Konon, daya ingat seorang wanita akan mengalami penurunan ketika hamil. Jika benar demikian, apakah kondisi tersebut akan hilang setelah persalinan? Atau justru akan terus menetap?
Akhir-akhir ini Siska merasa panik. Pasalnya, di usia kehamilannya yang masuk minggu ke-20, ia merasa makin pikun alias pelupa. Bahkan sebegitu pelupanya, Siska terkadang sampai tak ingat apa yang akan diperintahkannya kepada bawahannya di kantor. Meskipun sebelumnya ia sudah berusaha keras mengingat-ingatnya semenjak berangkat dari rumah.
Tak hanya itu, pernah suatu kali Siska pergi ke ATM dengan maksud akan menarik sejumlah uang. Tapi begitu sampai gilirannya, ia malah lupa nomer pin-nya. Hal tersebut ternyata juga dirasakan oleh Dicky, suaminya. Menurut Dicky, belakangan Siska memang terlihat agak lemot, pelupa dan sering kurang nyambung bila bicara. Tanda-tanda apakah ini?
Sebenarnya, berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa hampir 80% wanita hamil memang memiliki daya ingat yang jauh lebih buruk dibanding saat mereka tidak hamil. Bahkan Jane Martin, Md, direktur Pusat Pengajian Evaluasi Neuropsikologi di Pusat Medis Gunung Sinai New York mengibaratkan ingatan wanita hamil itu seperti ingatan orang yang kurang tidur dan harus melakukan banyak hal, sehigga menjadi kurang tajam dan kurang fokus.
Jane Martin juga menjelaskan bahwa melonjaknya kadar hormon progesteron dan estrogen sekaligus hadirnya prioritas baru akan mempengaruhi semua jenis sel syaraf di otak. Itulah mengapa wanita hamil mengalami pregnancy brain atau penurunan daya ingat selama masa kehamilan.
Senada dengan Jane Martin, dr Ivander Utama, F,MAS, SpOG yang membuka praktek di RSIA Bunda Jakarta mengatakan bahwa memang benar ada suatu kondisi yang oleh masyarakat awam disebut pregnancy brain, dimana wanita yang sedang hamil daya pikirnya menjadi lebih lambat. Hal tersebut menurutnya normal. Sebab ketika hamil, wanita akan lebih banyak pikiran dan memiliki banyak prioritas baru sehingga lebih gampang lupa.
“Ketika hamil, kebanyakan wanita akan lebih fokus memikirkan kondisi kehamilannya termasuk persiapan persalinannya. Ditambah lagi hormonnya meningkat, jadilah ia mengalami penurunan daya ingat. Tapi satu hal yang pasti, pregnancy brain itu bukan suatu diagnosis medis lho. Artinya dalam dunia kedokteran tidak ada yang namanya penyakit pregnancy brain, karena memang saraf , signal atau otaknya dalam kondisi normal,” jelasnya.
Lebih lanjut dr Ivander mengatakan bahwa memang benar kenaikan hormon saat hamil dapat berpengaruh pada konektivitas saraf. Tapi itu bukan berarti IQ ibu hamil jadi menurun atau fungsi otaknya menyusut.
“Sekali lagi saya katakan, ini hanyalah masalah prioritas baru, naiknya hormon serta banyaknya pikiran. Setelah persalinan nanti semua akan kembali normal. Jadi tak perlu khawatir pregnancy brain akan berlangsung selamanya. Bahkan tidak semua ibu hamil akan mengalaminya,”tegasnya.