang tepat sesuai usia si kecil sangat dibutuhkan. Sehingga kegiatan bermain yang terlihat ‘sepele’ dapat memberikan dampak maksimal bagi tumbuh kembang buah hati.
Manfaat Bermain
Menurut sejumlah ahli, melalui aktivitas bermain, anak akan mendapatkan banyak pengalaman dan mempelajari hal-hal baru.
Dengan mainan dan permainan tepat, kemampuan motorik si kecil juga dapat berkembang lebih maksimal. Begitu pun dengan fungsi panca inderanya.
Tak hanya itu, bermain juga dapat meningkatkan kecerdasan serta perbendaharaan kosa katanya. Hebatnya lagi, bermain dapat membentuk anak menjadi pribadi yang tekun dan sabar saat menghadapi tekanan serta pandai bersosialisasi.
Semua hasil positif tersebut juga diperkuat oleh sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Pediatrics.
Penelitian tersebut mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki waktu lebih untuk bermain cenderung berprilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan anak-anak yang waktu bermainnya lebih sedikit.
Psikolog anak, Nana Gerhanna, M.Psi, Psikolog, pun mengamini hal tersebut.
Menurutnya, bermain memang merupakan sebuah aktivitas yang memiliki banyak manfaat dan sangat penting bagi tumbuh kembang seorang anak.
“Pada dasarnya, bermain memiliki konteks yang menyenangkan, sehingga mampu mempengaruhi kesejahteraan seorang anak secara holistik. Namun perlu diingat, setiap kegiatan bermain memerlukan sarana dan prasarana yang tepat agar dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi anak,” jelasnya.
Pilih sesuai usia
Lebih lanjut Nana mengatakan bahwa hal pertama yang harus diperhatikan dalam memfasilitasi kegiatan bermain anak adalah memilihkan mainan atau permainan yang sesuai dengan usianya.
1. Di bawah usia 2 tahun
“Untuk anak seusia ini faktor paling penting yang harus diperhatikan adalah pemilihan mainan yang aman. Sebab, di usia ini tingkat pemahaman anak akan bahaya suatu benda belum terbentuk dengan baik,” terang Nana.
Karenanya, ada baiknya orang tua memilih mainan yang tidak tajam, ringan dan berukuran besar sehingga tidak mudah tertelan.
Sebab pada umumnya anak di bawah usia 2 tahun sedang berada pada fase oral. Sehingga mereka akan lebih banyak mengeksplor mainan dengan menggunakan mulutnya.
Hal yang tak kalah penting, pastikan mainan tersebut tidak terbuat dari bahan beracun yang dapat membahayakan kesehatan si kecil apabila terjadi kontak dengan tubuhnya.
“Khusus bayi usia 3 sampai 9 bulan, berikanlah mainan yang memiliki bunyi untuk merangsang sensori pendengarannya, bertekstur untuk merangsang sensori peraba, berwarna terang untuk merangsang sensori penglihatan, serta lembut dan kenyal untuk merangsang pertumbuhan gigi dan kekuatan rahangnya,” jelas Nana.
Menurut Nana, anak di bawah usia 2 tahun juga sudah bisa diajak untuk mengenali warna atau jenis huruf melalui kartu bergambar.
Setelah masuk usia 9 bulan ke atas, berbagai mainan yang dapat merangsang kemampuan si kecil untuk berbahasa dan mengekspresikan diri juga bisa mulai diperkenalkan.
“Mungkin bisa dicoba dengan mengenalkan permainan boneka tangan, puzzle sederhana maupun membacakan dongeng dari buku bergambar,” saran Nana.
2. Usia 2-5 tahun
Pada usia 2-5 tahun, anak sudah masuk dalam golongan usia pra sekolah.
Di usia ini, orang tua perlu memilih mainan dan permainan yang dapat membantu merangsang pertumbuhan motorik kasar dan motorik halusnya.
Untuk motorik kasar, pilih mainan seperti bola, kuda-kudaan, sepeda roda tiga, serta mainan yang memerlukan kekuatan kaki dan tangan untuk melempar, menendang, melompat, berjalan dan berlari.
Sedangkan untuk merangsang motorik halusnya, pilihlah mainan yang memerlukan ketelitian dan konsentrasi dalam mengkoordinasikan jari tangan dan mata.
Misalnya permainan puzzle, mewarnai, menganyam, menyusun balok atau lego, dan lain-lain.
“Dengan bermain puzzle atau menyusun balok, anak akan terbiasa belajar menganalisa sehingga perkembangan otaknya pun dapat lebih maksimal,” ungkap Nana.
3. Usia 5 tahun ke atas
Anak usia 5 tahun ke atas tergolong dalam usia sekolah. Adapun permainan dan mainan yang tepat untuk anak seusia ini adalah yang dapat merangsang perkembangan motorik kasar dan halusnya.
Selain itu, pilih juga aneka mainan yang dapat meningkatkan kemampuan analisa dan problem solving-nya serta merangsang kemampuan bersosialisasi.
Misalnya seperti monopoli, congklak, atau ular tangga. Sedangkan untuk permainan tradisional seperti petak umpet, kejar tangkap, dan permainan kelompok lainnya juga dapat menjadi alternatif pilihan.
Selain mengajarkan anak tentang arti kebersamaan, ragam permainan tersebut juga dapat mengajarkan sikap sportif, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan tenggang rasa.
Utamakan keamanan
Selain harus sesuai usia, Nana juga menegaskan perlunya memperhatikan keamanan dalam memberikan mainan dan permainan untuk anak.
“Pastikan mainan atau permainan yang diberikan berisiko minim menciderai buah hati. Jangan memilih mainan yang memiliki sudut tajam, terbuat dari bahan yang berbahaya, dapat memicu reaksi alergi atau iritasi, menyebabkan konsleting listrik maupun menimbulkan api,” terang Nana.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa mainan berukuran besar umumnya lebih baik dibanding berukuran kecil, terlebih untuk anak usia di bawah 2 tahun.
Usahakan juga untuk memilih mainan yang edukatif. Artinya yang mengandung unsur pembelajaran bagi anak.
Jangan memilih mainan berdasarkan kesukaan orang tua, karena yang akan bermain adalah anak, bukan orang tua.
Terakhir, jangan asal memilih mainan karena harganya yang murah. Sebab mainan yang murah belum tentu terbuat dari bahan yang aman. Namun bukan berarti mainan si kecil harus yang mahal.
“Mainan yang aman dan memilki unsur edukasi juga bisa dibuat sendiri kok. Dalam hal ini yang diperlukan adalah kreativitas orang tua untuk memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar rumah agar dapat dijadikan mainan yang berguna bagi anak. Untuk mendapatkan idenya, bisa mencari dari majalah, buku, maupun internet,” saran Nana lagi.
Kenalkan mainan dan permainan tradisional
Di samping mainan modern, Nana juga menyarankan agar orang tua mengenalkan mainan dan permainan tradisional kepada buah hati sejak dini.
“Apabila tidak memiliki lahan yang cukup di rumah, maka coba pilih mainan dan permainan tradisional yang cocok dengan kondisi lingkungan sekitar,” tegas Nana.
Untuk rumah dengan halaman kecil misalnya, maka permainan tradisional yang bisa diajarkan adalah bermain peran sebagai chef melalui permainan masak-masakan.
Bisa juga bermain kelereng, congklak atau permainan tradisional lainnya yang tidak membutuhkan area terlalu luas.
Bila di sekitar rumah terdapat lapangan yang besar dan terdapat sejumlah anak yang seusia, maka orang tua dapat menjadi mediator untuk menciptakan permainan kelompok yang menyenangkan seperti bentengan, petak umpet, lompat tali, dan lain lain.
Terlepas dari itu, orang tua perlu ingat bahwa pada dasarnya kegiatan bermain merupakan sarana yang sangat disukai anak-anak dan pasti memiliki manfaat bagi kesehatan fisik, psikologis, dan emosionalnya.
Karenanya, apapun jenis mainan dan permainannya, pendampingan orangtua sangat diperlukan. Ada baiknya orangtua juga mengenalkan mainan dan permainan tradisional serta modern secara bersamaan, sehingga memiliki double manfaat untuk tumbuh kembang buah hati.
“Hindari memberikan mainan atau permainan yang terlalu sulit untuk anak karena dapat membuat mereka frustasi. Jangan pula memberikan yang terlalu mudah karena akan membuat mereka bosan. Jadi berikan sesuai dengan tahapan usianya ya,” tutup Nana.